Sore hari di dalam tenda penyembuhan.
Situasi saat ini sangat tidak mengenakkan. Halley yang mengerti kronologi Azlan dan Aeiry hanya diam membisu, Louis terlihat mengusap-usap tangan kesayangannya yang patah. Namun, William terlihat sangat sibuk, tangannya terkepal kuat, rasa cemas menggerogoti hatinya akan kekhawatiran terhadap mereka, khususnya Aeiry. Ia beranjak dari tempat duduknya dan membuka suara.
"Lama sekali, sudah satu hari lebih dan mereka belum kembali juga!" William mondar-mandir. "Harusnya setengah hari cukup, menurut Kak Rachel!"
"Tenanglah, William. Mereka pasti kembali. Lagi pula, mereka pergi bersama pengawas dan beberapa prajurit," ucap Louis menenangkan.
Bukannya tenang, William malah menatap kedua temannya itu. "Kalau saja kalian tidak mengalami patah tulang dan dislokasi bahu, mereka tidak perlu ke hutan untuk mencari tanaman herbal."
Pernyataan itu sontak membuat Louis terdiam. Bocah itu memandangi tangannya dengan perasaan bersalah akibat kekalahannya melawan instruktur. Namun, pernyataan itu juga mengubah tatapan Halley menjadi sinis karena merasa disalahkan.
"Kami begini karena membela Aeiry dari instruktur biadab itu. Bukankah kau juga terluka akibat perlawanan itu!?" Halley dengan nada mengejek. "Kau lebih tua dari kami, tetapi kenapa pemikiranmu seperti itu. Azlan dan Aeiry mungkin merasa bersalah karena memicu perkelahian, makanya mereka mencari tanaman itu untuk kita! Seharusnya kau malu, William! Ini bukan saatnya saling menyalahkan!"
Wiliam yang kesal lantas meninggalkan mereka, baginya tidak akan ada habisnya jika berdebat dengan wanita. Sementara itu, Halley menguatkan Louis yang terlihat meratapi nasibnya.
"Sudahlah, Louis. Itu hanyalah kata-kata dari seseorang yang panik. Jangan diambil hati," bujuk Halley, "kau tidaklah lemah. Hanya saja, lawan kita yang hebat."
Selang beberapa menit, Azlan dan Aeiry sudah tiba di kota dan langsung menyerahkan tanaman itu kepada Rachel. Setelahnya, mereka langsung ke tenda Halley.
Wajah penuh kekhawatiran dan keresahan berubah menjadi kegembiraan, saat menyaksikan Azlan dan Aeiry pulang dengan selamat. Seperti biasa, Louis langsung mendekat kepada Aeiry, memastikan kondisinya baik-baik saja, dan mengucapkan terima kasih karena mencarikan obat untuk dirinya.
"Ya ampun. Padahal aku juga mencarinya, tetapi kenapa hanya Aeiry yang dikhawatirkan dan mendapat ucapan terima kasih," keluh Azlan, "kenapa perempuan selalu mendapat perhatian lebih, aku tidak mengerti."
Senyuman tipis terpancar dari wajah Halley saat mendengarnya. "Kudengar kau bersikeras mencari tanaman obat itu untuk kami, Azlan. Terima kasih," ujar Halley, "aku juga mengakui keberanianmu karena meminta izin secara langsung kepada Pak Daniz."
Wajah Halley dibuat memerah oleh Azlan. Tiba-tiba saja lelaki itu mendekat dan menempelkan tangannya di dahi Halley yang membuat perasaannya menjadi kalang kabut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Of Five Child's Season 1 [End]
FantasiMenceritakan tentang kelima anak yatim piatu yang kebahagiaannya terenggut paksa akibat peperangan, tidak hanya itu. pemerintah juga mengambil alih kendali atas nasib mereka dengan mengirim ke kamp militer. Kehidupan di tempat pelatihan pun tidak b...