Chapter Dua Belas

198 140 85
                                    

Beberapa bulan berlalu setelah kesuksesan penyerangan instruktur, selama itu juga mereka selalu bermimpi indah, merasakan kesenangan yang luar biasa, dan selalu tersenyum ceria sehingga membuat para warga yang melihatnya menjadi terheran-heran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa bulan berlalu setelah kesuksesan penyerangan instruktur, selama itu juga mereka selalu bermimpi indah, merasakan kesenangan yang luar biasa, dan selalu tersenyum ceria sehingga membuat para warga yang melihatnya menjadi terheran-heran. Sebab, hanya mereka yang seperti itu di tempat suram ini.

Untuk Louis dan William, hubungan keduanya sempat renggang karena masih ada sedikit rasa jengkel di benak Louis. Namun, itu tidak bertahan lama akibat William terus menerus membujuknya. Sungguh, Louis tidak enak untuk menolaknya.

***

Halley, si gadis bermata merah mulai berlatih pedang seperti biasa. Dari caranya mengayun pedang, menebas, serta mata yang terfokus pada satu titik. Ditambah, ia sudah melalui pelatihan selama dua tahun terlebih dahulu di gereja, membuatnya terlihat mahir dari anak gadis lainnya. Bahkan, tidak jarang dirinya mendapat sanjungan dari instruktur dan prajurit lain.

Namun, menjelang istirahat makan siang, Halley mendapatkan masalah karena keteledorannya sendiri. Akibat terlalu semangat mengayun pedang sambil bergerak ke sana kemari membuat keseimbangannya goyah dan melukai seorang anak gadis di dekatnya.

Ia buru-buru meminta maaf dengan intonasi lembut sambil berharap suasana akan membaik, tetapi respon gadis itu justru tidak sesuai dengan kemauan Halley.

"Kau! Kau sengaja memukul kepalaku, kan!" Gadis itu memarahi Halley dengan keras.

Halley menggeleng. "Tidak, Kak. Aku tidak sengaja," bantah Halley, "tadi aku kehilangan keseimbangan, maaf ... aku benar-benar tidak sengaja."

Perdebatan seketika terhenti ketika gadis itu melayangkan sebuah tamparan ke pipi Halley sehingga membuatnya terjatuh, tamparan keras itu juga membuat atensi anak-anak lain tertuju kepada mereka. Tentu saja, hal itu membuat Halley tidak nyaman. Apalagi, rasa nyeri, pedih, dan panas mulai Halley rasakan.

Umumnya, anak gadis akan berteriak bahkan menangis jika diperlakukan seperti itu. Namun, Halley berbeda. Ia tidak mengeluarkan sepatah kata dan hanya memegangi pipinya yang memerah, dirinya berusaha tegar sambil menahan rasa sakit yang luar biasa.

"Lemah sekali, hanya satu tamparan dan kau tidak bisa berdiri lagi!" hinanya, "hanya karena sering dipuji instruktur, bukan berarti kau kuat!"

Halley masih senyap tanpa suara. ia menyadari kecerobohannya. Di lain sisi, dirinya sudah tidak bisa menahan sakit ditambah dipermalukan di depan umum. Ini pertama kali dirinya ditampar. Bahkan, orang tuanya saja tidak pernah melakukan itu sehingga membuatnya semakin mendidih.

Puas memaki, gadis itu berbalik badan dan bersiap berlatih kembali. Halley menyadari hal itu, dirinya mengamati setiap gerak-geriknya persis seperti binatang buas yang mengincar mangsanya.

Halley mulai berdiri dan melancarkan serangan balasannya. Dengan cepat, tangannya berhasil menarik rambut panjang gadis itu dengan kekuatan penuh membuatnya terjatuh ke tanah lalu diikuti oleh raungan kesakitan dari sang gadis.

Journey Of Five Child's Season 1 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang