nice to meet you

166 8 5
                                    

Malam ini, jiwa Nabiga kembali bersatu dengan raganya.

Ketika kelopak matanya terbuka, dia terdiam. Merasakan lelehan air hangat dari pucuk kelopak mata melewati kulit wajahnya.

Perlahan jemarinya mengusap air mata itu dan menatapnya sejenak. "Gue nangis? Kenapa?" batinnya.

Kepulangannya disambut oleh tangis haru kedua orang tua begitu juga mantan sepasang kekasih itu.

"Nabiga, akhirnya kamu pulang sayang."

Netranya melirik kedua orang tua yang begitu bahagia. "Pulang kata mereka? Selama ini gue pergi kemana?" batinnya lagi.

Pandangan jatuh pada seseorang yang tengah tersenyum tipis melihatnya dari balik pintu ruang rawat inap. Kening Nabiga berkerut dalam.

Wajahnya sangat tidak asing. Namun gadis itu tidak mampu mengingat namanya.

Ia melihat raut terkejut dari pria itu setelah pandangan mereka saling bertubrukan. Nabiga ingin sekali memanggil saat orang itu pergi dari dekat pintu. Namun tenggorokannya tercekat, begitu kering.

Nabiga harap ia bisa bertemu dengan pria itu lagi suatu hari nanti.

Azka berjalan di antara lorong koridor rumah sakit. Menjauhi ruang rawat inap itu. Ia merasa tidak berhak berada di lingkup mereka.

Apartemen lah tempatnya kembali saat ini. Dia harus mengistirahatkan raga dan hatinya.

Begitu ia sampai di depan pintu tempat tinggalnya, Azka menoleh dinding di sampingnya. Ia teringat Nabiga yang suka sekali menunggunya di sana.

Knop pintu bergetar saat sidik jarinya terdeteksi. Setelah ia berhasil masuk ke dalam, perhatiannya teralih pada secarik kertas yang menempel di dinding apartemennya.

Perjanjian tinggal.

"Saya janji kok selama saya tinggal di sini, saya ngga akan ganggu Bapak."

"Setiap Bapak pergi keluar, boleh saya ikut?"

"Saya sudah sering pergi sendirian, Pak. Kalau pergi-pergi sama Bapak kan belum pernah."

Azka mengambil kertas tersebut dan membawanya ke kamar. Ia simpan itu di laci meja kerjanya.

Pria itu mendiamkan dirinya di jatuhi ribuan tetesan air shower. Menjernihkan segala pikirannya yang selama ini rumit. Setelah berpakaian, ia kembali ke kamarnya.

Niatnya sekarang adalah tidur. Tetapi ketika tidak sengaja melihat Nanas di tepi ranjangnya, pria itu meraihnya.

Tentu saja Azka mengingat perjuangannya untuk mendapatkan Nanas di mesin capit.

"Itu, Pak! Boneka dinosaurus!"

"Kamu mau kasih nama siapa?"

"Siapa ya?"

"Gimana kalau Nanas?"

"Iya, Nanas karena boneka ini diambil oleh Nabiga dan Azka."

Pria itu beranjak dari ranjang dan duduk di kursi putarnya. Ia membuka laptop miliknya. Azka menarik laci dimana terdapat Eye Glasses seri 001 di sana.

Azka mengambil sebuah memori card di sana dan memasukkannya ke dalam laptop melalui perantara khusus.

Jemarinya menggulir banyaknya video yang berhasil terekam selama ia menggunakan kaca mata itu.

Azka berniat menontonnya dari awal sampai akhir. Ia letakkan Nanas di samping laptopnya dan mulai memperhatikan orang-orang bergerak di sana.

Rekaman demi rekaman berhasil ia tonton. Hingga pada akhirnya, ia menjumpai rekaman yang selama ini ia merasa tidak melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.

Rekaman ini didominasi oleh Nabiga seorang diri. Kapan hal tersebut terjadi? Azka malah tidak menyadarinya.

Gadis itu terlihat melambai ke arah Eye Glasses. "Kayaknya Pak Azka ketiduran deh!"

Nabiga menghle napas. Beberapa detik setelag keheningan menyelimuti, gadis itu meliriknya.

"Kalau kaca matanya masih bisa ngerekam walaupun si pemakainya ketiduran, saya mau bilang sesuatu, Pak."

"Nggak banyak, sih," cengirnya.

Gadis itu menopang dagu seolah menerawang pikirannya. "Bapak inget ngga sih sewaktu Pak Azka saya suruh muji Mba Clara?"

"Saya yang jadi objek latihan, saya juga yang salah tingkah. Sial banget kan?"

"Pak Azka harus tanggung jawab sama perasaan saya nih!" guraunya seraya tertawa.

Azka tertegun mendengarnya. Tidak pernah mengira bahwa Nabiga menganggap latihannya adalah hal serius.

Bagaimana tidak? Saat ia memuji cantik, Nabiga malah mengejeknya kaku.

"Tapi enggak, kok. Saya ngga sejahat itu mau rusak hubungan orang. Apalagi Pak Azka berniat menikah sama Mba Clara kan?"

"Mba Clara emang ngga salah pilih pacar," kekehnya.

Nabiga menarik sudut bibirnya. "Saya beruntung sekali bisa bertemu dengan Pak Azka. Bapak itu baik, ya walaupun judes-judes dikit diawal, ngga masalah lah hehe."

"Tapi beneran deh! Saya baru ketemu orang sebaik Pak Azka. Mau nerima orang asing yang ngga tau darimana asalnya, gimana latar belakangnya."

"Saya kira Pak Azka bakal ngusir saya, ternyata enggak. Bapak malah nerima bahkan membantu saya mencari jati diri."

"Terimakasih banyak, Pak Azka. Maaf ya, saya baru berani bicara sewaktu Bapak di alam bawah sadar."

Azka terdiam cukup lama menatap rekaman video itu yang berhenti secara otomatis. Ia tersenyum. "Terimakasih juga, Nabiga. Sudah pernah menjadi bagian dari kehidupan saya."

Tugas nya sudah selesai.

Tidak ada lagi perusuh dalam hidup nya.

Tidak ada lagi Nabiga dan Azka di dalam kisah ini.

Penulis pun akan menyampaikan banyak terimakasih untuk para tokoh-tokohnya yang berhasil berjuang di dalam cerita buatannya selama ini.

Para tokoh pamit undur diri.

"Nice to meet you!" seru mereka kompak.


























T A M A T


























Tertanda, smoothie_peach
Sabtu, 25 November 2023

NICE TO MEET YOU (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang