6

479 73 17
                                    

Saat ini Jeongyeon tengah menikmati makan siang bersama perwakilan grup Aori. Jeongyeon ditemani oleh Jihyo dan beberapa pegawainya. Sedangkan perwakilan grup Aori dipimpin oleh pewaris keluarga grup tersebut, yakni Minatozaki Sana. Wanita yang sekarang sedang duduk berhadapan dengan Jeongyeon dan Jihyo.

"Apa aku boleh memanggilmu dengan namamu saja, Yoo Jeongyeon sajangnim?" tanya Sana sembari memotong steaknya.

"Tentu saja boleh, kau boleh memanggil ku dengan panggilan informal juga" jawab Jeongyeon

"Baiklah, jika begitu bolehkah aku memanggil mu dengan nama lain? Bagaimana dengan baby? Honey? Atau chagiya..?" goda Sana yang melemparkan senyuman kepada Jeongyeon

"Uhuuk!!"
"Uhuuk!!"
Baik Jeongyeon maupun Jihyo tersedak bersamaan mendengar pernyataan Sana. Bagaimana tidak Sana sangat agresif dengan Jeongyeon.

"~kkkk, santai saja. Kalian seperti tidak pernah dipanggil begitu. Bukankah ketika sudah menikah akan terbiasa dipanggil seperti itu? Iya kan Jeongyeon?"

Jihyo mendengar ucapan Sana kemudian menatap kearah Jeongyeon, ia melihat Jeongyeon yang terdiam dengan ucapan Sana.

"— dia hanya tidak terbiasa mendengar panggilan seperti itu dari mulut wanita lain, Minatozaki-san" sela seorang wanita yang menghampiri meja Jeongyeon.

Semua pegawai di sana lantas membungkukkan badan, menyapa wanita dengan dress hitam rambut tergerai dengan sedikit hiasan bandana dikepalanya.

"Myoui Mina-sshi.." sapa Jihyo yang kemudian sedikit membungkuk dan memberikan tempat duduknya kepada Mina

Mina lantas duduk disamping Jeongyeon, kemudian sedikit memeluk pasangannya itu. "Pasanganku ini tidak biasa dipanggil seperti itu selain dengan aku, istrinya.. Yoo Mina" tutur Mina lembut penuh penekanan.

Jeongyeon yang sedikit menekuk dahinya, merasa aneh ketika sang istri yang biasa bersikap dingin menjadi seorang yang lembut. Terlebih mengapa Mina ada di sini.

"Ah... Aku pikir Jeongyeon, tidak pernah dipanggil begitu bahkan dengan istrinya. Sangat menyenangkan pasti memanggil baby atau chagiya setiap hari dan melihat wajah rupawannya" timpal Sana yang menatap wajah Jeongyeon dengan cukup lama.

Mina yang melihatnya kemudian menatap tajam kearah Sana, sementara itu Jihyo sudah pergi meninggalkan meja Jeongyeon yang penuh dengan ketegangan itu.

"Benar, setiap hari.. setiap aku bangun. Selalu disuguhkan wajah rupawan kesayanganku ini. Bahkan setiap pagi aku akan menciumnya, ya kan chagi..?" Mina menatap Jeongyeon sembari tersenyum lebar.

"C-chagi?" Gumam Jeongyeon pelan. Ia tahu saat ini Mina tersenyum manis penuh kepalsuan.

"Ah.. ne, sangat menyenangkan. Ha ha" jawab Jeongyeon kikuk sembari tertawa, rasanya saat ini ia lebih memilih jika Mina mengumpatnya saja.

"Ternyata kau bisa juga bahagia dengan adik dari calon suamimu. Ku pikir kau membencinya" ujar Sana yang membuat Jeongyeon serta Mina terdiam

"Jika Mina membuatmu tidak bahagia, Jeongyeon kau bisa datang padaku. Aku akan menerimamu kapanpun" imbuh Sana  sengaja menabur benih perang ke Mina yang notabenenya adalah anak dari sepupu ibunya sendiri.

"Untuk kerjasamanya, akan ku nantikan. Terimakasih sudah memberikanku kamar khusus untuk beberapa hari ke depan. Jika aku betah, mungkin aku akan tinggal beberapa bulan di sini" Sana mengembangkan senyumannya kemudian meninggalkan Mina dan Jeongyeon.

"Sampai jumpa lagi Mittang.." imbuh Sana yang melambaikan tangannya.
.
.
.
"Mengapa kau di sini?" tanya Jeongyeon kepada istrinya tersebut

"kau tidak perlu tahu, lagipula sudah ku katakan. Aku akan mengawasi mu" jawab Mina kembali dingin

SHE ( Replace ; under the Moonlight) [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang