Samudra langsung mengejar mereka, namun sayang mereka sudah lebih dulu memasuki sebuah lift.
Tanpa pikir panjang samudra berlari menaiki tangga darurat yang berada tepat di sebelah lift tersebut sesaat setelah ia melihat lift itu berhenti di lantai enam.
Dengan nafas yang tersengal-sengal ia kini telah sampai di lantai enam dan mengedarkan pandangannya hingga atensinya menemukan keberadaan sang abang yang sedang berjalan menuju sebuah pintu kamar.
Sementara itu mereka masih tidak menyadari kehadiran samudra yang berdiri beberapa langkah di belakang mereka hingga sebuah suara mengalihkan atensi mereka yang sedang membuka pintu kamarnya.
"Kalingga... Ini beneran kalingga kan?, jadi selama ini abang sudah menemukan nya, kenapa abang gak kasih tau kita kalau abang sudah menemukan nya?."
"Samudra?... Kenapa bisa di sini?, jangan bilang kalau kamu ikutin abang dari tadi?."
"Ia, dari tadi mudra memang ngikutin abang karna mudra sudah curiga saat tadi abang yang terburu - buru pergi dari sana dan ternyata kecurigaan mudra benarkan jika abang membohongi kita semua."
Sementara itu lingga yang sedang tertidur sudah lebih dulu di bawa masuk kedalam oleh narend, namun beberapa saat kemudian ia terbangun ketika merasakan perutnya yang tiba-tiba kram dan kesakitan.
Dengan perlahan lingga mencoba bangun lalu beranjak dari sana untuk mencari abang nya karna saat bangun tadi ia tidak menemukan angkasa di dalam kamar.
Dengan langkah kaki yang pelahan lingga berjalan keluar dari dalam kamar sembari sesekali mengusap perut nya yang sudah sedikit membesar agar rasa sakit di perut nya sedikit berkurang.
"Nanti abang jelaskan di... Astaga adek." angkasa terkejut begitu melihat lingga yang keluar dari dalam kamar nya sembari memegang perutnya dengan sebelah tangan nya dan tangan yang lain nya bertumpu pada dinding.
Hampir saja lingga terjatuh karna kedua kaki nya yang melemas, angkasa dengan cepat langsung segera menopang lingga agar tidak terjatuh.
Melihat sang adik yang kesakitan angkasa segera menggendong lingga membawanya kembali kedalam kamar tak lupa ia juga menghubungi dokter pribadi yang biasa menangani kalingga.
Narend yang baru selesai mandi pun terkejut melihat keadaan lingga dan langsung menghampiri mereka, sedang kan samudra hanya terdiam di depan pintu kamar melihat abang tertua nya mencoba menenangkan sang adik yang sedang merintih menahan sakit hingga tak lama bunyi bel pintu pun terdengar.
Mengetahui sang dokter telah datang angkasa langsung memberikan ruang untuk sang dokter memeriksa keadaan adik nya, dan lingga baru sedikit lebih tenang setelah sang dokter memberikan suntikan pada tubuh nya dan kini ia tengah tertidur pulas.
"Bagaimana keadaan adik saya dok?, apa yang terjadi dengan kandungan nya?." tanya angkasa sembari mengantarkan sang dokter keluar dari kamar adik nya.
"Adik anda tidak apa kandungan nya pun tidak terjadi apa-apa, hanya saja adik anda di sarankan untuk tidak memakan makanan yang terlalu pedas karna lambungnya tidak kuat menahan makanan yang terlalu pedas."
Angkasa langsung menghembuskan nafas nya lega setelah tau jika tidak terjadi apa-apa dengan kandungan sang adik karna sedari tadi ia sangat mencemaskan keadaan janin yang dikandung oleh adiknya.
Setelah mengantarkan sang dokter keluar dari kamar apartemen, angkasa segera membersihkan diri nya dan ia juga menyuruh samudra untuk bermalam di sini atas izin dari narend.
Karna hari pun sudah larut malam dan angkasa sama sekali tidak setega itu membiarkan samudra pulang larut malam begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sərˈvīv (End)
FanfictionKarna perbuatan orang terdekatnya ia harus menanggung beban dalam hidupnya bahkan ia sampai terusir dari rumahnya akibat dari perbuatan orang terdekatnya. ⚠ Warning!!! Ini adalah karya pertama saya dalam genre BxB, jadi jangan salah masuk lapak karn...