Chapter 45

109 9 0
                                    

Terdengar suara sirene, (name) terlonjak kaget. "Astaga, hampir teriak fix.' Pikir (name).

Seketika jadi terang, (name) agak gimana gitu raut wajahnya.

"Oh ya lupa, pakaianmu ada sama mamakmu ya, walau kita terhubung lewat alam bawah sadar, kau bisa menyimpan apa pun di sini, mau kita berikan atau sebaliknya bisa." Muzan menjelaskan panjang lebar, ia tahu cucunya itu pikunan.

"Aku harus pergi, entah kenapa aku masih di sini.." gumam (name), dengan bantuan Nakime ia pergi dengan cepat.

Suara pintu fusuma juga terdengar, (name) berada di tempat ganti baju bagian markas marinir.

"O- apaan dah? Aku lupa, ga ah, yang terpenting bukuku aman.' Pikir (name).

Ia pun menemukan pakaian marinir, dengan ide cemerlang ia menyamar sebagai marinir laki laki. "Wuih kerennyaa, yeshishishi!"

Di posisi Nami, ia sedang bersembunyi.
"Keamanannya ketat." Gumam Nami.

"A! Aku lupa dengan, (name).. semoga dia tenang di penjara.." gumam Nami sedih.

"Ah bodo amat! Sebaiknya kita segera keluar dari sini!" Lanjut Nami.

Di posisi Robin dan Usopp, Robin menguping menggunakan buah iblisnya.

"Ternyata, rupanya angkatan laut berpikir bahwa Merry adalah kapal hantu." Ucap Robin

"Sebuah kapal hantu? Batapa kasarnya! Akan kutuntut dia!" Kesal Usopp

Robin menutup mulut Usopp.

"Namun, itu lebih baik bagi kita, serta untuk Merry, jika mereka berpikir seperti itu." Ucap Robin.

"Dan juga, saat jatuh aku melihat (name) tertidur tanpa terjatuh, kupikir dia sudah di tangkap dan dipenjara, lalu nantinya mungkin akan di bawa ke impel down." Ucap Robin.
"Jika itu kenyataan... Aku tidak bisa apa apa..' Pikir Robin

"Kita bisa mengukur waktu." Kata Robin

Di posisi (name), ia sedang keliling santai dengan gaya angkatan lautnya, dada teposnya terlihat,dengan juga sebuah headphone atau juga headset.

Mau tau dapet dimana? Ga sengaja Nemu pas ganti baju.

Ia melihat segerombolan angkatan laut, dengan segera ia hanya diam saja tak peduli.

"Oi, kau angkatan laut unit mana? Cepatlah!"

"Ay, ay pak!" Ucap (name) nyengir.

Sanji tidak sadar akan (name) ia hanya bingung, kenapa sifatnya mirip orang yang ia taksir?

(Name) gak ikut, malahan ia lari lari gajelas kemana mana layaknya nyari jalan keluar di labirin.

Ia mendengar suara Nami "sekarang, yang harus kau lakukan belok ke sini dan belok kanan di tikungan pertama."

"Oke."

"Lewat sini, ya?"

" ja ne" Nami

"Jadi, ini tikungan pertama?" Mereka berdua melihat ke belakang, Nami sudah ga ada.

(Name) tadi nyimak sambil kosplay cicak.

Ia pun pergi lewat ventilasi, dan akhirnya malah keluar tepat dimana zoro dan Nami berada.

Mereka berdua terkejut.
"Angkatan laut!" Pekik Nami.

"Ah, aku tersesat!" (Name) memegang kepalanya.

Ia melihat Nami mengambil pedang Zoro, "aku akan tertangkap juga, kan? Astaga..."

Lalu ada langkah.
"Kalau begitu, kau harus bersembunyi." Suruh Nami.

"Hei, pedangku..."

"Waktunya makan."

"Aku lapar!"

Kesempatan, (name) segera ke pintu hijau buat memata matai mereka.

"Aduh, mereka sudah pergi." Ucap Nami.

"Kita tidak perlu bersembunyi, kau tahu." Zoro

"Ketika ada masalah, kita hanya bisa melawan." Lanjut Zoro.

"Dasar idiot! Jika kau lakukan itu saat kita tidak tahu di mana orang lain berada..."

"Oi, onna." Panggil (name), Nami tersentak kaget.

"A-ah ada apa?"

"Dapur arah mana? Harahetta.." ucap (name) pura pura ga lihat Zoro.

"A-ah.." Nami pun menjelaskan dengan boong, (name) hanya percaya saja. Dengan segera ia berjalan ke arah dapur sembari mendengarkan musik.

"Huft, untuk dia tidak melihatmu!" Bisik Nami ke Zoro.

"Tapi dilihat, dia tampan namun di campur cantik." Puji Nami. "Semestinya dia kaya~"

"Hah, dasar!" Kesal Zoro.

(Name) tertawa pelan, ia bersenandung kecil sembari mencari arah dapur.

Dan akhirnya ia menemukannya. Ia melihat Luffy dan Sanji, "jadi, kalian Murray brothers?"

"Murray...?" Ucap Luffy

"Aduh, bro..."

"Oi, aku lapar!" (Name) tersenyum manis, ia berkacak pinggang.
"Aku ingin bantu." (Name) dengan santai langsung masuk. Mereka tak menaruh curiga 1× pun.

"Baiklah, Pak!" Jawab mereka serentak.

"Hai!" Sapa Luffy.

"Jadi, kau juru masak hina dari Marie Jois..."

Luffy bingung.

"Aku mendengar kau bilang bahwa kau bantu kami dengan datang ke benteng ini di tempat luar ini meskipun kau tidak mau!"

"Kemudian, kita menghasilkan makanan yang tidak penting!"

"Kau cukup berani untuk mengatakan itu!"

(Name) mengambil potongan daging mentah itu, lalu berdiri di samping Sanji.
"Nom" suara kunyahan terdengar, (name) memakan daging mentah.

Sanji menjitak (name) "kau tidak boleh seperti itu, itu belum matang, kau itu rakus ya? Suka makan apa saja, sampai kau lapar kau memakan mentahan?" Bisik Sanji sinis.

"Sakit.." gumam (name).

"Apa? Apa mereka mengira kita orang lain?" Sanji bertanya dengan heran.

"Aku tidak tahu apa yang kalian semua keluhkan!" Kesal Luffy menjatuhkan rahangnya karena kesal.
"Aku lapar! Beri aku makanan!"

"Jadi, kau para idiot..." Ucap wanita muda itu, Jessica.

"Yang memakai bahan jutaan berry untuk menyiapkan makan malam untuk oranh penting di Marie Jois?" Jessica bertanya.

(Name) segera mengambil dua daging itu dengan sangat cepat, dan sedikit menawarkan 1 ke Luffy.
Luffy pun memakan daging itu, Luffy tersenyum lebar.

"Sama sama." Bisik (name).

"Bahkan jika pengangkatanmu diputuskan pemerintah, ini dapur, tempat paling suci di Navarone." Ucap mbak Jessica Jane:b canda canda.

"Aku tidak akan membiarkan juru masak yang tidak kuterima menginjakkan satu langkah pun di sini!" Ucapnya.

"Oh ya sudahlah." (Name) pun pergi dan bersiap mencari informasi, ga bercanda, dia mau ngegalau dulu.

"Info nya, aku tinggal nyamar menjadi unit 18 karena etto... Unit 18 butuh itu, ah apa sih! Sial lupa.' Pikir (name), ia segera bersenandung ria saja.

Lagian, asalkan ia tidak bertemu sang mayor bukan? Kalo ga lupa, ia juga lagi nahan ketawa karena keinget Condoriano.

To be continued

One piece : Worlds Of One Piece | S1! | Op x F!reader [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang