Pagi hari yang cerah, Hyora terbangun dalam dekaman hangat calon suaminya. Ia mengerjap sejenak sebelum akhirnya berusaha melepaskan diri dari pelukan Jimin.
Saat berhasil Hyora hendak bangun dari ranjang dan pergi menuju kamar mandi untuk mandi.
Tapi hal lain sudah lebih dulu mengejutkanya, ia menyadari bahwa saat ini gaunya telah berubah menjadi selembar kemeja putih yang hanya mampu kenutupi sebagian pahanya saja.
Hyora kembali mengerjap lambat, ia masih terdiam duduk di atas ranjang.
Hingga ujung matanya tidak sengaja melirik pada sosok pria yang semalam tertidur di sisinya.
Mata Hyora semakin membukat dramatis saat menyadari pria itu telah kehilangan baju yang di kenakanya semalam.
Dia bertelanjang dada dan tertidur miring menghadap dirinya.
"Apa tidurmu nyenyak?" Jimin tiba-tiba bersuara, membuat Hyora semakin beringsut takut.
Hyora sudah tidak dapat lagi berpikir positif, ia mulai ketakutan membayangkan apa saja yang terjadi semalam, di antara dia dan Jimin.
"Apa kurang nyenyak? Bukankah tidur setelah melakukan pelepasan begitu banyak sangat nikmat?" Jimjn kembali menggoda gadis kecilnya debgan tidak tahu malu.
Tidak perduli saat ini Hyora akan semakin takut padanya.
"A-apa yang ter-terjadi semalam?" Dengan sangat bersusah payah Hyora menanyakanya.
Tapi Jimin hanya tersenyum, yanpa membuka matanya ia merapa temoat di sisinya dan menarik tangan kecil Hyora.
Hyora terjatuh miring hampir menimpa Jimin, tapi Jimin dengan cekatan memperbaiki posisinya dan membuat Hyora kembali masuk dalam dekapanya.
"Ada banyak, mana yang mau kau dengar?" Kata Jimin dengan mata terbuka dan langsung membelai wajah cantik tunanganya tersebut.
"A-apa?" Hyora masih gugup, memikirkan segala kemungkinan buruk yang terjadi semalam.
"Memangnya apa? Kau ingin apa?" Dan Jimin malah semakin mempermaikan Hyora yang polos dan ketakutan. "Semalam... Kita bertunangan, lalu aku menghukumu, membawamu pulang, lalu melepaskan bajumu..."
"Cukup" sentak Hyora cepat. "Jangan di lanjutkan, aku... Aku..."
"Apa yang kau pikirkan? Kenapa wajahmu merah seperti itu? Kau malu?" Jimin semakin gencar menghoda gadis kecilnya. Dia sangat menyukai wajah memerah milik Hyora.
Hyora bersumpah Jimin adalah pria paling gila yang pernah dia temui. Memangnya siapa yang tidak malu saat tubuhnya di lihat oleh seorang pria yang belum lama dia kenal.
"Aku belum memasukan miliku semalam, hanya lidahku saja. Aku ingin malam pertama yang lebih oanas dan romantis" kata Jimin dengan sangat tidak tahu malunya.
Hyora semakin malu dan memberontak dari perlukan Jimin, tapi pria itu jauh lebih kuat dan membuat Hyora hanya bisa pasrah.
.
.
.
.Siang harinya Hyora masih berada di apartemen Jimin. Jimin bilang akan mengantarnya setelah merekammakan siang, dan Hyora tidak pernah di berikan pilihan untuk menolak.
Jimin sangat agresif, dia terus membuat Hyora berada di sampingnya, memeluk dan menciumnya.
Tapi Hyora justru semakin takut padanya.
Dan siang ini, ketika Jimin sedang memasak dengan tanpa mengenakan baju. Hyora tidak sengaja memperhatikanya sehingga wajahnya bersemu merah.
Tubuh atletis Jimin yang berkeringat dan terpapar matahari dari celah jendela membuat Jimin semakin terlihat sexy.
Hyora malu karena sebuah pikiran kotor mulai melintasi otaknya
"Ahk" Hingga lamunan Hyora di sadarkan oleh pekikan Jimin yang tidak sengaja terkena panci.
"Ada apa?" Hyora yang polos dan baik hati tersentak dan segera menanyakan keadaan Jimin, dia sedikit khawatir.
"Tanganku terkena panci" kata Jimin sembari memperhatikan tanganya yang mulai melepuh, sebenarnya lukanya tidak begitu besar, Jimin hanya kaget saja.
"Coba aku lihat" Hyora bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Jimin.
Dia masih mengenakan kemeja Jimin, tentu jawabanya karena Jimin tidak memiliki baju wanita sehingga kembali memberikan Hyora kemejanya yang besar.
Jimin tersenyun tipis melihat kepanikan di wajah Hyora. Ini adalah pertanda bagus untuk hubungan mereka, Hyora yang masih lugu akan mudah jatuh cinta kepada Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jimin Ahjussi [M]
Historia CortaSebuah pernikahan yang di landasi oleh sebuah perjodohan politik. Park Jimin dan Jung Hyora terpaksa menikah untuk mempersatukan perusahaan keluarga mereka. Hyora baru saja lulus sekolah menengah atas kala itu, usianya belum genam 18 tahun. Tapi Jim...