Setelah menyelesaikan pengambilan gambar hari itu, Emilie memutuskan untuk pulang ke hotel. Menolak halus ajakan yang lain untuk nongkrong di tempat hiburan malam Hong Kong yang spektakuler itu.
Ketika membuka pintu, ia nggak mendapati Nanda di mana pun. Sepertinya gadis itu sedang pergi ke luar untuk melihat- lihat atau apa.
Seperti kebiasaan Emilie, perempuan itu melepaskan pakaiannya satu persatu tanpa menyalakan lampu kamar. Ketika hanya tersisa bra warna hitam yang satu setel dengan celana dalam hitam berenda, dengan entengnya, perempuan itu melepaskan sisa kain terakhir yang melekat di tubuhnya sebelum membuka pintu kamar mandi.
Cukup lima belas menit ia menyelesaikan ritual mandinya, ia ke luar hanya dengan mengenakan bathrobe yang hanya menutupi pahanya dengan rambut tergulung tinggi ke atas.
Emilie melangkah mendekati tembok, meraba sakelar lampu. Lalu berjengit ketika cahaya terang benderang menyilaukan matanya. Kamar hotel yang disewanya ini memiliki fasilitas living room.
Dan kartu akses hanya menjangkau penerangan di area depan. Nggak sampai ke bagian kamar dan kamar mandi. Pengaturan yang aneh, tapi Emilie menyukainya.
Ketika hendak melepaskan bathrobe nya untuk diganti dengan kostum tidurnya yang berupa tank top dan celana pendek, perempuan itu tersentak mundur, ketika melihat bayangan seseorang di cermin. Sedang duduk berselonjor dengan punggung menyandar rileks ke headboard. Mengamatinya, seolah-olah tengah menonton adegan dalam sebuah film.
Emilie urung melepaskan bathrobe. "Sejak kapan kamu duduk di situ?" geramnya dengan suara rendah.
Matanya nyalang dan tajam menatap penuh permusuhan pada lelaki yang adalah suaminya itu. Lucas menyeringai sebelum berujar dengan santai. "Cukup puas melihat adegan striptease mu tadi. Aku yakin kamu memang berbakat. Untung aku sudah menikahimu!" Lucas menegakkan punggung.
"Bukannya kamu seharusnya lagi di Jepang?"
"Jepang nggak terlalu jauh dari sini."
Emilie memutar bola matanya dengan geram.
"Jangan memutar bola mata di hadapanku, Baby, karena kamu pasti nggak akan suka dengan akibatnya. Atau malah akan sangat suka sekali?" sebelah alis pria itu terangkat disertai senyum geli dan jenaka yang membuat kemarahan Emilie memuncak. "Keluar!"
"Nggak mau!"
Dan Emilie kesal setengah mati. Tanpa pikir panjang, dan tanpa mempertimbangkan kondisinya saat itu, perempuan itu langsung maju menyerang Lucas.
Emilie bermaksud dan bertekad menggulingkan pria itu dari atas ranjang ukuran King tersebut, hanya saja, Lucas melebarkan kedua lengannya, seolah- olah sedang menyambut sang istri ke dalam pelukannya.
Begitu Emilie mendekat, Lucas langsung menyambarnya, seperti burung pemangsa yang menyambar buruannya. Emilie pun terguling, terjerembab ke atas kasur dengan tubuh Lucas yang telah menaunginya.
"Sudah kuduga kamu memang istri yang pengertian. " Suara Lucas kini berubah serak. "Kamu sudah siap bikin aku senang malam ini."
"In your dream, Lucas! In your dream!" desis Emilie marah. Kemudian berusaha menekuk lutut dan menyasar bagian tengah tubuh suaminya.
Namun Lucas yang bisa membaca pergerakan sang istri, segera saja bergerak untuk menindih tubuh mulus beraroma mawar itu. "Kamu nggak ingin kita kehilangan masa depan kan?"
"Om..."
"Lucas!"
"Yeah, Lucas!" Emilie mengerang jengkel. "Kamu nggak bisa begini! Aku lagi kerja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Deserve You
ChickLitRasa sakit hatinya pada Prana tidak pernah dilupakan Emilie, meskipun enam tahun berlalu. Meskipun pria itu masih berada di sekitar Emilie, menjadi bagian dari hidupnya, namun gadis itu bertekad untuk melupakan bahwa dirinya pernah menyukai lelaki y...