Dua Puluh Delapan

1.3K 182 13
                                    

Emilie seketika berubah jadi lebih pendiam. Semenjak kepulangannya dari Uluwatu tempo hari, dan menyadari bahwa sekarang dirinya bukan miliknya sendiri.

Memang, untuk masalah pekerjaan, Lucas nggak banyak melarangnya. Walau pria itu juga bukan pendukung utama karirnya yang kini semakin berkembang pesat.

Terdengar suara pintu diketuk dari luar. Emilie sedang berdiri di balkon kamarnya, di lantai dua rumah Lucas yang berada di Senopati.

Setiap kamar di lantai dua rumah ini, memiliki balkon cantik yang muat untuk menampung meja, kursi dan pot tanaman. Kemewahan seluas 2x3 meter yang Emilie manfaatkan sebagai tempat untuk merenungi nasibnya yang bagai roller coaster akhir- akhir ini.

Minggu lalu dia masih bersenang-senang bareng Kiera, Davina, dan Julio. Namun detik ini statusnya sudah berubah. Dia menjadi nyonya Lucas Nayaka Januardy hanya dalam sekedipan mata. Dan yang lebih absurd dari ini semua, dia sekarang jadi kakak ipar dari ibu tirinya.

"Di sini kamu rupanya," Emilie hanya melirik sekilas ke arah suaminya yang pagi itu sudah tampak rapi dalam balutan setelan tiga potong. "Kenapa nggak turun sarapan?"

"Nanti," ujar Emilie acuh tak acuh.

Lucas hanya mengangguk. Dalam pernikahan ini, keduanya sepakat untuk nggak mencampuri urusan satu sama lain. Malah, sebenarnya, pernikahan ini punya maksud agar Lucas bisa dengan leluasa menjaga dan melindungi Emilie dengan seluruh sumber daya yang ia punya.

"Aku harus meeting  ke Jepang habis makan siang nanti,"

"Hmmm..."

"Kamu kapan mulai syuting lagi?"

"Besok."

"Bawa Miki sama Nanda, ya."

"Aku bisa bawa Nanda karena dia bisa tidur sekamar denganku. Tapi Miki? Hotel di Hong Kong nggak murah, Lucas. Apalagi ini ngambil gambarnya di Causeway Bay sama Deep Water Bay. Di situ udah high cost banget." Emilie memang nggak mau kerja tapi dikawal pakai bodyguard.

Lucas mendekati istrinya. Tangannya meraih dagu runcing Emilie dan mengangkatnya supaya mendongak ke arah pria itu.

Tatapan Lucas berubah tajam dan Emilie sudah hapal, bahwa jika Lucas sudah melayangkan tatapan itu padanya, berarti pria itu sedang nggak ingin dibantah. "Kamu istriku sekarang,"

"Apa hubungannya?" bukan Emilie Alexandrina Tedjamukti, kalau dia nggak berani menentang Lucas.

"Aku tahu, kamu nggak akan dengan mudahnya menurut padaku, Baby. Tapi kamu harus. Atau kamu tidak akan pergi ke mana- mana." Ujarnya dengan nada bicara dan ekspresi yang amat menjengkelkan. Ingin sekali Emilie menggampar wajah pria itu dengan tongkat pemukul kasti.

"Kamu ngancam aku?"

Lucas menatap mata sewarna madu itu dengan penuh perhitungan. Sebelum senyuman asimetris tersungging dari bibirnya. "Aku tahu," bisiknya.

Sementara wajahnya sendiri kian dekat dengan wajah Emilie yang menampilkan ketenangan yang mematikan.

"Aku nggak akan bisa dengan mudah naklukin kamu," bibirnya hanya tinggal tiga sentimeter di atas bibir Emilie. "Tapi aku dengan senang hati memainkan permainan ini sama kamu."

Bibir itu akhirnya mengulum bibir Emilie dengan kuat, dalam dan panjang.

Meski pun Emilie nggak mencintai Lucas, namun tak pelak ia membalas ciuman itu dengan sama bergairahnya.  Namun bukan Lucas yang ada dalam bayangannya ketika matanya terpejam. Akan tetapi, pria yang ia lihat sedang bercumbu di toilet restoran di Uluwatu waktu itu.

Deserve YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang