13

361 24 0
                                    

Mengetahui saat ini lingga tengah mengidam tanpa banyak bicara mereka langsung berangkat.

"Adek merem dulu aja nanti di bangunin kalau kita udah sampai." narend yang melihat lingga sudah terkantuk-kantuk menyuruhnya untuk memejamkan matanya karna memang ini sudah jam tidurnya lingga tapi karna sedang mengindam dan juga bawaan si janin mau tidak mau mereka menuruti nya.

Sementara itu di tempat lain seorang pria juga sudah rapih dengan pakaian yang agak santai dan juga jaket yang melekat di tubuhnya.

"Mau kemana bang udah malam gini?." tanya langit yang melihat abangnya samudra yang sedang bersiap.

"Abang mau makan nasi goreng ditempat biasa, langit kalau mau ikut siap-siap aja abang mau tanya ke yang lainnya juga."

Entah mengapa malam ini samudra sangat ingin makan di sana. Setelah menawarkan ke yang lainnya kini hanya langit yang ikut pergi dengan samudra ke tempat langganannya.

"Adek...dek..., bangun yuk udah sampai nih katanya mau makan nasi goreng."

"Ugh... Udah sampai ya? akh... sshh..." ringis lingga yang tiba-tiba terbangun ia sedikit merasa pusing dan juga perutnya yang sedikit kram.

"Pelan-pelan dek, apa yang sakit."

"Gak apa bang adek cuma sedikit pusing."

"Ayo masuk, narend udah di dalam." ajak angkasa sembari memakaikan jaket ke tubuh lingga karna udara malam hari yang kurang baik untuk lingga dan kandungannya.

"Adek mau nasi goreng yang pedes boleh?."

"Jangan yang pedes yah kasihan nanti twinsnya loh, adek juga gak bisa makan pedas kan." angkasa mencoba untuk membujuk lingga agar tidak memakan makanan pedas.

"Hiks... tapi ini kemauan twins."

"Sssttt... Udah jangan nangis tapi makan dikit aja ya jangan kebanyakan nanti kasihan twinsnya." lingga hanya menganggukan kepalanya ketika narend mengizinkan untuk memakan makanan pedas.

Beruntung malam ini pengunjungnya tak begitu ramai, setelah memesan tak menunggu lama nasi goreng pun sudah siap dihidangkan.

Ketika sedang menikmati makanannya atensi angkasa teralihkan saat samar-samar mendengar suara yang begitu familiar.

"Bang seperti biasa ya pesen dua pedes makan disini."

Sedangkan lingga yang sedang fokus dengan makananya tiba-tiba tersedak dan langsung terburu-buru mengambil minumannya hingga tanpa sengaja menyenggol minuman milik narend yang kebetulan berada tepat disebelahnya dan jatuh membasahi pakaian narend.

"Astaga kak maafin lingga ya kak, lingga gak sengaja." ucap lingga sembari mengambil tissu lalu membantu membersihkan tumpah air yang mengenai nared.

"Udah gak apa dek, kakak ke toilet dulu." narend pun segera beranjak dari sana bersama dengan lingga yang juga ingin ikut ke toilet.

"Bang sam, itu bukannya bang asa ya." tiba-tiba langit yang setelah selesai memesan makanan tanpa sengaja melihat keberadaan abang tertua nya yang juga sedang berada disini.

"Bang masih lama gak? lingga mau balik katanya pusing kepala nya" angkasa terkejut ketika narend yang baru balik dari toilet dengan lingga yang sudah berada dalam gendongannya.

Saat ini samudra dan langit juga terkejut ketika melihat seseorang yang begitu mirip dengan sang adik yang sedang mereka cari.

"Kamu duluan kemobil terus kunci dari dalan nanti abang nyusul." angkasa memberikan kode yang untungnya narend mengerti sehingga ketika langit dan samudra yang mencoba mendekati  angkasa, narend sudah keburu pergi dari sana.

"Wah bang asa di sini juga, tadi siapa bang sepertinya familiar bang."

"Sam, lang kalian kesini juga tumben?, temen abang, abang duluan yah kasihan mereka nungguin abang."

Angkasa langsung segera pergi dari sana setelah membayar semua makanan mereka, tapi samudra yang penasaran langsung segera mengikuti angkasa dari belakang dan menyuruh langit untuk tidak menunggu dirinya.

Kini mereka sudah tiba di apartemen tanpa menyadari jika samudra telah diam-diam membuntuti mereka.

Samudra seketika terkejut saat melihat abang nya keluar dari dalam mobil dengan mengendong sosok yang selama ini mereka cari.

"Kalingga..."

Sərˈvīv (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang