lagi-lagi kejutan

56 4 0
                                    

Mobil Zayn berhenti tepat di hadapan Laura yang sudah bersiap dengan sling bag nya. Pria itu langsung menjemput Laura setelah mengambil mobilnya yang masih terparkir di depan restaurant BBQ.

"Tadi aku udah bilang sama Azka buat ketemuan."

Laura mengangguk sebagai respon dari Zayn. Sang empu merasa kejanggalan dari perempuan di sebelahnya.

"Ra ... Semalam aku bicara apa aja sama kamu?"

Laura melirik. "Kamu mabuk."

Zayn menghela napas. Sepertinya ia tidak bisa memaksa Laura menceritakan segalanya. Tapi ia harus tau alasan di balik pertemuan mereka dengan Nabiga.

"Tapi kalau ketemu Nabiga, ada alasan apa?"

Secara selama ini, Laura hampir tidak pernah berkomunikasi dengan Nabiga setelah tenggelamnya dia di danau. Apalagi bertemu dengan jiwanya? Berbicara saja tidak.

Laura menoleh. "Kita selesein semuanya. Jangan ada kebohongan lagi."

Zayn terhenyak. "Kamu—"

"Bener kata kamu, rasanya ngga nyaman hidup dengan membodohi orang lain."

Sudah Zayn duga, semalam ia berbicara banyak hal yang dengan Laura. Sayangnya dia melupakan semuanya.

"Selama ini kita terlalu pengecut buat ngungkapin kebenarannya."

Zayn menarik napas panjang. Dia memandang jalanan nan ramai. Sekarang sudah waktunya berdamai dengan keadaan. Dan semoga Nabiga turut berdamai.

Di sisi lain, Azka tengah menunggu di halte bus. Sebenarnya Nabiga agak curiga dengan pria di sampingnya. Tidak biasanya Azka suka keluar di hari libur apalagi malam hari begini. Kecuali bersama Clara.

"Kita mau kemana sih, Pak?" tanya Nabiga kala mereka hendak naik ke dalam bus.

Pria itu menempelkan kartu bus lantas setelahnya mencari tempat duduk yang lengang. Seperti biasa, Nabiga suka sekali duduk di dekat kaca.

"Jawab pertanyaan saya, Pak. Kita mau kemana?" desak gadis itu karena tidak kunjung mendengar jawaban dari Azka.

Azka mengernyit samar. "Saya ngga tau apa kepentingan Pak Zayn, tapi tadi dia nelpon saya buat ketemuan di cafe."

"Dan dia minta ngajak kamu buat ikut," sambungnya.

"Saya?" beo nya tak percaya. Azka pun mengangguk.

Zayn ada urusan apa lagi dengannya? Menurutnya, Zayn adalah pria tidak jelas. Tidak jelas apa peran dalam hidupnya. Jika memang mereka sudah bertunangan, mengapa dia terlihat biasa saja ketika dengan Azka selama ini? Tidak ada rasa cemburu sedikitpun?

Bus itu berhenti kembali di sebuah halte. Keduanya turun dari mobil panjang itu dan beralih mencari keberadaan cafe yang dimaksud Zayn melalui maps.

Rupanya cafe itu berada di sebuah mall. Tepatnya di lantai paling atas yang bertema out door.

Keduanya menginjakkan kaki di sana. Nuansa malam yang cerah sangat cocok untuk menghabiskan waktu di sini. Cafe tersebut menyajikan pemandangan gedung-gedung bertingkat yang jaraknya tak terlalu jauh.

Ruangan gedung-gedung yang menyala itu seperti kemerlap cahaya dalam kegelapan.

Dari tempat mereka berdiri pula nampak Zayn tengah duduk berhadapan dengan sosok perempuan. Lagi-lagi bersama perempuan lain, batin Nabiga.

Azka mengajaknya untuk menghampiri mereka. Semakin dekat mereka berjalan, semakin jelas pula siapa yang ada di hadapan Zayn kali ini.

"Perempuan yang semalam," batin Nabiga.

Azka menarik kursi untuk tempat duduk Nabiga. Gadis itu duduk di samping Zayn yang tidak banyak bicara seperti biasanya.

"Kamu kalau mau pesen tulis aja, biar kita panggil pelayan ke sini," tawar Zayn.

Azka menyadari Nabiga yang terus menatapnya dengan isyarat mata. Seolah mengatakan, apa tujuan utama mereka ke sini. Dan beruntungnya, Azka langsung memahaminya.

Pria itu berdehem untuk mengusir rasa canggung. "Karena kami sudah datang, apa boleh tau alasan Pak Zayn mengundang saya dan Nabiga ke sini?"

Zayn menghela napas. "Ada yang mau kita sampaikan. Tapi yang utama adalah ... teman saya, Laura."

Laura sedikit canggung dengan apa yang dikatakan oleh Zayn. Tapi ia berusaha tidak peduli dan fokus pada tujuan utama.

Sontak kedua pasang mata langsung tertuju pada Laura. Apa yang akan gadis itu katakan? Sedangkan dia tidak pernah sekalipun ikut campur kehidupan mereka.

Laura menghembuskan napas lantas menatap Azka. "Boleh saya berbicara empat mata dengan Nabiga?"

Netra Nabiga dan Azka saling bertubrukan. Bingung sekaligus penasaran apa yang akan Laura katakan padanya. Mereka saja tidak saling mengenal.

Mau tidak mau, Azka menghargai keinginan Laura. Kedua pria itu pergi dari pandangan mereka dan sejauh mungkin agar Nabiga dan Laura merasa nyaman berbincang.

Nabiga mematung kala menyadari sesuatu.

Mungkinkah, Laura termasuk ke dalam bagian masa lalunya?

Laura mengambil sebuah benda yang ada dalam tas nya. Sebuah kotak berwarna hitam. Di sanalah Eye Glasses seri 001 miliknya berada. Gadis itu pun memakainya.

Ketika Laura menyentuh tombol 'see', gadis itu tersenyum tipis karena mampu melihat wajah Nabiga secara jelas.

"Hai, sepupu! Akhirnya aku bisa lihat kamu sekarang."

NICE TO MEET YOU (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang