kebutuhan rumah tangga

37 4 0
                                    

"Tapi saya lupa-lupa ingat kuliah dimana, Pak," cengirnya dengan wajah tanpa dosa.

Hal tersebut membuat semangat Azka menjadi turun lagi. Nyatanya semua sumber masalah berasal dari Nabiga dan solusi utama sebenarnya ada pada Nabiga juga. Tapi gadis itu malah membuat kondisi semakin runyam.

"Yasudah kamu terus saja tinggal di dunia sebagai arwah tersesat," cuek Azka.

"Ih Pak Azka jangan doain gitu dong. Emang Bapak mau direpotin saya terus?" katanya dengan wajah cemberut. Azka bergidik ngeri jika seumur hidupnya dihantui Nabiga.

Azka menghela napas. "Kalau dari kamu ngga bisa dapat informasi, gimana cara saya membantu?"

"Yah ... Saya juga bingung sendiri, Pak."

Gadis itu melirik Azka yang berbalik badan mulai meninggalkannya sendiri. "Pak Azka mau kemana?"

"Tidur," jawabnya tanpa menghentikan langkah.

Terpaksanya gadis itu ikut kembali ke dalam apartemen dan menghabiskan malam bersama sofa panjang sendirian. Dia menyejajari langkah Azka yang santai.

"Ih Bapak ngga pernah diajarin pakai baju ya?" tuding Nabiga menunjuk kancing piyama Azka yang pendek sebelah.

Sontak pria itu meraba piyama nya sendiri kemudian berbalik badan agar tidak terlihat oleh hantu genit itu. Benar rupanya, Azka melupakan satu kancing piyamanya.

Astaga, malu sekali dilihat oleh lawan jenis begini. Segera Azka memperbaikinya. Sedangkan Nabiga tertawa sendiri memandang sikap Azka yang lucu di matanya.

"Khawatir banget saya benar-benar pergi ya, Pak?" godanya.

Kuping pria itu memerah. Tanpa berkata-kata Azka berjalan cepat meninggalkan Nabiga yang masih setia ngakak di tempat.

"Tungguin, Pak!"

Besok pagi adalah hari santai. Waktunya berlibur di rumah tanpa melakukan apapun karena sudah lelah selama hampir seminggu bekerja ataupun sekolah.

Awalnya niat Nabiga begitu, namun kalian tahu sendiri bahwa Azka tipe pria disiplin yang tidak suka malas-malasan meski kodrat hari libur untuk malas.

Seperti biasa Nabiga melayang menemani pria itu jogging dengan wajah belel mengantuk. Kemudian memandanginya memasak dari belakang. Ciprat-citra dikit ngga ngaruh buat Azka.

Duduk manis di hadapannya sembari menopang dagu melihat orang makan. Sudah berapa kali Nabiga melakukan ini ya? Semakin melihat Azka makan, perutnya ikut kenyang.

Dia sudah aman dari bujuk rayu setan agar bisa makan seperti manusia biasa. Ya gimana ya, Nabiga sendiri setannya.

Saat sedang rebahan menonton televisi, Nabiga dibuat heran dengan Azka yang sudah berpakaian rapi. "Mau kemana, Pak?"

"Kebutuhan rumah tangga udah mulai habis. Jadi saya pikir harus membeli lagi," katanya sambil menonton sekilas program layar hitam.

"Ciaelah! Emang Bapak udah berumah tangga?" jahilnya membuat Azka mendengus.

"Doakan saja," cueknya lantas kembali ke kamar mengambil tas.

Tanpa bertanya lagi, Nabiga langsung mengekori Azka menuruni lantai demi lantai apartemen dengan sebuah lift. Bisa disimpulkan kehidupan Nabiga semuanya berkaitan dengan lift, orang makan, pekerjaan.

Kini outfit Azka terlihat santai dari sebelum-sebelumnya. Biasanya Nabiga hanya akan melihat pria itu memakai kemeja kerja ataupun baju tidur.

Kedua masuk ke dalam bus yang lebih lengang daripada hari biasa. Setidaknya Azka tidak perlu mengorbankan diri lagi dengan berdiri memegang handle grip.

"Ini hari libur loh, Pak. Ngga nge-date bareng pacar?"

Yang pacaran siapa, yang ribet siapa. Namun sebagai hantu yang baik, dia mengingatkan bahwa Azka masih punya hubungan. Siapa tau lupa.

Nabiga akui Clara hebat dalam mempertahankan hubungannya meski jarang sekali bertemu. Tidakkah perempuan itu berpikir sekali tentang cemburu? Biasanya perempuan sering merasa gelisah.

"Dia ada keperluan katanya." Nabiga hanya ber-oh ria.

Sampailah mereka di sebuah gedung besar. Sepertinya swalayan terbesar di kota ini.

Jemari Azka menarik troli di dekat pintu dorong dari besi. Satu hal utama yang perlu ia beli adalah bahan-bahan masak. Di kulkas hanya tersisa sayur kubis dan wortel saja.

"Pak, sayur emang bagus buat tubuh. Tapi masa ngga beli daging satupun?" herannya memandang troli yang sebagian besar berisi sayur-mayur.

"Bapak vegetarian?"

"Eh nggak juga sih. Waktu itu saya lihat Pak Azka makan telur," imbuhnya.

Mendengar Nabiga yang ngoceh melulu membuat Azka mau tidak mau mengambil dua bungkus potongan daging sapi dari peti es.

"Sudah kan?" pria itu mengangkat daging sapi ke udara. Nabiga mengacungkan ibu jarinya.

Mereka kembali berjalan melewati rak-rak besar di kanan-kiri nya. Mengambil barang barang kebutuhan rumah yang habis persediannya. Dan berakhir mengantri di kasir.

"Untuk orang yang tinggal sendiri, itungannya banyak juga ya belanjaan Bapak?" Nabiga menghitung total barang dalam troli.

"Saya kalau beli nunggu persedian benar-benar habis. Jadi ngga mubadzir," jawabnya.

Setelah melakukan pembayaran, Azka melakukan pengepakan barang secara mandiri. Sudah diterapkan sejak lama budaya ini.

"Kita langsung pulang nih?" tanya Nabiga seolah tidak ingin kembali ke apartemen.

"Kamu mau pergi kemana memangnya?" tawar Azka menenteng belanjaannya.

Nabiga memandang lesu. "Saya pengennya nemenin Bapak kemana gitu jalan-jalan."

"Saya sedang malas bepergian siang ini. Nanti sore aja ya?" bujuknya.

"Yaudah deh." gadis itu mengalah.

Bus yang mereka naiki pun mengarah pada perjalanan pulang. Sebenarnya Nabiga tipe orang yang mudah bosan. Kesehariannya hanya mengikuti Azka bekerja, jogging, masak. Sudah hanya itu siklusnya.

Bisa ya Azka tahan tanpa refreshing? Mana Pak Zayn menunjuknya sebagai ketua tim. Bukannya beban pikiran semakin bertambah?

Nabiga meniup pelan poni yang menjuntai di keningnya karena menunggu lift turun ke lantai lobi.

Ting!

Pintu silver terbuka secara otomatis. Dari tempat keduanya berdiri, mereka dapat melihat pria berkemeja biru laut tengah sibuk memandang ponselnya.

Ketika sang empu sadar bahwa pintu telah terbuka lebar, pria itu menaikkan arah pandangnya lurus ke depan.

Melewati Nabiga yang mematung di tempat.

NICE TO MEET YOU (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang