35. Must Be Grateful

259 48 25
                                    

🍓🍓🍓

"Kau itu juga manusia, Soojin. Tidak seharusnya kau menerima bentakan kasar ataupun kekerasan dari suamimu. Kau harus dihargai oleh orang yang tepat."

"Berhentilah bicara omong kosong, Jaemin! Itu terdengar hinaan bagiku." Air mata Soojin masih bercucuran membasahi bajunya sendiri.

Jaemin memancarkan tatapan mengiba, "Sungguh, Soojin ... jika seandainya aku mampu, akulah yang akan menikahimu. Menarikmu dari Taehyung yang kejam."

Soojin membuang muka. Ia tahu Jaemin berusaha menghiburnya, tetapi itu terdengar seperti bukti bahwa ia telah terperosok terlampau dalam hingga tidak ada satu pun celah untuknya bangkit. Tak ada solusi yang bagus. Dia hanya dihadapkan oleh dua cahaya redup yang barangkali sama-sama menghantarkan neraka padanya. Seorang Jaemin pun tidak bisa membantunya.

"Lalu, kenapa menurutmu menikah dengan Tuan Junseok pilihan yang lebih bagus? Bukankah dia pembunuh? Yang membuat Tuan besar Kim Haejun meninggal? Kau ingin menyerahkanku pada seorang pembunuh?" Pertanyaan Soojin terkesan menuntut.

Jaemin menggeleng pelan, "Aku tahu, tapi dia hanya seorang pembunuh, bukan penjahat."

"Maksudmu membunuh bukan kejahatan?!"

Jaemin buru-buru menggeleng, "Junseok pembunuh, tapi dia tidak akan membunuh seseorang yang dia sukai. Dan dia menyukaimu sudah sangat lama, jauh sebelum kau mengenalnya ..." Jaemin meraih tangan Soojin, menggenggam erat seolah ingin menyalurkan keyakinan lewat pembuluh darah, "Aku berani jamin, Soojin! Kau akan memulai langkah bahagiamu jika memilih Junseok. Aku janji!"

Soojin tak menanggapi, netranya keruh dengan lelehan air mata yang tiada jeda. Sejak kecil, ia selalu berharap bisa diterima oleh banyak orang, tidak hanya Gyun seorang. Ia ingin merasakan bagaimana dicintai, ataupun sensasi disukai oleh orang lain. Kala itu ia berpikir itu adalah hal indah yang dapat dibanggakan dan membuatnya selalu bahagia.

Tetapi, angan-angan itu koyak ketika Taehyung mengungkapkan cinta padanya dengan cara yang paling berengsek. Cinta karena nafsu, cinta karena pelampiasan, cinta karena luka. Dan mungkin angannya semakin terkubur jauh usai mengetahui dirinya disukai oleh sosok tua seperti Junseok.

Soojin tidak mengatakan Junseok buruk. Tetapi, apakah ia begitu buruk hingga tidak ada yang bisa menerima bahkan mencintainya dengan cara yang lebih baik?

Apakah ini untuknya hidup?

Ia tidak terlalu mendengarkan ketika Jaemin melanjutkan, "Kau itu kuat, Soojin! Kau memiliki sisi beranimu yang lebih dari siapa pun. Jadi, aku yakin kau berani menunjukkan dirimu secara langsung pada Junseok. Cobalah bicara dengannya dengan lebih tenang."

Sial! Mengapa itu terdengar seperti makian?

🍓🍓🍓

Soojin seperti ditarik paksa dari rawa berlumpur, ia dituntut bangkit dengan seluruh tubuh bersimbah lumpur. Melawan setiap ketakutan dan rasa frustrasinya dengan keluar dari kamar, melihat-lihat para anak-anak bernasib sepertinya sedang bermain gembira di taman, hingga fokusnya teralihkan oleh kedatangan Junseok.

Bak menemukan secelah cahaya setelah mendekam di gua, seperti itulah cara Soojin melihat. Kali ini ia tidak akan kabur ataupun menyembunyikan dirinya. Kendati tubuhnya mulai gemetar seolah-olah akan dijemput ke tempat perjagalan, Soojin tetap diam di tempat membiarkan Junseok mendekat padanya.

"Melihatmu yang mulai berani, aku yakin Serim sudah memberitahu semuanya padamu, kan?"

"Kenapa kau menginginkanku?" Alih-alih menjawab pertanyaan Junseok, Soojin langsung melayangkan kalimat yang beberapa hari ini bersarang di kepalanya.

Chandelier ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang