Ekstrakurikuler futsal SMA Nawasena membatasi jumlah anggota hanya mencapai 20 anak; 10 laki-laki dan 10 perempuan biar pelatihan bisa efektif.
Buat latihan kali ini, Pak Braga selaku pelatih membagi anggota menjadi empat tim, dengan dua tim perempuan serta dua tim laki-laki. Kemudian setiap dua tim disuruh bertanding untuk mengecek dan mengevaluasi kekurangan setiap anak. Sekaligus mencari anak yang paling layak buat turnamen mendatang.
Tim putra sudah bertanding karena mereka didulukan, sekarang giliran tim putri yang menguasai lapangan futsal.
"Kasih ke Kak Rena atau Kak Clarin!" seru salah satu anggota tim Rena yang masih kelas 11.
Rena mendengkus mendengarnya. Dia memang senior di tim, tapi bukan berarti semua peluang harus diserahkan ke Rena atau Clarin sebagai sesama senior. Itu malah bikin keduanya tertekan.
Mau tak mau, ia pun menggiring bola dengan cepat melewati dua pemain lawan. Yang salah satunya adalah Raya, kapten tim futsal putri yang satu angkatan dengan Rena.
"Sial!" gumam Rena, kesal karena bola berhasil direbut Raya.
"Good job, Ray!"
"HAHAHA! Semangat, Ren!"
Suara Renan dan anggota futsal putra lain menggema di pinggir lapangan, entah memberi semangat atau ledekan.
Waktu terus berjalan, tinggal lima menit lagi maka babak ke dua ini akan selesai. Skor saat ini 2-1 untuk tim Raya, yang lagi-lagi melakukan penyerangan, menembus pertahanan tim Rena hingga hampir mencetak gol. Untung Rena cepat mundur dan memblok tendangan lawan hingga bola terpental keluar.
Di detik-detik terakhir, ketika bola sudah berhasil dia rebut, Rena memutuskan untuk mengandalkan Clarin yang berdiri bebas di sisi kiri lapangan.
"Clarin!" panggilnya, sambil menendang bola ke arah cewek itu.
Clarin yang tak menyangka mendapat umpan sempat terkejut. Untungnya ia bisa cepat menyesuaikan, langsung menggiring bola dengan begitu fokus biar tak direbut Raya lagi. Sampai dengan satu tembakan kuat, bola melesat masuk ke gawang lawan.
Suara peluit dari Pak Braga pun terdengar melengking, memekakkan lapangan indoor Nawasena. Menandakan pertandingan berakhir karena waktu sudah habis.
"Sekarang kalian istirahat dulu. 15 menit lagi kita evaluasi, sekarang saya mau ke kantor sebentar. Bisa dimengerti?" tanya Pak Braga pada seluruh anak didiknya yang beberapa sudah menggeletak di lantai.
"Bisa, Pak!!" sahut mereka bersamaan.
Pak Braga memberi acungan jempol, lalu meninggalkan lapangan buat ke kantor seperti yang lelaki itu katakan.
"Ini nggak ada penalti?" tanya Clarin yang saat ini lagi rebahan tak jauh dari Rena.
Raya di sebelahnya melirik singkat. "Makanya kalau lagi dijelasin tuh fokus! Sebelum pertandingan kan Pak Braga bilang kalau skor imbang, nggak ada penalti karena emang cuma buat bahan evaluasi."
"Iya, iya, Bu ketu, ampun."
Rena tergelak pelan yang membuat Clarin mencebik. Hingga kedatangan dua orang lelaki berhasil menghentikan tawa Rena, menggantinya dengan wajah bingung ketika dua orang itu sama-sama menyodorkan air mineral padanya.
"Kak, ini minum."
"Ren, nih minum."
Jaidan dan adik kelas yang tadi pagi memberi lusinan susu kotak bersuara secara bersamaan. Keduanya saling tatap dengan ekspresi kaget. Sadar ada orang lain yang mencoba mendekati Rena, Jaidan menatap anak kelas sepuluh itu tajam. Yang membuat bocah itu seketika memandang ke arah lain, tepatnya pada wajah kelelahan Rena.
![](https://img.wattpad.com/cover/350727497-288-k839527.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FOOLAFFAIR
Dla nastolatkówKarena prinsipnya yang enggan menjadi pihak pemutus hubungan, Serena Zephyra harus menjalankan hubungan abu-abu yang tak jelas arahnya ketika perselingkuhan sang kekasih dengan sahabatnya terungkap. Di satu sisi, ia ingin melepaskan diri dari ikata...