Dua Puluh Empat

1.3K 199 19
                                    


Dalam balutan gaun pengantin berbahan satin, berwarna putih mutiara dengan detail lace dan beberapa potong berlian di bagian atas, Emilie berdiri di tepi restoran atap yang digunakan sebagai venue acara pernikahan tersebut.

Matanya memandangi ombak lautan  di bawah sana, lalu berpindah ke  matahari senja yang syahdu di kaki langit. Di tangannya, ada segelas sampanye.

Segalanya seperti mimpi. Pernikahannya, yang diadakan setelah syuting selesai dan Nyssa memutuskan bahwa hasil pengambilan gambar cukup memuaskan. Mereka punya waktu seminggu untuk rehat sebelum berangkat ke Hong Kong.

Betapa menggelikannya ini semua, di tengah - tengah jeda, dirinya mendapati bahwa ia sudah bukan miliknya sendiri. Dia kini milik seorang pria. Pria yang nggak akan pernah terpikirkan, bahkan dalam bayangan terliarnya sekali pun, akan dinikahinya.

Ia adalah Nyonya Lucas Januardy sekarang. Pria yang di masa lalu, pernah menggilai mami tirinya. Bahkan, Ems tahu, bahwa Lucas pernah berkeras untuk menikahi Aeris, demi mengambil alih tanggungjawab yang seharusnya diemban oleh papinya.

Entah ia bodoh atau apa, menyetujui sesuatu yang disodorkan begitu saja padanya dalam kondisi seperti ini.

Di saat hati dan pikirannya kacau balau penuh dengan beberapa kejadian yang membuatnya terjebak antara masa lalu dan masa kini.

Ya kehadiran Max yang tiba - tiba, lalu Dave yang sempat membangkitkan traumanya. Belum lagi apa yang ia coba lupakan mengenai perasaannya tentang Lucas.

Walau sejujurnya, ia mau menerima Lucas hanya untuk membuat papinya merasa terganggu,  karena pernah mengijinkan pria yang sejak remaja dicintainya, menikahi wanita nggak berdaya yang adalah tantenya sendiri.

"Apa kamu menyesal?" sebuah suara yang berat dan rendah, tiba - tiba merasuki ruang dengarnya. Ia menoleh sekilas, tersenyum getir ketika melihat sosok kakak angkatnya.

Pria itu sudah berdiri di sampingnya. Tampak sangat menawan dalam balutan setelan jas hitam pas badan. Walau wajahnya muram bak langit bulan Januari.

Mungkin Emilie harus berbangga pada dirinya sendiri, karena berhasil membuat sang kakak tiri menjejalkan tubuhnya dalam jenis pakaian yang selalu dibencinya.

"Kak Prana ganteng banget pakai setelan jas itu," ujarnya lembut. Senyuman merekah di wajahnya. Namun dibalas dengan wajah muram pria itu.

"Kamu bakalan bikin suami barumu meninjuku, karena berani- beraninya memuji pria lain di hari pernikahan kalian."

"Oh, Lucas bukan tipe yang kayak gitu."

"Kamu... sepertinya santai saja menanggapi ini semua," nada Prana terdengar menuduh.

"Bukannya semua perempuan akan bersyukur, mendapatkan suami tampan dan kaya raya seperti Lucas? Paling enggak, ada beberapa hal yang bisa dimanfaatkan dari memiliki itu semua."

"Aku harap..." Suara Prana tersendat oleh kesengsaraan yang disembunyikannya rapat- rapat, tepat setelah Emilie mengambil keputusannya malam itu, ketika Prana mengantar Jagad untuk menemuinya di Uluwatu."Aku harap kamu bahagia."

"Of course," ujar Emilie terlalu cepat. "Biar bagaimana pun, nggak ada jalan kembali."

Itu juga merupakan peringatan untuk dirinya sendiri. Emilie merasa dia nggak akan tahu apa yang dihadapinya. Tapi, paling nggak, dia selalu menikmati sentuhan Lucas. Untuk saat ini, segalanya terasa sudah cukup baginya.

***

"Lo gila, Em..." Imelda, Davaro dan Dinara mendekati Emilie, setelah susah payah menemukan perempuan  itu. "Nikah kaget. Buru- buru banget. Udah isi lo ya?" ujar Imelda galak.

Deserve YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang