Empat Belas

1.6K 228 45
                                    

Dalam balutan setelan Emernegildo Zegna warna hitam arang, Lucas duduk tegak di Minotaurs Steak House yang terletak di bilangan Dharmawangsa.

Sekretarisnya sudah mereservasi tempat ini untuk pukul tujuh malam. Namun, sekarang  Patek Philippe nautilus titanium yang melingkar di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul delapan. Berarti, sudah satu jam ia duduk menunggu.

Karena itu adalah restoran fine dining dengan daftar tunggu yang cukup panjang, Lucas harus berkompromi dengan membayar biaya tambahan. Menunggu hingga seseorang yang ditunggunya datang.

Beberapa pramusaji tempat itu berkasak- kusuk membicarakan pria yang menawan itu. "Ceweknya pasti istimewa banget, ya? Lihat dong. Ganteng parah gitu. Menurut lo umur berapa doi?"

"Thirty something lah..."

"Dia nungguin bininya kalik, masa hari gini modelan begitu belom ada buntutnya!"

Temannya mengangguk- angguk. " Iya juga ya!"

"Eh, kalian lagi pada ngapain?" seorang perempuan berusia pertengahan tiga puluh menghardik dua pramusaji berseragam kemeja putih yang dilapisi rompi cokelat dan rok hitam selutut. Keduanya langsung ngacir balik ke dapur.

Sommelier bersetelan jas rapi kembali menghampiri meja Lucas. Membungkuk hormat. "Kami punya Petrus tahun 2005, bila Anda berkenan untuk mencicipi?"

Lucas mengarahkan tatapannya ke meja. Dia sudah nyaris menghabiskan sebotol Bordeaux, dan mungkin yang ditunggunya juga nggak bakalan muncul. Pria itu tersenyum pahit.

Ditolak atau dicampakkan atau diabaikan bukanlah variabel dalam hidup seorang Lucas Nayaka Januardi. Baru kali ini dia merasakan kegusaran akibat tak diacuhkan. "Berikan Petrus itu," putus Lucas akhirnya. Seenggaknya, malam ini dia mendapatkan anggur yang enak.

***

Dalam balutan Simone Rocha puff fitted mini dress embellished dengan cup detail warna hitam, pump shoes Dior dan giwang mutiara dari Lynn Nakamura, Emilie turun dari Lexus yang dikendarai Nanda dengan kecepatan yang membuat Vin Diesel kelihatan seperti seorang dude.

Emilie nggak pernah menyangka, bahwa Nanda yang sangat phobia cicak itu rupanya punya bakat terpendam jadi tukang ngebut.

Jadi, setelah ribut di ruang ganti selama kurang lebih setengah jam dengan Nanda, yang memaksanya untuk menghadiri undangan makan malam itu, di sinilah Emilie berada. Seperti baru ditarik paksa dari lubang hitam. Untung saja, asisten Ishtar mengatakan bahwa cewek itu punya baju ganti yang baru selesai di dry clean di bagasi mobilnya.

Dan alhasil, Simone Rocha kini menempel di tubuhnya dengan pas, membuat Ishtar menghadiahkan gaun itu pada Emilie saat itu juga. Belum lagi drama Emilie yang ingin membayar gaun itu, yang ditolak mati- matian oleh Ishtar.

Dan untungnya pula, Febi, asisten Ishtar bisa make up dan hair do sedikit- sedikit.

"Gue nggak tahu, lo punya kemampuan mengemudi setara Abang- Abang metromini!" Untung mobilnya punya sistem airbag yang bagus. Tapi kalau sampai interior mahal mobilnya berbau aneh setelah ini, Emilie bersumpah akan memaksa Nanda untuk mencium kaus kaki Miki Oppa sialannya itu.

"Lo lupa? Bapak gue kan sopir kopaja!" sahut Nanda sambil lalu.

"Tapi sebaiknya nggak perlu buru- buru. Airbag mobil ini mungkin bakalan mengembang sempurna kalo sampai terjadi benturan, tapi kalau habis itu baunya bakalan aneh, gue bakalan maksa lo buat cium kaus kaki Miki Oppa!"

"Hah!" Nanda menyahut jemawa. "Jangankan cuma kaus kaki Miki Oppa, yang lainnya aja gue mau kok!"

"Sinting lo!"

Deserve YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang