Melihat abang keduanya sudah pergi meninggalkan perkarangan rumah, jenggala langsung berlari ke dalam kamarnya untuk mengambil jaket serta kunci motornya setelah itu ia langsung menuju di mana motornya berada.
"Pagi-pagi begini mau pergi kemana gal?." taya langit ketika melihat jenggala yang sedang terburu-buru.
"Gala mau ngikutin bang samu bang, soal gala curiga kalau bang samu ada menyembunyikan sesuatu dari kita."
"Abang ikut." ujar langit yang langsung menaiki motor jenggala.
Dengan kecepatan di atas rata-rata mereka pun mengikuti kemana arah mobil abang keduanya pergi, untung nya mereka tidak kehilangan jejak saat di rumah tadi.
Sesampainya di apartemen samudra sudah melihat abang nya bersama dengan lingga sudah menunggu di lobby.
"Maaf abang baru sampai, kalian gak kelamaan kan nunggunya?." tanya samudra yang langsung keluar dari dalam mobil dan membukakan pintu untuk lingga.
"Gak sam, kita juga baru turun beberapa menit yang lalu, abang titip adek ya, kalian hati-hati dijalan, kalau ada apa-apa langsung segera kabarin abang ya sam."
"Adek di temenin bang samu dulu ya, maaf abang gak bisa nemenin adek kedokter, jangan lupa kabarin abang kalau udah sampai di sana." ucap angkasa sembari mengecup kening sang adik.
"Kita berangkat ya bang, nanti samu kabarin abang kalau kita udah sampai di sana, abang juga hati-hati di jalan." ujar samudra yang langsung berlalu dari sana dan langsung menuju rumah sakit.
Begitu juga dengan angkasa yang langsung segera berangkat setelah melihat mobil yang di tumpangi sang adik sudah pergi.
Sementara itu langit dan jenggala yang masih tidak percaya dengan yang mereka lihat barusan pun tetap mengikuti mobil milik samudra karna mereka ingin memastikan sesuatu jika yang mereka lihat tadi itu beneran sang adik yang selama ini mereka cari keberadaannya.
Hanya ada keheningan di sepanjang perjalanan mereka sama-sama sibuk dengan pikirannya masing-masing, sampai pada akhirnya samudra mencoba memulai mengajak lingga mengobrol terlebih dahulu untuk mencairkan suasana yang terasa hening.
"Adek sama twins gimana kabarnya?, twins masih suka nendang perut adek?, adek tadi udah sarapan belum?, kalau mau sarapan dulu gak dek sebelum sampe rumah sakit?."
"Baik, twins juga baik, udah sarapan tadi bang asa bikin sarapan." jawab lingga sekedarnya saja.
Keadaan kembali hening seketika hingga mereka akhirnya tiba di rumah sakit umum tempat lingga memiliki jadwal mengunjungi dokter psikiaternya.
Setelah memarkirkan mobilnya samudra pun segera keluar dari dalam mobil lalu membukakan pintu penumpang untuk lingga dan membantu lingga keluar dari dalam mobil, lalu mereka pun langsung menuju ke ruang praktek sang dokter.
Begitu juga dengan langit dan jenggala yang diam-diam mengikuti mereka berdua dari kejauhan.
Kehamilannya kini sudah memasuki bulan ketujuh, perutnya pun sudah terlihat semakin membesar, di usia kandungan nya yang segitu itu membuat lingga sering mengalami kecapean atau kelelahan, kadang kala ia lebih banyak tertidur dari pada beraktivitas.
Seperti saat ini setelah selesai mengikuti serangkaian terapi untuk mengobati trauma nya, lingga merasa dirinya benar-benar kelelahan serta mengantuk.
"Capek ya dek?, adek duduk dulu disini ya, sebentar abang carikan kursi roda dulu buat adek." ucap samudra yang sadar jika sang adik sudah kelelahan ia pun langsung segera pergi mencari sebuah kursi roda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sərˈvīv (End)
FanfictionKarna perbuatan orang terdekatnya ia harus menanggung beban dalam hidupnya bahkan ia sampai terusir dari rumahnya akibat dari perbuatan orang terdekatnya. ⚠ Warning!!! Ini adalah karya pertama saya dalam genre BxB, jadi jangan salah masuk lapak karn...