Clara berdiri tak jauh dari kameramen yang sedang menshoot para aktor yang tengah bermain peran. Sebagai MUA, perempuan itu selalu memegang make up basic untuk touch up.
Kadang kala perlu merapikan dandanan ataupun dengan sengaja membuat aktor terlihat berbeda dengan sentuhan keterampilannya.
"Cut!"
Seketika semua keheningan berubah kembali seperti sedia kala.
Clara dengan sigap mendekat pada kliennya yang sedang bercanda ria dengan lawan perannya. Gadis itu mengambil sisir untuk merapikan rambut hazel perempuan tersebut.
"Clara, semalem aku lihat kamu di pasar malem loh!" ujar aktris cantik itu.
"Habis jalan sama ayang ya?" godanya.
Sang empu terkekeh, "Iya, Kak. Selagi ada waktu luang."
"By the way, kok aku nggak 'ngeh' ya ada Kak Laura di sana?" imbuh Clara.
Aktris bernama Laura itu memperagakan topi dan masker yang menutupi seluruh wajahnya semalam. "Mungkin kamu terlalu fokus sama pacar kali!" ledeknya.
Clara jadi malu. Dia memang seperti itu jika dengan Azka. Seluruh atensinya ia beri secara penuh kepada pria itu. Di waktu-waktu padat, jarang sekali mereka bertemu.
Terkadang Clara ada syuting malam yang mengharuskannya stay atau mungkin juga Azka yang lembur kerja.
"Mba Laura, ada telfon," kata seorang asisten seraya memberikan ponsel kepada sang pemilik.
"Makasih ya."
Kemudian memandang Clara sejenak. "Aku angkat telfon dulu."
Clara mengangguk-angguk dan kembali pada stand khusus tempat dimana semua alat-alat kecantikan diteduhkan. Laura sendiri menepi dari keramaain untuk menjawab telepon.
Perempuan cantik itu tersenyum melihat nama yang tertera pada panggilan. Ia mendekatkannya pada telinga.
"Halo, Zee?"
Gadis itu mengerutkan keningnya samar. "Udah jelas aku pulang malem. Kenapa? Ada hal penting yang mau dibicarain?"
Laura menatap sekitarnya yang sibuk dengan tugas masing-masing. "Yaudah nanti kita ketemuan Cafe Delight gimana?"
Laura kembali tersenyum. "Okey, see you!"
Dia kembali ke lokasi syuting untuk melakukan take selanjutnya. Clara kembali memandang berjalannya kegiatan. Dalam hati kecilnya, ia mengagumi Laura sebagai role model.
Bagaimana tidak? Laura itu cantik, bicaranya lembut dan yang pasti anggun. Clara yang sebagai perempuan saja terpana, apalagi laki-laki bukan?
Namun dengar-dengar, aktris cantik itu tengah dekat dengan seseorang. Tapi entahlah, Laura belum mau menunjukkannya ke publik.
Ia tahu betul bagaimana konsekuensinya bagi seseorang yang aktif bersliweran di layar televisi. Tidak mudah menjalani hidup privasi. Sedikit-sedikit kena hujat jika tidak berkenan di hati para penggemar.
Tiba-tiba seorang laki-laki menyodori Clara dengan minuman dingin. Gadis itu sedikit berjengit kaget namun berganti desisan sebal.
"Bilang dong, Li," ujarnya seraya menerima pemberian dari staff bagian wadrobe itu.
"Lo gue panggil dari tadi ngga denger," alibinya santai.
Lio menilik jam tangan yang melingkar di tangannya. "Setelah ini ada istirahat makan siang. Lo mau makan apa gitu?"
Clara memicingkan matanya. "Ini maksudnya apa nih? Lo mau traktir gue atau gimana? Jangan bikin orang salah paham."
"Salah paham gimana? Orang gue cuma ngajakin kok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
NICE TO MEET YOU (Selesai)
FantasyKalian pikir menjadi indigo itu enak? Setiap jam, setiap menit dan setiap detik Azka harus menyiapkan mental untuk bertemu mereka yang tak kasat mata. Ia harus setia berpura-pura tidak tahu meski bulu kuduknya sering meremang. Namun pada suatu ka...