Kesadaran Louis perlahan terkumpul. Ia merasakan basah, sedikit hangat, dan gosokan halus pada pipinya. Louis begitu kaget saat membuka mata, gerombolan serigala tepat berada di depan wajahnya, menjilati berkali-kali dengan menampilkan gigi taring.
Louis sontak berteriak, memaksa tubuhnya untuk menjauh karena takut akan dimakan hidup-hidup. Untuk sesaat, jantungnya terasa berhenti berdetak karena syok.
"Akhirnya kau sadar, Louis," ujar William, bocah itu merobek kain bajunya lalu mengikatnya pada lengan yang berdarah.
Louis menunjuk William, merasa cemas dan panik. "Bisa-bisanya kalian setenang itu saat aku hampir dimakan serigala!"
"Serigala itu tidak tertarik dengan dagingmu, Louis." Halley tertawa kecil. "Sebaiknya kau perhatikan siapa yang ada di sampingmu sekarang!"
Rasa syok Louis mulai menghilang, matanya sedikit melebar, mengetahui sosok di sampingnya. Anak serigala yang mereka selamatkan beberapa saat yang lalu, menggosok-gosokkan kepalanya pada Louis. Sesaat, senyuman terukir di wajahnya saat menyaksikan makhluk lucu itu.
William mendekat, menepuk bahu Louis. "Kau paham, Louis? Dia tahu kita telah menolong anggotanya. Mungkin ini cara mereka berterima kasih!"
Suara itu tanpa disengaja keluar, suara perut ketiganya yang kelaparan, dan menusuk lebih sakit dari sebelumnya. Namun, mereka melihat seekor serigala putih mendekat. Serigala itu menggigit sesuatu dan meletakkannya di depan anak-anak itu.
Louis maju lebih dekat, merasa tidak asing dengan bawaan serigala itu.
"Bukankah ini rusa yang tadi kita buru!? Aku bisa memastikannya karena panahku menancap di sini." Louis mencabut anak panah itu dari pantat rusa.
Pemimpin serigala itu kemudian mengeluarkan suara rendah, membuat kawanannya menunduk, layaknya memberi penghormatan. Ketiganya menyaksikan dengan penuh kekaguman, merasakan bahwa mereka sedang melihat suatu tradisi dalam dunia serigala.
Halley melihat pemimpin serigala, menjulurkan lidahnya seakan tersenyum kepada mereka. "Apa itu bisa dianggap kalian bersedia menjadi teman kami?"
Binatang itu terdiam sesaat, seakan memahami perkataan Halley sebelum akhirnya mengangguk.
"Tidak pernah kubayangkan kita akan ...." William berhenti, mencari kata yang tepat. "Berinteraksi dengan serigala! Hei ... sepertinya kita harus memberi gerombolan serigala ini sebuah nama, bagaimana?"
Louis terlihat serius, memikirkan sebuah nama yang bagus. "Aku akan memberi nama 'kelompok serigala'." Louis tersenyum percaya diri.
Sebuah pukulan mengenai kepala belakang Louis, membuatnya mengaduh. " Apanya yang 'kelompok serigala' sejak awal mereka memang kelompok serigala!" geram Halley, "pasti tabrakan babi itu membuat otakmu tidak beres. Pemberian namamu tidak keren sama sekali, Louis."
William hanya menggeleng-gelengkan kepala karena melihat temannya mendebatkan hal kecil. Sesaat, dirinya melihat serigala putih itu dari atas sampai bawah, sambil mengingat kembali kejadian tadi.
"Serigala putih dan penyelamat?" gumam William sembari melihat langit, "bagaimana dengan white protector? White untuk bulu putih mereka, sedangkan protector karena mereka menyelamatkan kita, bagaimana?"
"White protector?" ucap Louis.
Halley tersenyum tipis, mengangguk senang. "Terdengar elegan dan sempurna. Selamat datang di keluarga kami, white protector!"
Gerombolan serigala mengangkat kepalanya, satu per satu mulai melolong, seolah-olah setuju akan pemberian nama itu. Selang beberapa saat, gerombolan serigala pamit dari hadapan mereka. Namun, atas perintah dari pemimpinnya, empat ekor serigala tinggal, menemani anak-anak, dan langsung menundukkan punggungnya.
Di bawah langit yang menguning, masing-masing anak itu menunggangi serigala. Tidak hanya itu, rusa buruan mereka juga dibawakan. Kaki-kaki serigala yang kuat dan cepat, membawa mereka melintasi rerumputan, semak belukar, dan rimbunnya pepohonan dengan kecepatan yang mengejutkan.
Kurang dari satu jam. Tembok kokoh Kota Militer mulai tercetak di kejauhan, membuat anak-anak itu mulai melambat. Mereka turun dengan hati-hati dari punggung serigala, berbisik, dan mengusap lembut kepala serigala sebagai tanda terima kasih.
Dengan perlahan, ketiganya memilih untuk berjalan, menyeret rusa buruan itu di tanah yang lebih keras, meskipun tahu tubuh mereka sangat kelelahan. Langkah ini mereka ambil bukan tanpa alasan. Selain menjaga keamanan dan ikatan yang sudah dibuat dengan serigala, mereka tahu betul bahwa keakraban mereka dengan serigala bisa menimbulkan kecurigaan serta ancaman dari para prajurit karena tidak mengerti atau bahkan tidak menerima ikatan unik mereka dengan hewan liar tersebut, sehingga akan menjadi masalah di kemudian hari.
Tatapan aneh terpancar dari para warga, penjaga gerbang belakang, dan prajurit saat ketiga anak itu memasuki kota sambil menyeret rusa yang berukuran lebih besar dari tubuh mereka.
Ketiganya tidak peduli dengan sekitar, prioritas sekarang hanyalah makan, mandi, dan beristirahat. Mereka menaruh rusa di depan tendanya, kemudian menuju tempat penyembuhan untuk memulihkan luka sekaligus mengecek keadaan Azlan dan Aeiry.
Azlan dan Aeiry terlihat sehat berkat Rachel. Tidak terhitung sudah berapa kali mengobati, seakan-akan menjadi pengasuh pribadi karena kedekatannya dengan anak-anak. "Aku tidak menyangka anak sekecil kalian harus berburu untuk bertahan hidup." Rachel mengoleskan obat pada luka Louis. "Namun, aku bangga pada kalian yang telah melakukan hal luar biasa hari ini. Tetapi ingat, utamakan keselamatan dan ketelitian, agar tidak seperti ini lagi!"
Rachel juga mendengarkan dengan penuh minat, tertarik akan petualangan mereka mendapatkan rusa itu. Sesekali, ia melemparkan senyum sembari memberikan pujian. "Baiklah, kami akan berusaha agar tidak terluka, tetapi dilihat dari cara berburu kami mungkin akan tetap terluka." Louis tersenyum menatap lukanya.
Pengobatan selesai. Mereka kembali menarik rusa, menuju tempat pelatihan yang kosong karena hari mulai gelap, dan bersiap memotong serta menguliti rusa. Kelima anak itu menerima beberapa lemon, kantong kecil berisi garam, dan sebuah batu berwarna biru dari Rachel, ketika ia mendengar mereka akan memasak daging.
Sejenak, kelima anak itu duduk dengan tumpuan lutut, melingkari sang rusa, menggenggam kuat kedua tangan, dan meletakkannya di dada sembari memejamkan mata.
"Kepada pencipta dunia," kata Aeiry, "terima kasih atas berkah yang telah engkau berikan kepada kami hari ini. Semoga jiwa makhluk mulia ini diterima di alam yang lebih damai. Berikanlah kekuatan pada tangan dan hati kami, agar kami dapat menghormatinya dengan mengolah setiap bagian dirinya dengan penuh rasa syukur!"
Azlan yang pertama kali membuka mata dan berkata, "Apa pemotongannya bisa dimulai sekarang?"
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Of Five Child's Season 1 [End]
FantasyMenceritakan tentang kelima anak yatim piatu yang kebahagiaannya terenggut paksa akibat peperangan, tidak hanya itu. pemerintah juga mengambil alih kendali atas nasib mereka dengan mengirim ke kamp militer. Kehidupan di tempat pelatihan pun tidak b...