Pagi hari sebelum matahari terbit. Adalah waktu yang dibenci oleh orang yang ada di sana, khususnya kota bagian belakang, karena mereka harus mandi, makan dengan cepat, dan langsung berlatih sambil ditemani udara dingin.
Sudah menjadi kebiasaan, sebelum berlatih. Mereka harus berbaris dan mendengar arahan singkat dari instruktur. Sialnya, William menguap karena mengantuk dan itu adalah hal yang paling tidak disukai oleh instruktur karena dianggap tidak menghargainya.
"Ma-maafkan a-aku, sakit sekali." William merintih kesakitan. Terlebih, area perut dan dadanya yang terus berdenyut nyeri.
Instruktur menginjak kepala William setelah menendangnya beberapa kali. "Ingat baik-baik! Tunjukanlah rasa hormat kalian kepadaku, kalau tidak mau seperti ini!"
Semua mata tertuju pada William, tentu saja mereka ingin membantu karena rasa iba. Namun, takut akan bernasib sama sepertinya, terlebih instruktur dalam kondisi marah.
Di satu sisi. Azlan sudah mengepalkan tangannya sejak William dihajar, tetapi Louis menahannya. Beruntung, Aeiry dan Halley berada berbaris di belakang. Jika melihat hal seperti ini mereka pasti akan ketakutan.
"Hei kalian yang di sana!" Instruktur menunjuk ke arah Azlan dan Louis. "Ini teman kalian, kan? Bawa dia dari sini!
Mereka bergegas membawanya pergi menjauh dari sana dengan merangkul bahu kanan dan kiri William. Hati Azlan dan Louis begitu pedih ketika mendengar rintihannya selama perjalanan. Jika Louis tidak menahan Azlan, ia pasti sudah menghantam wajah instruktur itu dan akan menambah masalah baru.
Tidak jauh dari sana terdapat beberapa tenda berwarna cokelat, diisi oleh penyihir penyembuh serta menampung banyak orang yang dirawat akibat perang maupun sakit, terdapat juga beberapa obat-obatan, ramuan herbal, ranjang, gulungan perban, dan masih banyak lagi.
Usai masuk ke dalam, mereka sudah disambut oleh bau obat-obatan yang begitu kuat, teriakan serta lenguhan orang-orang sakit, dan beberapa prajurit yang bolak-balik mengangkut pasien menggunakan tandu.
Namun, mata Louis dan Azlan terfokus pada satu titik, yaitu seorang wanita yang begitu ringan tangan membantu setiap orang dan juga terampil menggunakan sihir penyembuhan. Keduanya begitu kagum setiap melihat apa yang wanita itu lakukan, terlebih saat ia tersenyum.
"Bukankah dia cantik, Azlan," ujar Louis.
"Iya, apalagi dia terlihat cekatan dan bisa diandalkan," jawab Azlan, "mengingatkanku akan ... Bibi Sophia."
William menepuk bahu temannya. "Bukankah kalian membawaku untuk berobat? Kenapa begitu sibuk memperhatikan seorang wanita, terlebih ... seluruh badanku terasa sakit."
Menyadari telah mengabaikan William, Azlan dan Louis pun bergegas membaringkan William di ranjang yang kosong.
Louis mendekat ke arah wanita itu lalu menarik pelan jubah hitamnya. "Halo Bibi, bisa tolong obati teman kami?" Louis menunjuk William. "Ia baru saja dihajar oleh instruktur, kejam sekali!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Of Five Child's Season 1 [End]
FantasyMenceritakan tentang kelima anak yatim piatu yang kebahagiaannya terenggut paksa akibat peperangan, tidak hanya itu. pemerintah juga mengambil alih kendali atas nasib mereka dengan mengirim ke kamp militer. Kehidupan di tempat pelatihan pun tidak b...