Lavina:
Lo ke mana, sih?
Nggak lupa kalo gue lagi nunggu lo, 'kan?
Oh, sama cewek lo?
Awas lo, Kal.Kala mengembuskan napas yang terasa berat. Untuk kali ini, ia malas peduli. Dia tengah bersama Rena, maka seharusnya fokusnya hanya untuk sang kekasih. Usai membaca notifikasi beruntun dari Lavi, tombol persegi panjang di sebelah kanan segera ia tekan. Membiarkan layar ponselnya hanya menampilkan warna hitam.
"Kamu kok bisa tau Mama suka bika Ambon, Kal?"
Mendengar suara Rena, Kala menoleh cepat setelah mengantongi ponsel. Ia tersenyum kecil, meraih jemari Rena agar saling bertaut dengan jemarinya yang lebih besar.
"Sebenernya sih kebetulan, emang Ayah sengaja beli banyak buat dibagi-bagi."
"Terus gimana ceritanya bisa lolos masuk rumah? Iya sih, kamu bawa makanan kesukaan Mama, tapi biasanya Mama nggak sebaik itu yang sampe ngajak sarapan bareng."
"Dibantu Papa kamu."
Kerutan di dahi Rena pun timbul. Tidak biasanya Papa bangun pagi seusai pulang malam. Ditambah dengan keterangan Papa membantu Kala, itu kedengaran aneh. Karena biasanya Papa akan melakukan hal seperti itu jika Papa benar-benar mengenal siapa yang dia bantu sekaligus tau betul si lelaki memang dekat dengan Rena.
"Kok bisa? Kamu kenal Papa dari mana?"
"Ya gitu ... aku—"
"Rena!"
Dua sejoli yang lagi menelusuri parkiran bersama itu memandang penuh tanya pada Lavi yang berteriak dari kejauhan memanggil nama Rena. Rena melambai, membalas Lavi yang juga melambai padanya.
"Kal, aku ke Lavi, ya? Kamu langsung ke kelas!"
Tanpa meminta persetujuan Kala, Rena langsung berlari menjauh, melepas paksa tautan jemari mereka untuk menghampiri Lavi. Teriakan tidak terima Kala tak Rena indahkan. Gadis itu malah memberi flying kiss sebelum melangkah makin jauh bersama sang sahabat. Kala mendengkus. Mau tak mau bertolak ke arah yang berlawanan dengan Rena untuk ke kelas.
"Muka lo kenapa sebel gitu? Tumben juga lo berangkat siangan, biasanya pagi buta udah nyampe."
"Gue nunggu orang yang katanya mau jemput gue, eh ternyata dia berangkat duluan sama yang lain." Lavi menjelaskan dengan nada sebal, mengundang Rena menyorot dengan satu alis terangkat. Merasa paham dengan orang yang Lavi maksud. "Jadi harus nunggu lama lagi buat dapet ojol. Lo tau sendiri 'kan kalo pagi begini susah dapet ojol? Untung aja gue nggak telat."
Rena mengangguk saja. Tak mau banyak mengulik. Sebab sejujurnya ia belum siap mendengar perihal kedekatan Lavi dan Kala dari mulut Lavi langsung. Rena belum siap melukai hatinya lagi.
"Oh ya, tumben lo berangkat sama Kala? Emang Tante Lina udah ngizinin lo pacaran? Jangan-jangan lo diem-diem pindah sama Kala pas udah keluar komplek?" tuding Lavi dengan telunjuk mengarah tepat di wajah Rena.
"Kali ini nggak dong!" balas Rena sambil menyingkirkan telunjuk Lavi pakai tangan kiri yang kebetulan terdapat jam tangan serta dua gelang emas. "Gue pake cara bersih. Lo pasti nggak bakal nyangka kalo Kala pagi tadi ikut sarapan sama Mama."
"Lo serius??"
"Kaget kan lo? Gue juga masih nggak percaya!"
"By the way ...," Lavi memerhatikan gelang liontin angsa yang nampak asing baginya. Bersandingan dengan gelang pemberian Rajev yang sangat dia hafal. "Gelang lo baru, ya? Kok gue baru liat."
"Udah lama, njir. Kala yang beliin pas tau gue dapet gelang dari Rajev."
"Gila, effort juga tuh anak."

KAMU SEDANG MEMBACA
FOOLAFFAIR
Teen FictionKarena prinsipnya yang enggan menjadi pihak pemutus hubungan, Serena Zephyra harus menjalankan hubungan abu-abu yang tak jelas arahnya ketika perselingkuhan sang kekasih dengan sahabatnya terungkap. Di satu sisi, ia ingin melepaskan diri dari ikata...