"kalau begitu, artinya kita harus segera menyudahi hubungan ini" sauara lembut yang Jimin udarakan membuat gadis dalam dekapannya menatap dengan mata membulat terkejut.
"Apa maksudmu?" Tanya gadis tersebut seakan tidak terima.
Jimin tersenyum, ia melirik ke pintu kamar dan melihat bayangan Hyora sudah tidak ada disana. "Kau hanya akan di cap sebagai gadis jahat jika masih berhubungan denganku, jadi mari akhiri hubungan kita"
Jimin terlalu lembut, terlalu manis, terlalu penuh kasih caranya untuk memutuskan hubungan. Gadis di hadapannya hanya bisa terdiam dengan mata berkaca-kaca.
"Kau tahu mengapa aku menjadikanmu kekasihku. Dan sekarang aku telah mendapatkan gadisku, kita tidak bisa lagi seperti dulu" kata Jimin sambil melepaskan pelukannya, ia merapikan poni gadis di hadapannya dengan lembut dan tersenyum manis.
"Kau tidak perlu khawatir, semua keperluanmu, apapun yang kau butuhkan. Kau masih bisa menghubungiku untuk mendapatkannya. Tapi kita tidak bisa lagi seperti dulu, aku sudah memiliki istri yang sangat aku cintai"
Kata terakhir itu sontak membuat Hyora yang tidak perduli kembali tergerak untuk mengintip mereka.
Ia kembali berdiri di balik pintu dan mengintip Jimin.
"Maafkan aku" ujar Jimin.
Meski ucapanya sangat lembut, tapi hal itu telah berhasil melukai hati gadis di hadapannya. Gadis itu menangis tersedu-sedu, tapi Jimin bahkan tidak berniat menenangkannya atau memeluknya seperti saat awal bertemu tadi.
Gadis itu akhirnya pergi dengan segudang rasa sakit hati yang mendalam, ia marah tapi tidak mampu melampiaskannya kepada Jimin.
"Sedang apa?" Tanya Jimin yang tiba-tiba muncul di depan pintu.
Hyora terkejut dan mundur beberapa langkah. Ia menelan ludah ketika pria itu semakin mendekatinya.
"Kau sudah mendengarnya, itu artinya aku tidak perlu menjelaskan apapun lagi" Jimin tersenyum, ia menarik Hyora untuk di dudukan di atas ranjang, membuka selimut dan juga jas yang menutupi tubuh bagian atas Hyora.
"Istirahat, aku harus bekerja lagi" Serunya lagi seraya membantu memasangkan bra milik Hyora lalu setelah itu juga memasangkan kaos kebesaran yang Hyora kenakan tadi.
"Ahjussi" Hyora mencegah Jimin yang sudah akan keluar.
"Kau... Sungguh putus dengan gadis itu demi aku?" Tanya Hyora dengan tatapan yang lebih lembut.
Jujur saja, hatinya menghangat mendengar alasan Jimin memutuskan gadis tadi karena dirinya. Walau terkesan Hyora adalah perusaknya, tapi siapa yang tidak terbawa perasaan mendengar keseriusan tersebut.
Jimin kembali menatap Hyora, mengusap suarai gadis itu dan menganggukkan kepala. "Aku akan melakukan semuanya untukmu" katanya dengan serius dan tulus. Jimin tidak pernah main-main dengan perasaanya.
Jawaban itu membuat Hyora secara tidak sadar tersenyum. Ia mengangguk malu-malu dan perlahan melepaskan tangan Jimin, membiarkan pria itu pergi dari sana, sementara dirinya segera berbaring di atas ranjang dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
Jimin yang tidak mengerti hanya mengeryit bingung, lalu pergi saat dirasa Hyora memang memerlukan istirahat.
.
.
.
.Malam hari, Hyora terlelap sejak siang dan baru terbangun ketika hari sudah mulai larut.
Kamarnya gelap, bahkan gedung-gedung di sekitar perusahaan juga sudah mulai berkurang cahayanya. Hyora mengeryit, ia takut gelap.
"Ahjussi" panggil Hyora dengan suara yang serak, ia membuka selimut dan turun dari ranjang dengan hati-hati.
Saat keluar kamar ternyata ruangan Jimin masih menyala terang, bersama penghuninya yang masih duduk di kursi berhadapan dengan komputer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jimin Ahjussi [M]
Short StorySebuah pernikahan yang di landasi oleh sebuah perjodohan politik. Park Jimin dan Jung Hyora terpaksa menikah untuk mempersatukan perusahaan keluarga mereka. Hyora baru saja lulus sekolah menengah atas kala itu, usianya belum genam 18 tahun. Tapi Jim...