44. A New Side Of Pain

296 41 24
                                    

🍓🍓🍓

Soojin sadar bahwa ia suka sekali mengeluhkan tentang hal-hal yang dulu sering ia damba. Sebelumnya ia pernah bercerita tentang ini. Tentang betapa kosong dan hampa hidupnya.

Ia tidak pernah merasa begitu terluka, dikecewakan, dan ditinggalkan. Ia tidak memahami bagaimana sakitnya perpisahan, tetapi ia juga tidak pernah tahu indahnya sebuah ikatan. Ia tidak pernah disakiti sangat dalam oleh siapa pun tetapi ia juga tidak pernah dibuat bahagia setinggi langit oleh seseorang.

Hidupnya kosong. Tidak ada bagian yang seru untuk diceritakan. Hari-harinya monoton. Sangat hambar, hingga ia bertemu dengan Kim Taehyung yang memberinya berbagai macam rasa, mengisi kekosongannya tapi menggunakan tinta hitam yang menyakitkan.

Soojin mengerti betapa menjeratnya rasa kosong jika tidak bisa dikendalikan. Sebab, semakin kosong, maka akan menyedot apa pun yang menjadi pertama. Entah itu menyenangkan atau menyakitkan. Itulah yang Soojin alami saat ini. Hatinya yang terlampau kosong telah telanjur menerima segala noda dari Taehyung.

Rasanya lucu jika Soojin berkata ia mencintai Taehyung melalui rasa sakitnya. Tetapi Soojin tidak ingin terpekur dalam rasa yang mematikan itu. Ia harus membuat hatinya mengerti bahwa kembali kosong adalah pilihan terbaik daripada diisi hitam.

"Ada berapa banyak nama yang perlu kau catat?"

Soojin mengerjap, seruan Junseok berhasil merenggut lamunan tidak berguna itu. Soojin ingat bahwa ia masih berada di rumah Junseok dan kini Junseok mengajaknya untuk makan bersama. Di hadapannya sudah tersaji berbagai macam menu. Tapi entah kenapa tidak ada satu pun yang mampu mencuri nafsu makan Soojin.

"Nama apa?" Soojin berusaha agar tak ada lagi pemikiran yang bisa membuatnya hilang fokus seperti tadi.

"Tulis daftar nama yang ingin kau undang ke pernikahan kita. Kau paham?" Ujar Junseok sembari menikmati makanannya.

Soojin membuang sikap kaku dan canggungnya. Segera meraih sumpit lalu menusuk ayam Samgyetang dengan asal. "Aku tidak punya teman, jadi tidak ada siapa pun dari pihakku yang datang."

Alis Junseok terangkat sekilas, "Serius? Tidak ingin mengundang mantan suamimu itu? Atau bekas selingkuhanmu?"

Soojin terkekeh, ia simpulkan bekas selingkuhan yang Junseok maksud adalah Jaemin. Soojin bisa saja membantah, tetapi ia malas membahas itu.

"Aku akan mengundang Nyonya Serim, Tuan Hwansik, Tuan Kim Taehyung dan Nona Jinhee. Mereka pasti sangat bahagia dengan pernikahan ini." Soojin hendak menyantap daging ayam, tetapi baru saja menyentuh bibirnya, rasa mual kambuh lagi. Soojin tidak tahu mengapa sakitnya tak kunjung mereda. Untungnya tidak melonjak untuk saat ini.

"Kenapa? Kau tidak suka makanannya?" Junseok menyadari mimik Soojin.

"Iya, aku tidak ingin makan ayam, mengandung lemak. Aku ingin terlihat langsing di hari pernikahanku nanti." Soojin mendapat alasan yang cukup bagus, bagaimanapun ia tidak ingin memaksa makan, ia menghempas sumpit dan mendorong mangkuk itu jauh-jauh.

Junseok terkekeh, "Kau mau selangsing apa lagi? Badanmu sudah kurus begitu, kurus kering!"

Soojin melotot, "Pantas saja Serim kabur, rupanya kau tak paham apa-apa tentang wanita!"

Junseok berdehem, tak ingin repot-repot memikirkan pola makan Soojin. Lebih baik ia mengalihkan ke hal yang lebih penting, "Tentang keputusanmu membebaskan Taehyung ... apa karena kau memiliki rasa padanya?"

Skakmat!

Ahh sampai kapan Soojin harus melawan dirinya? Membicarakan tentang rasa dan Taehyung adalah topik yang sangat sensitif baginya.

Chandelier ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang