Seekor ular besar sedang tidur melingkar menindih tas Aeiry. Kulitnya seperti kristal dengan warna merah darah, memiliki dua tanduk di kepalanya, dan berukuran hampir dua kali lipat dari kodok yang ditangkap Azlan. Membuat dada Aeiry terasa sesak, berkeringat dingin, dan menampilkan ekspresi ketakutan seolah-olah nyawanya ingin lepas dari tubuhnya.
Ular itu kemudian menggerakkan kepala layaknya mencari posisi tidur yang nyaman. Tidak terduga, kepala hewan itu sekarang berhadapan langsung dengan keduanya, membuat Aeiry syok dan ingin melepaskan ketakutannya. Namun, Azlan dengan cepat menutup mulut Aeiry rapat-rapat, memastikan tidak ada suara yang membangunkan predator itu dari tidurnya. Dengan pelan, Azlan membawa gadis itu menjauh.
"Apa yang kau pikirkan, Aeiry?! Kau ingin membuat kita menjadi santapan ular dengan membangunkannya?!" bisik Azlan sambil membekap Aeiry.
Air mata mulai menuruni pipi gadis mungil itu diikuti oleh tubuh bergetar, rasa syok melihat ular dan amarah Azlan adalah alasannya.
Azlan merasakan napas memburu dari tangannya dan membalik badan Aeiry. "Aeiry, aku tidak bermaksud membentak dan membuatmu menangis," ucap Azlan dengan lembut, meskipun di hatinya masih sedikit jengkel.
Aeiry mengangguk walaupun masih syok dengan apa yang ia lihat. "Kak, apa langkah kita selanjutnya ... tidak mungkin kita keluar tanpa tas itu." Aeiry dengan suara bergetar.
Azlan merangkul Aeiry, memberinya kekuatan di saat situasi sulit begini. Meskipun masih jengkel. Namun, Azlan tidak bisa membiarkan seorang perempuan bersedih. Beda cerita kalau Louis atau William yang melakukannya, mungkin saja kepala mereka akan dibenturkan Azlan ke dinding gua.
Keduanya mendekat kembali setelah dirasa cukup mengumpulkan keberanian dan ketenangan. Azlan dengan perlahan mengangkat perut ular, dibantu oleh Aeiry yang menarik tasnya.
Ada sensasi tersendiri saat Aeiry melakukannya. Perasaannya berkecamuk dan merasakan getaran ketegangan di setiap jari jemarinya. Namun, ia mencoba melawan semuanya dengan keberanian dan berhasil menariknya. Lantas, gadis itu memberikan kode kepada Azlan untuk menurunkan perut ular yang terangkat dengan gerakan kepala ke bawah.
Azlan mengelap keringat dinginnya. "Tidak kusangka ... menegangkan, menakutkan, dan rasa lelah bercampur satu. Rasanya, energiku diserap olehnya."
"Sudah aman, Kak. Sekarang kita tinggal menjauh dari si-"
Tiba-tiba Aeiry merasa isi perutnya berputar hebat, kepalanya juga terasa berat akibat kebanyakan menghirup aroma mayat busuk yang menyengat. Sampai akhirnya, Aeiry muntah sejadi-jadinya hingga mengenai kulit ular itu. Azlan terdiam, mematung karena kejadian yang begitu cepat dan tidak terduga, tidak mampu berbuat apa-apa dan menatap Aeiry dengan penuh emosi.
Merasa tidurnya terganggu, ular itu pun terbangun. Matanya melotot tajam, menyala dalam kegelapan, dan memancarkan aura kekuatan yang mengintimidasi. Kedua bocah yang memasuki teritorialnya merasa gemetar hebat, Terutama Aeiry. Dengan gerakan elegan, sang ular mengangkat kepala, menunjukkan keperkasaannya sebagai penguasa gua ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Of Five Child's Season 1 [End]
FantasíaMenceritakan tentang kelima anak yatim piatu yang kebahagiaannya terenggut paksa akibat peperangan, tidak hanya itu. pemerintah juga mengambil alih kendali atas nasib mereka dengan mengirim ke kamp militer. Kehidupan di tempat pelatihan pun tidak b...