Beberapa hari ini, Lucas sedang berada di Thailand untuk urusan pekerjaan. Jadi, tidak ada yang terlalu ikut campur dengan kehidupan Emilie.Anehnya, ia membawa serta Miki. Terkesan bahwa Lucas sedang melonggarkan pengawasan. Tapi Emilie tidak ambil pusing. Seharusnya ia merayakan kebebasannya.
"Eh, eh!" Imelda berseru. Makanan di atas meja sudah tandas, kini mereka mengudap semangka, es krim dan puding sebagai hidangan penutup. "Kita mesti sering- sering ngadain yang kayak gini lagi, nih! Seru kan ngumpul bareng sambil makan dan ngegosip gini?!"
"Iya, tapi ada yang bete, tuh!" Emilie menyindir. Memang cuma dia yang berani semau gue sama Davaro. Hubungan persahabatan Emilie dan Davaro adalah sesuatu yang unik. Mirip kakak- adik. Meski nyatanya Davaro sudah punya adik perempuan cantik-- yang kayaknya udah luluh banget sama Imelda.
Sewaktu masih di Inggris , Varo yang kala itu lanjut di NYIP sering banget mampir ke tempat Emilie di Bloomsbury.
Tapi setelah lulus kuliah, Varo mengembara ke seluruh dunia sampai dia jadi dekil begini. Sekarang lelaki itu menjadi pembuat film dokumenter dan fotografer professional untuk media sekelas National Geographic.
Sementara Imelda sibuk sebagai junior art director di sebuah perusahaan advertising. Sembari menyeruput ocha dinginnya, Emilie mengamati satu persatu para sahabatnya. Mereka kini berubah. Punya sesuatu untuk diperjuangkan dalam hidup. Dinara dengan stethoscope, ingar- bingar UGD, yang tahun depan sudah akan mulai masuk ke pendidikan dokter spesialis.
Davaro dengan kamera dan kru nya yang baru saja pulang mendokumentasikan The Great Migration di Taman Nasional Masai Mara.
Lalu Imelda dengan buku sketsa, tablet, serta gambar- gambar yang kerap ia unggah di Pinterest account miliknya.
Sementara Emilie sendiri, ini series ke enam yang diperankannya tahun ini. Seharusnya ia bersyukur. Mereka semua diberkahi dengan kehidupan yang baik di usia ini.
"Habis ini si artis kita mau ke mana nih?" Imelda mengerling jahil ke arah Emilie. "Eh, nitip salam dong sama Reza Bagas!" Imelda mulai excited sendiri.
Reza Bagas adalah salah satu pemain pendukung dalam serial yang dimainkan Emilie saat ini. Bertampang ganteng khas Jawa dengan kulit cokelat tapi macho. "Ganteng banget nggak sih dia dari dekat? Duh, pasti seneng banget ya ketemu yang ganteng - ganteng tiap hari gitu!"
"Halah, ganjen!"
"Sirik aja sih lu, Tong!"
Varo mencibir.
"Kapan- kapan lo main ke tempat syuting gue deh, Mel. Reza orangnya ramah kok. "
"Serius, nggak apa- apa?" dia menoleh ragu ke arah Emilie. "Aduh, tapi gue malu nih."
"Tenang aja sih. Banyak kok fans yang nungguin proses syuting di lokasi. Tapi emang nggak bisa terlalu dekat juga. Entar gue bilangin deh sama Reza!"
" Ih, baek banget sih lo!"
***
Emilie baru saja kelar pukul lima sore. Dia hendak menghubungi Pak Joko untuk menjemputnya, ketika telepon dari Prana masuk.
Gadis itu sempat ragu, sebelum menjawab panggilan tersebut. Beberapa orang tampak menoleh penuh minat ketika melihat gadis itu berdiri di lobi mal yang mulai dipadati pengunjung pada akhir pekan itu.
Beberapa ada yang sekedar menunjuk- nunjuk ke arahnya, lalu ada yang menatapnya dengan sorot kekaguman, beberapa lagi ada yang berlagak jadi paparazzi dadakan, mengarahkan kamera ponsel ke sosok Emilie. Dia hanya menanggapi itu semua dengan satu senyuman sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deserve You
ChickLitRasa sakit hatinya pada Prana tidak pernah dilupakan Emilie, meskipun enam tahun berlalu. Meskipun pria itu masih berada di sekitar Emilie, menjadi bagian dari hidupnya, namun gadis itu bertekad untuk melupakan bahwa dirinya pernah menyukai lelaki y...