William, Azlan, dan Louis kini berada dalam posisi berlutut sambil menjewer telinga masing-masing. Tidak sampai di situ, ketiganya saling menyalahkan sesama atas penyebab mereka dihukum seperti ini.
Perdebatan terhenti begitu mereka mendengar suara langkah kaki, yang tidak lain adalah Halley. Ia mendekat dan memperhatikan ekspresi kesal ketiga bocah nakal itu. Khususnya William, yang sedari tadi berdebat ini itu dengannya.
Tatapan Halley seolah mengatakan "rasakan itu, kalian pantas menerimanya" ia juga menertawakan mereka dengan puas. Hal itu membuat ketiganya ingin meledakkan amarah. Namun, mereka urungkan, takut-takut jikalau Sophia datang dan semakin menambah durasi hukumannya.
Selang beberapa saat, Aeiry berjalan melewati Halley dan berlutut di samping ketiga bocah itu.
"Apa Aeily halus seperti ini juga, Kakak baik?" Aeiry juga menjewer kupingnya sambil melihat Halley.
Halley, Louis, Azlan, dan William seketika menatap bingung ke arah Aeiry, setelahnya mereka menertawakan gadis itu karena kepolosannya.
Walaupun cuaca di luar sangat dingin. Namun, suasana dalam gereja begitu hangat berkat kehadiran sosok Aeiry. Keempat bocah itu menghabiskan malam hari dengan sukacita atas kedatangannya, terutama Halley yang akhirnya mendapatkan teman perempuan. Di bawah lampu besar yang cahayanya temaram, anak-anak manis itu saling bertukar cerita, tanpa sadar saling menumbuhkan ikatan persahabatan satu sama lain.
***
Fajar menyingsing dari ufuk timur. Sophia beranjak dari tempat tidur sambil menggosok mata yang belum sepenuhnya terbuka. Setelahnya wanita itu mandi pagi, kemudian menuju kamar anak laki-laki untuk memeriksa keadaan di sana.
Sophia mendapati kelima bocah itu masih tidur bersandar ke dinding, dengan posisi tubuh yang saling berdempetan dengan dibalut selimut cokelat.
"Anak yang malang." Sophia menatap iba pada mereka.
Tidak lama setelahnya, Aeiry pun terbangun. Sophia segera mendekat dan berjongkok di depan anak perempuan itu.
"Jangan bangunkan mereka, ya." Tangannya yang kurus mengelus lembut kepala Aeiry. "Aku akan ke pasar membeli bahan makanan untuk kalian."
"I-iya, Bibi," jawab Aeiry dengan tertunduk.
Sophia lalu beranjak pergi dari sana. Begitu sampai di luar, Ia sejenak memandangi gereja tua itu dengan senyum di wajahnya.
Sementara itu di dalam gereja. Anak-anak mulai terbangun, mereka memulai hari dengan tersenyum kepada Aeiry sambil mengucapkan selamat pagi. Sungguh, Aeiry mulai menyukai mereka.
Kelima bocah itu pun mandi secara bergiliran. Setelahnya, mereka menunggu kepulangan Sophia dari pasar. Ada William, Azlan, dan Louis yang berdebat tentang siapa di antara mereka yang terkuat. Sementara itu Halley dengan Aeiry saling bergantian mengepang rambut lalu membahas boneka kesukaan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Of Five Child's Season 1 [End]
FantasyMenceritakan tentang kelima anak yatim piatu yang kebahagiaannya terenggut paksa akibat peperangan, tidak hanya itu. pemerintah juga mengambil alih kendali atas nasib mereka dengan mengirim ke kamp militer. Kehidupan di tempat pelatihan pun tidak b...