Situasi kali ini benar-benar mencekam. Babi yang tadi pergi, kali ini datang kembali. Ia tidak sendiri, melainkan datang dengan kawanannya yang berjumlah empat ekor, jadi keseluruhan berjumlah enam ekor. Namun, ada satu ekor yang membuat ketiga sahabat itu tercengang sekaligus merinding. Bagaimana tidak, babi itu berada di barisan terdepan, memandu kawanannya.
Babi itu terlihat berbeda dengan bulu kasar berwana merah tua layaknya darah, bermata kuning menyala, moncong, taring, dan badannya lebih besar dari babi yang berwarna hitam. Ketiganya bisa menyimpulkan kalau ini adalah pemimpinnya.
Mereka benar-benar terjebak. Tidak hanya itu, pemimpin babi itu mulai mengais-ngais tanah dengan kuku besarnya, membuat ketiga sahabat itu gelisah. "Louis, Halley. Bersiaplah! Babi itu sepertinya akan melakukan sesuatu!" kata William.
Tidak butuh waktu lama bagi kata-kata William untuk menjadi kenyataan. Dengan tenaga yang mengagumkan, pemimpin babi tersebut berlari dan menabrak batang pohon dengan kekuatan penuh. Dentuman keras terdengar, membuat dahan tempat mereka bertengger ikut bergetar. Serangan itu tidak hanya menimbulkan suara gemuruh yang menakutkan tetapi juga meninggalkan lubang besar di batang pohon.
Tidak mau kalah, babi-babi hitam lainnya mulai ikut-ikutan. Satu per satu, menabrak pohon dengan kekuatan yang mereka miliki. Setiap hantaman membuat dahan-dahan bergerak, menambah ketidakstabilan tempat persembunyian mereka. Louis, Halley, dan William memegang erat-erat satu sama lain, mencoba untuk tidak terjatuh.
"Sial! Babi-babi ini meresahkan. Jika jatuh, kita akan pulang dan menambah beban bagi Aeiry dan Azlan!" ujar Louis, "kita harus bertahan!" Louis mengencangkan pelukannya pada dahan pohon.
"Tidak hanya jadi beban! Kemungkinan terburuknya, kita bisa berpindah alam! Aku merasa, pohon ini tidak akan bertahan lama!" seru Halley.
William melotot kepada Halley. "Jangan bicara yang tidak-tidak! Aku tidak ingin mati muda, terlebih dibunuh oleh babi! Masih banyak yang ingin kulaku—"
Kata-kata William terpotong karena tabrakan itu semakin keras. Kondisi pohonnya juga semakin miring serta bergoyang seiring berjalannya waktu dan.
Saat ini, pemimpin babi melancarkan tabrakan terakhir. Suara retak terdengar nyaring, mengiringi robohnya pohon itu ke tanah, membawa ketiga sahabat itu turun bersama dedaunan serta ranting yang patah.
Louis yang pertama kali bangun dari puing-puing pohon yang roboh. Tubuhnya penuh dedaunan serta debu, jantungnya berdebar kencang, dan kekhawatiran memenuhi pikirannya. Dia segera memanggil kedua temannya, berharap mereka baik-baik saja.
Namun, karena kelaparan dan masih syok, Louis tidak menyadari bahaya yang mendekat. Tiba-tiba, pemimpin babi itu berlari dengan cepat, tepat dari samping.
Gawat, tidak akan sempat! batin Louis.
Tabrakan babi itu mengenai Louis secara telak, membuatnya terpental cukup jauh, dan membentur pohon. Beruntung, Louis sempat bergerak, membuat posisinya berada di antara taring tajam, sehingga hanya moncong babi yang mengenai tubuhnya.
Louis hanya bisa tengkurap. Ia bisa merasakan kepalanya terasa berputar, pandangan kabur, tubuhnya lemah, dan mulut mengeluarkan darah, tanda benturan itu lumayan serius. Bisa dibayangkan jika taring babi itu menghujam langsung tubuhnya, kemungkinan Louis sudah tidak bernyawa.
Pemimpin babi itu mendekat, hidungnya mengendus-endus Louis, seakan memeriksa keadaan. Beberapa saat kemudian, babi itu berbalik, menatap William dan halley karena mengira Louis sudah tiada.
William dan Halley yang baru bangun, sangat dikejutkan oleh kejadian itu. Mereka melihat Louis terkapar tanpa bisa berbuat apa-apa. Selain itu, kondisi keduanya tidak diuntungkan karena pemimpin babi dan kawanannya mulai bergerak ke arah mereka.
"Demi Louis! Aku akan membuat perhitungan dengan kalian! Babi-babi menyebalkan!" William mengambil pedangnya lalu diikuti oleh Halley.
Pertarungan pun pecah kembali. William dan Halley terus bertahan, melawan gempuran gerombolan babi yang ganas. Dengan amarah membara, mereka mengayunkan pedang dengan gerakan yang tajam serta terukur, tentunya sambil menjaga jarak antara gigitan babi dan taringnya.
Namun, banyaknya jumlah babi dan keterbatasan stamina, membuat langkah kaki mereka mulai berat. Terlebih, pedang mereka terpental saat beradu dengan taring babi. William, lengan kiri dan kanannya mulai berdarah akibat taring babi. Begitu juga dengan Halley, pakaiannya di beberapa area telah robek, dengan wajah yang pucat, tetapi masih berusaha tegar.
Keduanya benar-benar terjebak, berada di tengah-tengah lingkaran babi. Punggung mereka bertumpu satu sama lain sembari memandangi babi yang mulai mendekat.
"William! Bagaimana ini, kita benar-benar terpojok," panik Halley.
"Aku tidak tahu. Hampir tidak ada jalan keluar bagi kita untuk saat ini." William sangat gelisah, perasaanya tidak karuan.
Di tengah kecamuk hebat itu, sosok besar tiba-tiba mendarat tepat di depan William dan Halley.
Seekor serigala dengan satu tanduk di kepala, bulunya putih mengkilap, mengeluarkan geraman singkat yang setelahnya diikuti oleh lolongan panjang yang menggema di antara rimbunnya pepohonan. Gerombolan babi itu tersentak, mundur perlahan saat serigala itu memperlihatkan rahang kuatnya disertai barisan gigi tajam yang terbuka lebar.
Kedua bocah itu mulai tegang saat mendengar banyaknya suara langkah kaki. Satu per satu serigala lainnya bermunculan dari balik pepohonan, memicu pertanyaan keduanya. Apakah ingin menolong mereka? Ataukah ingin mencuri buruan babi ini?
Lolongan serigala itu kemudian dibalas raungan besar oleh pemimpin babi. Bentrokan tidak dapat dihindarkan. Kedua kawanan itu bergumul dengan kekuatan masing-masing, seperti serigala yang menggunakan kelincahan. Sedangkan babi, menggunakan kekuatan yang dipadukan dengan sisi brutal.
William dan Halley memanfaatkan situasi untuk lari ke arah Louis, mencari tempat berlindung di dekat batu yang tidak jauh dari sana, sambil mengintip pertarungan itu.
Pertarungan itu benar-benar menghancurkan semuanya. Banyaknya pohon tumbang berserakan akibat tabrakan babi. Percikan darah terus mengalir, membasahi tanah karena gigitan serigala. Area yang awalnya hijau dan asri, seketika menjadi hancur layaknya dihantam badai besar, memperlihatkan kebrutalan bentrokan kedua kelompok.
Namun, semakin lama pertarungan berlangsung, semakin jelas bahwa kawanan babi mulai kehilangan keuntungan. Babi hutan yang lebih besar dan berat mulai kelelahan, gerakan mereka menjadi lambat dan kurang efektif. Kecepatan dan ketangkasan serigala menjadi kunci dalam mengubah arah pertarungan. Serigala-serigala itu, meskipun beberapa terluka, terus menggigit serta mengoyak, dan menarik babi satu demi satu ke dalam kekacauan yang semakin meningkat.
Pemimpin babi hutan, dengan napas yang memburu dan mata yang terbakar kemarahan, akhirnya mengambil keputusan berat. Dengan raungan keras yang menggema di seantero hutan, dia memerintahkan kawanannya untuk mundur. Satu demi satu, dengan tubuh yang terluka dan kelelahan, babi-babi itu berbalik meninggalkan arena pertarungan dan serigala mulai mengaum, merayakan kemenangan kelompok mereka.
Serigala-serigala itu kini berbalik dari medan pertarungan, menyusuri jejak tanah yang hancur, menuju tempat William, Halley, dan Louis bersembunyi. Pemimpin serigala dengan bulu tebal dan mata yang tajam berjalan paling depan, diikuti kawanannya yang masih terengah-engah, tetapi bersemangat. Udara menerpa tubuh mereka yang basah oleh darah dan lumpur, memberikan kesan menakutkan.
Di balik batu, Halley memandang dengan mata yang membesar, terkejut dan cemas. "Sekarang apa? Kita harus hadapi gerombolan serigala itu!? Yang benar saja!" suaranya bergetar, menandakan ketakutan yang mendalam.
Di sampingnya, William hanya bisa tertunduk lemas. Pertempuran dari babi hutan telah menguras seluruh tenaganya. "Aku sudah tidak punya kekuatan lagi. Pedang kita juga terlempar entah ke mana," ucapnya dengan penuh kepayahan.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Of Five Child's Season 1 [End]
FantasyMenceritakan tentang kelima anak yatim piatu yang kebahagiaannya terenggut paksa akibat peperangan, tidak hanya itu. pemerintah juga mengambil alih kendali atas nasib mereka dengan mengirim ke kamp militer. Kehidupan di tempat pelatihan pun tidak b...