Melihat Nabiga yang muram membuat Azka tidak enak hati. Apakah ucapannya sudah menggores perasaan gadis itu?
"Maaf kalau bicara saya menyinggung kamu, Nabiga."
Gadis itu menggeleng. "Bapak ngga salah kok. Emang saya nya aja yang ngga bersyukur. Udah dikasih hati minta jantung."
"Kalau saya jadi Bapak juga bakalan risih diikutin kemana-mana. Seolah ngga punya privasi di hidupnya."
Azka hanya diam mendengarkan. Tidak ingin menyahut apa-apa lagi. Sudah cukup dia bicara tadi.
"Tapi untuk saat ini tolong tampung saya di rumah Bapak ya? Saya janji sebelum Bapak menikah sama pacar Bapak yang sekarang, saya bakal pergi jauh," pintanya memelas sembari menyatukan kedua tangan.
Mungkin bagi Nabiga ini hanya ucapan candaan, tapi tidak untuk Azka. Dia menganggapnya serius.
Azka menghela napas pelan seraya mengangguk mengiyakan. "Iya. Kalau mau pergi jauh izin dulu ya?" Nabiga mengangguk-angguk patuh.
Mereka berdua sudah benar-benar keluar dari lobi kantor. Keduanya harus berjalan beberatus meter untuk sampai ke halte bus seraya melewati berbagai toko-toko di sepanjang jalan.
Langkah Nabiga terhenti kala melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Hal tersebut membuat Azka yang sudah melangkah lebih jauh terpaksa ikut berhenti dan berbalik.
Dia menaikkan alisnya kala Nabiga menunjuk-nunjuk kaca tembus pandang sebuah toko. Akibat penasaran, Azka pun mendekat untuk melihat yang dimaksud Nabiga.
"Kita main itu yuk?" Nabiga menunjuk pada sebuah permainan capit boneka.
"Kamu mau?" tanyanya.
Gadis itu mengangguk antusias. "Mau, Pak! Pokoknya kita harus lupain deep talk yang tadi."
Ide yang bagus, pikir Azka tidak keberatan dengan keinginan sederhana Nabiga. Padahal gadis itu yang bersedih, tapi dia juga yang menghibur. Kuat sekali perasaan Nabiga.
Kedua sejoli masuk ke dalam toko boneka hingga pintu berdencing menyambut kedatangan mereka. Nabiga yang sudah tidak sabar langsung menghampiri mesin capitan, sedangkan Azka tengah menukar uang dengan koin.
"Ayo, Pak! Cepet!" serunya antusias saat melihat Azka berjalan mendekat.
Azka terkekeh, "Sabar, Nabiga."
Pria itu memasukkan koin dan memulai permainan. Menggerak-gerakkan operator mesin dan berusaha mengambil boneka yang diinginkan Nabiga.
"Itu, Pak! Boneka dinosaurus!" pekiknya.
"Arrghh! Gagal!" seru Azka hanyut dalam permainan.
Nabiga tidak henti tertawa sekaligus menyemangati pria itu yang selalu saja gagal mencapit boneka. Kalaupun sudah tertangkap, pasti akan meleset dan jatuh kembali.
Azka memandang dua koin terakhir dengan seksama seolah benda keramat. Nabiha terkikik geli melihatnya. "Ayo, Pak, doain dulu koinnya supaya beruntung."
Pria itu menutup matanya berdoa dengan khusyuk lantas mendekatkan koin ke wajah dan juga dadanya sebagai pengakhiran doa.
Dia kembali memasukkan dua koin terakhir. Mengigit bibir bawahnya gugup sendiri. Padahal hanya permainan, tapi Azka membawanya begitu serius.
Tangannya menggerakan operator mengarahkan mesin capit menuju boneka dinosaurus nan lucu. Azka menekan tombol bulat di dekat operator.
Dan ...
Gotcha!
He was got it!
Refleks Azka melonjakkan tubuhnya dan hendak bertos ria dengan Nabiga. Gadis itu yang juga terbawa suasana pun sama-sama gembiranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NICE TO MEET YOU (Selesai)
FantasyKalian pikir menjadi indigo itu enak? Setiap jam, setiap menit dan setiap detik Azka harus menyiapkan mental untuk bertemu mereka yang tak kasat mata. Ia harus setia berpura-pura tidak tahu meski bulu kuduknya sering meremang. Namun pada suatu ka...