Pertarungan keempat anak-anak melawan instruktur menjadi topik hangat di Kota Solzerinos. Khususnya kota bagian belakang, nama mereka terus dibicarakan orang banyak. Bahkan, ada yang terang-terangan memuji karena berhasil memberikan luka yang tergolong banyak untuk seukuran orang dewasa. Terlebih memiliki jabatan instruktur.
Hal ini tentunya bersifat pro dan kontra bagi sebagian orang. Untuk kontra sendiri kebanyakan berasal dari prajurit kerajaan, mereka menganggap itu sebagai pemberontakan dan harus ada konsekuensi berat agar kejadian serupa tidak terulang. Sedangkan pro sendiri, didominasi oleh rakyat Eribourne yang membenci instruktur karena wataknya yang buruk, metode latihan terlalu keras, dan masih banyak lagi hal buruk sehingga ia layak dibenci. Julukan juga diberikan kepada mereka, dimulai dari prajurit yang menjuluki "anak iblis" "anak-anak bermasalah" rakyat Eribourne "pahlawan kecil" dan beberapa juga memberikan julukan aneh seperti "anak-anak abnormal" karena kekuatan mereka yang tidak sesuai dengan usia.
Surat laporan yang dikirimkan Daniz semakin membuat Raja Karius pusing. Bagaimana tidak, ia pusing akan peperangan yang semakin memanas dan harus mendapat kabar bahwa anak-anak itu berbuat onar di Kota Solzerinos. Namun, ia juga senang akan kekuatan William dan kawan-kawannya yang bisa dijadikan pion untuk meraih kemenangan di masa depan jika ditempa lebih keras, tetapi Raja Karius juga tidak bisa mentoleransi perbuatan anak-anak ini, ia akan memikirkan hukuman yang sesuai agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.
***
Hari keempat setelah perkelahian dengan instruktur.
Azlan terbangun dan mendapati Halley yang masih tidak sadarkan diri. Bisa dibilang, mereka tidur satu tenda dan itu dilakukan secara bergantian dengan Aeiry. Terkadang, Azlan selalu terbangun beberapa kali untuk menatap Halley, berharap gadis itu membuka mata atau bahkan sekadar menggerakkan jarinya. Namun, hasilnya nihil. Dirinya juga khawatir karena hanya Halley yang belum sadar.
Untuk William sendiri mengalami robek mulut, cedera di area hidung, dan beberapa jari patah. Sedangkan Louis, tulang pipinya sedikit retak dan tangan patah yang kemungkinan sembuhnya cukup lama.
Rachel beserta teman Azlan lainnya mulai berdatangan. Mereka sangat terkejut atas apa yang Azlan lakukan kepada Halley yang masih tidur.
"Apa yang kau lakukan, Azlan!? Kau ingin membunuh Halley, ya!" sergah William saat melihat Azlan menjejalkan potongan roti ke mulut Halley.
Azlan menghentikan aktivitasnya. "Dengar, ya, Halley sangat menyukai roti ini. Jadi, aku berpikir Halley akan cepat sadar jika melakukan ini."
Rachel langsung tertawa terbahak-bahak karena sangat lucu mendengar penuturan Azlan yang polos, sedangkan William dan Louis membuang napas kasar sambil menundukkan kepala. Tidak hanya lelah secara fisik, mental mereka juga dibuat letih karena mendengar teori bodoh Azlan.
"Kalau saja tanganku tidak begini. Aku bisa bergerak leluasa dan memukulmu." Louis mengusap perban yang menyangga tangannya.
Aeiry menarik napasnya dan mencoba menghentikan perdebatan itu. "Sudahlah, Kak. Kalian mengganggu tidur Kak Halley." Matanya beralih pada Rachel. "Bagaimana keadaan Kak Halley, apa ada yang bisa kami bantu untuk memulihkan kembali tangan dan jari yang patah?"
Kemungkinan besar Halley mengalami dislokasi bahu akibat benturan keras itu, akan semakin memburuk jika tidak diobati segera. Setidaknya itulah kata Rachel.
"Sebenarnya ini bisa disembuhkan jika ada penyembuh yang menggunakan sihir tingkat tinggi. Sayang sekali, mereka tidak ada karena harus berjuang di perbatasan. Selain itu, kami juga kehabisan beberapa stok tanaman herbal," lanjutnya.
Aeiry terlihat sedih saat mendengarnya, ia berpikir ini adalah kesalahannya, jika ia tidak dikurung maka teman-temannya tidak harus bertarung dan mendapat luka parah, tetapi kesedihan itu perlahan hilang dan berganti menjadi sebuah harapan saat Rachel menyebut beberapa tanaman herbal yang bisa dijadikan obat penyembuh. Namun, Rachel tidak merekomendasikan mereka untuk mencari karena tempat untuk mengambil tumbuhan itu terlalu berbahaya untuk didekati.
Meskipun sudah dilarang, Azlan tetap bersikeras ingin mencari tanaman itu. Sama seperti Aeiry, dirinya ingin menebus kesalahan karena mengakibatkan teman-temannya menjadi seperti ini. Khususnya Halley yang masih belum sadar. Alasan logis dari Azlan membuat Rachel melunak. Namun, ia memberikan syarat harus mendapatkan izin dari Daniz, selaku pengawas di sini.
Meminta izin kepada Daniz pun bukan perkara mudah, banyak alasan diutarakan Azlan. Namun, selalu ditolak. Untungnya ada Aeiry yang membantu. Anak gadis itu memohon dengan suara lembut, menempelkan tangannya pada dagu, dan menunjukkan matanya yang terlihat berbinar-binar.
Untungnya trik ini bekerja dengan baik. Perpaduan antara kecantikan serta keimutan Aeiry, membuatnya tidak bisa menolak. Terlebih, saat suara gadis itu memasuki telinganya dengan lembut. Trik ini juga Aeiry gunakan kepada Daniz, saat dirinya mencari kelemahan instruktur untuk membalaskan dendam William.
"Kalian akan berangkat bersama prajurit kerajaan menggunakan kereta kuda. Jadi, bersiaplah secepat mungkin!" perintah Daniz.
"Paman, bukankah akan lebih mudah kalau kami meminta bantuan prajurit untuk mengambilkan tanaman obat itu," tanya Azlan penasaran.
Daniz jongkok lalu memegang kedua bahu Azlan. "Tidak sesederhana itu, Nak. Pertarungan melawan instruktur merubah penilaian prajurit terhadap kalian, ada yang tidak suka, benci, bahkan menjuluki kalian sebagai 'penjahat'." Daniz mulai berdiri. "Dengan kata lain, mereka tidak akan menerima permintaan dari kalian."
"Kejam! mereka tidak memiliki hati," celetuk Aeiry.
Tidak ada pilihan, mereka harus mengambil sendiri tanaman itu. Keduanya lalu menyiapkan senjata dan barang-barang lainnya di tenda masing-masing dan kembali menemui Rachel untuk meminta gambaran detail tanaman obatnya.
Setelah cukup informasi dan mengetahui tempatnya, mereka lalu bersiap pergi. Namun, William menahan mereka. "Bagaimana bisa kau mengizinkan Aeiry pergi ke hutan yang penuh binatang buas? Kepalamu pasti sudah tidak beres, Azlan!" ucap William khawatir sambil memegang bahu Azlan lalu melihat Aeiry, "Aeiry, kau tidak perlu ke tempat berbahaya itu, aku tidak ingin kau kenapa-kenapa. Kumohon! Dengarkanlah aku!" William memeluk kencang Aeiry.
Aeiry mengembuskan napas lelah sembari mengusap punggung William."Kak, sudahlah, tidak apa-apa. Lagi pula ada kak Azlan yang akan melindungi Ae."
"Tetap saja, Aeiry. Kau masih terlalu muda untuk pergi ke hutan dan mencari tanaman itu. Setidaknya biarkan aku ikut bersama kalian," pinta Louis.
Azlan mengepal kuat tangannya karena merasa kesal dengan celotehan William dan Louis. "Kalian berdua menyebalkan sekali! Kenapa kalian hanya mengkhawatirkan wanita! Padahal aku juga ikut mencari tanaman itu! Setidaknya ucapkan kata-kata penyemangat atau sebagainya!" Azlan mengeluarkan isi hatinya. "Kami tidak bisa membawamu, Louis. Kau bahkan kesulitan bergerak dengan tangan seperti itu. Maaf saja, kau hanya akan membebani kami."
Situasi langsung memanas begitu saja. Kepala William dan Azlan saling dorong-mendorong layaknya seorang petarung. William bisa merasakan sakitnya perasaan Louis, rasanya seperti ditimpa banyak batu. Sebuah pukulan dilayangkan William. Namun, teriakan Louis mampu menghentikannya.
Emosi sesaat menandakan bahwa mereka masihlah anak-anak. Semuanya membaik setelah saling meminta maaf, baik dari William, Azlan, dan Louis.
Louis juga sadar diri akan kondisinya saat ini, meskipun kata-kata Azlan benar, tetap saja terdengar menyakitkan. Hal itu terbukti saat Azlan keluar tenda dan Louis langsung duduk murung sembari mengusap-usap perban penyangga tangan.
Sesuai instruksi Daniz. Mereka berhasil menemukan sebuah kereta kuda di dekat pos penjaga yang menjadi pembatas antara kota depan dan belakang. Namun, Azlan sangat terkejut ketika melihat seseorang dan itu adalah...
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Of Five Child's Season 1 [End]
FantasíaMenceritakan tentang kelima anak yatim piatu yang kebahagiaannya terenggut paksa akibat peperangan, tidak hanya itu. pemerintah juga mengambil alih kendali atas nasib mereka dengan mengirim ke kamp militer. Kehidupan di tempat pelatihan pun tidak b...