"Hai, sepupu! Akhirnya aku bisa lihat kamu sekarang."
Bagaimana ekspresi Nabiga saat ini? Tentu saja ia sangat terkejut. Laura adalah keluarganya. Bagian dari keluarga yang selama ini ia cari sekarang ada di hadapannya.
Bukan Nabiga yang ingin menemuinya, tetapi Laura sendirilah yang menginginkannya.
Artinya Laura sudah mengerti keberadaannya sejak lama.
Laura tersenyum tipis melihat Nabiga yang tidak berbicara apa-apa. "Mungkin kamu bingung kenapa aku bisa tau keberadaan kamu selama ini. Aku bakal jelasin pelan-pelan."
"Dan aku harap kamu mau dengerin dari awal sampai akhir."
****
Gerombolan mahasiswa baru saja keluar dari gedung kampus. Beberapa dari mereka saling bersenda gurau sambil menirukan gaya-gaya khas para dosen ketika mengajar.
"Sekarang giliran gue!"
Seruan itu berasal dari Nabiga. Dia merubah totebag kanvas nya ke depan badan seolah tengah membawa buku tebal. Gadis itu tidak lupa memakai kaca mata baca nya yang sengaja diturunkan dari pangkal hidung.
"Siapa yang dititipin absen sama temannya! Jujur!" Nabiga berkata sembari menunjukkan jari telunjuknya.
"Malik, Pak, Malik," ujar temannya mengikuti alur drama.
Laki-laki bernama Malik itu berdecak saat dirinya menjadi tumbal. Tidak dalam drama ataupun dunia nyata sama saja.
Nabiga memandang sengit Malik. "Kamu, Malik? Siapa yang nitip absen sama kamu?"
"Nabiga, Pak!" ujar Malik tak mau kalah.
"Sudah menjadi mahasiswa tapi kelakuannya persis seperti anak TK. Mau jadi apa kalian?" Nabiga berkacak pinggang.
Temannya bersorak sorai kala Nabiga berhasil memparodikan dosen killer mereka. Siapa tuh? Jelas saja Tuan Muda Yang Terhormat Pak Latif Ardhan.
"Nyali lo gede juga ya? Ati-ati lo ditandain sama Pak Latif! Gue nggak ikut-ikutan." Temannya itu angkat tangan.
Nabiga menepuk otot bisepnya. "Gue udah kebal nih! Senggol dong!"
"Oh jadi kalau saya kasih tugas merangkum satu buku dalam satu hari kamu sanggup ya?"
Gadis itu membatu. Gerakan berbalik badannya patah-patah lantas menyengir kuda. "Siang, Pak Latif."
"Siang."
"Kami pamit pulang, Pak," ujar teman-temannya undur dari praktik terlarang Nabiga. Menyisakan gadis itu sendirian di hadapan dosen itu.
"Saya bakal kasih tugas dadakan khusus buat kamu karena sudah mencemarkan nama baik dosen."
Nabiga menghela napas saat kedua tangannya menopang buku-buku yang diberikan Pak Latif di ruangannya. "Sudah, Pak. Saya ngga kuat..."
Pak Latif melirik mahasiswanya itu. "Silahkan buat infografis dari setiap jurnal-jurnal yang sudah saya berikan."
"Tenggat besok hari."
Nabiga mendelikkan matanya. "Kasihani saya, Pak. Tugas kuliah dari Pak Latif juga udah banyak."
"Tenggat besoknya lagi."
Gadis itu menghembuskan napasnya. Dia hanya bisa bernegosiasi sekali saja. Mendapat keringanan deadline sudah membuatnya bersyukur.
Setelah ini, ia tidak lagi-lagi terkena bujuk rayu teman-temannya yang melakukan parodi. Dia tidak bisa menahan nafsu untuk ikut-ikutan.
Dia keluar dari ruangan Pak Latif. Ia mengira mobil yang datang menjemputnya adalah pak sopir yang bekerja di rumahnya. Ternyata setelah kaca mobil diturunkan, dia bisa melihat dengan jelas siapa di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NICE TO MEET YOU (Selesai)
FantasíaKalian pikir menjadi indigo itu enak? Setiap jam, setiap menit dan setiap detik Azka harus menyiapkan mental untuk bertemu mereka yang tak kasat mata. Ia harus setia berpura-pura tidak tahu meski bulu kuduknya sering meremang. Namun pada suatu ka...