20

581 86 26
                                    

Lily putih menghiasi sebuah ruangan dengan foto tersenyum. Suasan haru sedih terasa sangat pekat di ruangan itu. Seorang pria menggunakan bedge hitam putih serta pakaian jas lengkap menyambut para tamu. Tuan besar Yoon terlihat masih terpukul dengan kepergian seseorang yang sangat berarti baginya.

Matanya kosong menatap koridor yang dipenuhi oleh karangan bunga bela sungkawa dari berbagai perusahaan bahkan perorangan. Tubuhnya hampir saja terjatuh jika tidak dipegang oleh pak Jang, sang asisten sekaligus sekretarisnya itu.

"Tuan..." Tutur pak Jang yang terlihat khawatir dengan kondisi atasannya itu.

"Sebaiknya anda istirahat dulu.." imbuhnya menyarankan.

Tuan Yoon kemudian berjalan menuju kamarnya, ia melihat  dua sosok anak kecil yang tengah tertidur di sofa dengan keadaan saling bersandar dan memeluk sebuah foto.

"Akan saya pindahkan ke kamar mereka tuan.." kata pak Jang yang kemudian diberhentikan oleh tuan Yoon.

"Tidak usah.. biar aku saja" sahut Tuan Yoon yang mendekati kedua anaknya itu.

"Ayah..." Sapa seorang anak  laki-laki yang akan tumbuh menjadi remaja itu.

"Jeonghan..." Senyum sang ayang mengembang melihat putranya itu.

"Aku mengkhawatirkan ayah.." Kata Jeonghan kemudian melihat kedua adiknya yang tertidur.

"Ayah tidak apa-apa. Ayah akan membawa adikmu.. ke dalam, kau kembali saja ke ruang sanatorium untuk menyambut tamu"

"...aku akan ke sana setelah membantu ayah dan memastikan bahwa ayah juga beristirahat" Jeonghan kemudian perlahan melepaskan pelukan Jeongyeon pada foto ibunya. Ia kemudian mengendong adik perempuannya itu ke kamarnya. Sementara sang ayah menghantarkan Chaeyoung ke ranjang sebelah Jeongyeon.

".... sebaiknya ayah juga beristirahat. Aku akan menggantikan posisi ayah untuk menyambut tamu, jika ayah sudah membaik. Aku akan bergantian untuk beristirahat" anak laki-laki itu kemudian meninggalkan kamar adiknya dengan ayahnya.

"Jeonghan.. apa kau tidak marah? Tidak kesal?" Tanya sang ayah lembut.

"Tidak.. aku tidak marah, aku juga merasa kehilangan ibu. Tapi, aku tidak marah baik kepada ayah atau kepada ibu dan adik-adik ku. Aku tahu kami semua dari ibu yang berbeda, tapi.. aku bersyukur ayah menikah dengan ibu Jeongyeon dan memberikan ku adik sepertinya. Dan ayah juga memberikanku adik laki-laki untuk menemaniku.. jadi, aku tidak marah padamu ayah. Dan, aku senang.. ayah terlihat bahagia bersama ibu Jeongyeon. Ayah adalah orang yang aku sayang, kebahagiaan ayah membuatku merasa senang juga" terang Jeonghan yang tersenyum kepada ayahnya.

Jeonghan adalah sosok pria yang lembut, yang mengerti semua keadaan orang di sekitarnya. Termasuk ketika ayahnya menikah dengan keluarga Yoo, ibu Jeongyeon. Jeonghan lahir dari ibu yang berbeda, ibu Jeonghan dengan tuan Yoon telah dijodohkan sejak kecil. Namun, sayangnya tuan Yoon tidak mencintai ibu Jeonghan. Meskipun begitu ayah Jeonghan menyayanginya, hingga akhirnya sang ibu menghembuskan napas karena penyakit jantung.

Setelah beberapa tahun kepergian ibu Jeonghan, tuan Yoon menikah dengan seseorang yang ia cintai yakni wanita yang cukup terpandang dari keluarga Yoo. Keduanya terlihat sangat mencintai bahkan Jeonghan pun sangat dekat dengan ibu sambungnya, ia dengan Jeongyeon Sanga adik perempuannya sering sekali dibelikan baju yang sama dan benda yang sama oleh nona Yoo. Keluarga Yoo adalah keluarga yang memiliki perusahaan dan distributor sebagai pemasok barang interior maupun eksterior. Keluarga Yoo hanya memiliki putri semata wayang yakni ibu Jeongyeon. Itu sebabnya sang ibu tidak mengubah nama menjadi Yoon dan tetap memakai nama keluarganya yakni Yoo, yang kemudian ia turunkan kepada Jeongyeon.
.
.
.
.
.
.
.
Tuan Yoon menatap wajah putrinya itu, ia mengingat bagaiman wajah Jeongyeon kecil ketika terlelap di hari kematian ibunya. Tuan Yoon menghela napas melihat keadaan putrinya yang terbalut perban dan beberapa alat monitoring di tubuhnya.

SHE ( Replace ; under the Moonlight) [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang