Waktu terus berlalu, banyak hal yang Hyora dan Jimin alami di dalam hubungan percintaan mereka.
Terkadang Hyora masih takut dengan Jimin yang cukup arogan dalam beberapa hal. Namun, Hyora juga senang karena Jimin selalu memperlakukannya dengan baik, bahkan kini juga sudah bisa mengontrol emosinya agar tidak memberikan hukuman yang membuat Hyora takut.
Semuanya berjalan begitu cepat, tak terasa pernikahan mereka telah menginjak angka tiga.
Selain pernikahan yang membahagiakan, Hyora juga berhasil mewujudkan mimpinya untuk menjadi sarjana. Dan itu semua tentu saja karena dukungan Jimin yang luar biasa, meski sesekali pria itu harus menahan hmrasa cemburunya.
"Selamat sayang"
Kedua mertuanya dan juga orang tuanya datang di acara kelulusan Hyora, wanita muda dengan wajah cantik jelita itu terus menyunggingkan senyuman sejak pagi tadi, ia memeluk semua orang satu persatu.
"Terimakasih" jawab Hyora dengan senyuman yang ramah.
"Ayo berfoto" Hoseok yang tidak ingin melewatkan momen bahagia adiknya, tentu hadir sebagai pelengkap.
Semua orang berjejer dan berpose, dengan Jimin dan Hyora yang berada tepat di tengah-tengah semuanya.
Cup
Cekrek
Jimin memang selalu tidak ingat tempat, dia tidak malu mencium istrinya di depan semua orang, bahkan saat berfoto.
"Ih ahjussi" Hyora yang kesal memukul bahu Jimin dengan cukup keras, tapi ekspresi wajahnya yang menggemaskan justru membuat semua orang terkekeh melihat tingkahnya.
"Maaf sayang" sahut Jimin dengan kekehan.
.
.
.
.
.Setelah acara kelulusan dan pergi makan bersama keluarga besarnya, kini Hyora yang kelelahan berada dalam gendongan Jimin menuju ranjang tidur mereka.
"Uh" Jimin hanya tidak sengaja bersuara saat menurunkan Hyora ke atas ranjang, tapi sepertinya Hyora salah paham soal itu.
"Kenapa bersuara begitu? Aku berat ya?" Kata Hyora dengan wajah membrengut kesal.
Jimin sontak terkekeh, mengira Hyora hanya bercanda saja. "Tidak, kau sempurna" kata Jimin untuk menenangkan istrinya yang ngambek.
Tapi sepertinya hari ini Hyora cukup sensitif, wajahnya masih masam meski Jimin sudah memujinya.
"Kau bilang aku kurus?"
Jimin mengerjap beberapa saat, ia bingung sekali akhir-akhir ini dengan istrinya. Kadang sangat bahagia, kadang tiba-tiba murung, kadang tiba-tiba marah, parahnya sekarang juga suka memukuli Jimin, padahal Jimin tidak melakukan apapun.
"Aku bilang istriku cantik" ujar Jimin sambil mendekap Hyora dan menciumi wajah istrinya itu.
Hyora sontak menhan senyuman mendengar pujian Jimin untuk dirinya. "Benarkah?" Tanya Hyora memastikan.
Jimin segera mengangguk. "Sangat cantik sampai aku tergila-gila" katanya.
Hyora tentu saja tertawa mendengarnya.
Kini posisinya keduanya bersandar di dipan ranjang, dengan Hyora yang duduk di tengah-tengah kaki Jimin, sedangkan Jimin memeluk tubuhnya dari belakang.
Keduanya masih enggan membersihkan diri karena lelah. Jadi berpelukan sebentar untuk saling mentransfer energi.
"Kalungnya... Indah" cicit Hyora sambil menunduk dan memperhatikan bandul kalung yang ia kenakan.
Itu adalah hadiah yang Jimin berikan tadi pagi, katanya karena Hyora lulus dengan nilai yang baik.
Jimin ikut tersenyum, ia menumpukan dagu pada pundak Hyora dan ikut memperhatikan kalung itu.
"Klienku menawarkan itu, awalnya tidak mau karena menurutkan terlalu sederhana, tapi dia bilang wanita akan suka apapun yang suaminya berikan" seru Jimin sambil sedikit mendongak untuk melihat wajah istrinya.
Hyora mengangguk setuju, "Harganya tidak penting, aku lebih suka karena Ahjussi tulus memberikanya"
Yah tentu saja Jimin harus berbohong soal harga, ia tahu betul Hyora akan marah jika tahu harga yang sebenarnya, lebih parahnya jika Hyora tidak mau menggunakan kalung itu.
"Aku juga punya hadiah" kata Hyora tiba-tiba yang membuat Jimin terkekeh.
"Kau yang baru saja lulus, mengapa aku juga mendapatkan hadiah?" Tanyanya masih dengan kekehan.
Jimin masih begitu nyaman menikmati posisi mereka, tapi Hyora tiba-tiba melepaskan pelukannya dan berputar sampai posisinya tepat berada di depan Jimin.
Melihat senyuman aneh di wajah istrinya, Jimin jadi merasa ada sesuatu yang aneh.
"Hadiah apa? Tunjukan padaku" kata Jimin sambil mengulurkan tanganya.
"Em... Ahjussi ingin anak laki-laki atau perempuan" tanya Hyora masih dengan senyuman yang sama.
"Aku suka semua asal dia mirip denganmu" Jawab Jimin tanpa ragu. Ia kemudian mendekat pada Hyora dan menariknya agar kembali dalam dekapannya.
"Aku tidak akan meminta sebelum kau siap, lakukan dulu semua yang kau inginkan, aku tidak masalah asal kau tidak berniat" ucap Jiminembuat Hyora yang bersandar di dadanya jadi tersenyum.
"Bagaimana jika bayinya mirip dengan ahjussi?"
"Kita buat lagi yang mirip denganmu" kata Jimin dengan enteng, membuat Hyora seketika langsung memukulnya.
Hyora melepaskan pelukannya, membuat Jimin kesal dan hendak kembali menariknya, namun segera di tolak oleh Hyora.
"Aku hamil"
"....."
"Ahjussi, aku hamil" ujar Hyora sekali lagi karena tidak ada jawaban apapun dari suaminya.
Tetap tidak ada jawaban, Hyora tentu saja jadi bingung, apa Jimin belum siap menjadi ayah? Tapi mengapa? Umurnya sudah tidak muda lagi.
Hyora perlahan berpindah duduk tepat di samping Jimin, memeluk pria itu dari samping kemudian berbisik.
"Kau akan menjadi ayah" bisik Hyora tepat di telinga Jimin yang hanya diam saja sejak tadi. "Kita akan menjadi orang tua" ujar Hyora lagi.
Kali ini, Jimin memberikan responnya, ia dengan lambat menoleh pada sang istri yang masih memeluknya dari samping.
Tatapan matanya yang berbinar-binar menunjukan bahwa ia masih terkejut dengan kabar yang Hyora berikan. Sangking terkejutnya sampai ia tidak bisa mengatakan apapun.
"Sungguh?" Tanya Jimin untuk memastikan bahwa perkataan istrinya itu benar.
Meski awalnya memang ia tidak berpikir akan memiliki keturunan, tapi kini ketika mendengar kabar bahagia itu ada gelenyar aneh yang hatinya rasakan.
"Sungguh" jawab Hyora sambil menatap kedua mata suaminya. "Aku berhenti meminumnya sejak tiga bulan yang lalu"
Sontak Jimin langsung menghadap penuh pada istrinya. "A-Apa dia sudah tiga bulan?" Tanyanya dengan wajah yang polos, membuat Hyora terkekeh.
"Dia baru empat Minggu" jawab Hyora dengan kekehan gemas.
Hyora kemudian meraih tangan Jimin dan perlahan menuntun tangan besar itu untuk menyentuh permukaan perutnya yang masih datar.
Merasakan kehangatan itu, entah kenapa Jimin jadi terharu. Ia tidak pernah menduga kabar seperti ini bisa sampai membuat dirinya menangis.
"Sayang" cicit Jimin bersama satu tetes air mata yang terjatuh di pipinya, ia kehilangan kata-kata sampai sulit berbicara. "Sayang"
Hyora sontak kembali memeluk tubuh suaminya, menyalurkan kebahagiaan yang tiada tara. Sejujurnya Hyora tidak menduga Jimin yang datar akan berekspresi demikian, ia pikir Jimin hanya akan tersenyum dan tertawa, ternyata sampai menangis juga.
"Entah laki-laki atau perempuan, aku harap kau menerimanya dengan baik" ujar Hyora di tengah momen hari mereka.
Jimin mengangguk dengan suara isakan kecil yang terdengar, ia memeluk tubuh Hyora dengan sangat erat karena sangking bahagianya.
"Apapun dia... Aku akan menerimanya" Jimin berkata sambil terisak,membuat Hyora gemas sendiri.
Biasanya Jimin itu galak, baru hari ini ia melihatnya menangis sampai seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jimin Ahjussi [M]
Short StorySebuah pernikahan yang di landasi oleh sebuah perjodohan politik. Park Jimin dan Jung Hyora terpaksa menikah untuk mempersatukan perusahaan keluarga mereka. Hyora baru saja lulus sekolah menengah atas kala itu, usianya belum genam 18 tahun. Tapi Jim...