5. Peringatan

3.9K 389 19
                                    

Aku mengira seornag yang tumbuh ditempat baik, dengan keluarga yang baik, dan juga ekonomi yang baik akan menjadikan seseorang menjadi pribadi yang baik juga. Nyatanya tidak, seseorang memiliki antagonis di dalam dirinya sendiri yang membedakan adalah dia bersalah dari tempat yang baik hingga buruknya dimaklumi.

Coba yang bersikap brengsek seperti barusan adalah aku. Sudah pasti aku akan di hujat habis-habisan oleh semua orang lengkap dengan kalimat jika buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, aku mewarisi sikap-sikap brengsek orangtuaku, dan aku tidak pantas mendapatkan apapun karena aku harus mendapatkan karma buruk sikap curang dua orang yang telah membuatku lahir di dunia. Lucu memang. Orangtuaku yang berbuat salah, aku pun korban, namun aku juga yang menanggung derita.

Perasaan menggelikan sekaligus gamang dengan rasa tidak adil inilah yang mengiringi langkah kakiku keluar dari Club usai memaki Rinjani, rasanya kekesalanku setinggi gunung mendapati kalimat-kalimatnya yang tanpa ada angin dan tanpa ada hujan menyakitiku dengan alasan yang bahkan tidak masuk di akalku.

Seenak jidatnya memang orang-orang kaya itu.

"Serena, Serena, wait........"

Aku sudah benar-benar sampai diluar Club, hanya tinggal menunggu mobilku di ambil oleh Valet saat seseorang memanggilku dengan sangat panik, dan saat aku berbalik itu adalah Joshua, si pria cabul yang membuatku disebut jalang oleh Rinjani Prabumi.

Sembari bersedekap aku menunggunya mendekat, ingin mendengar apa yang membuatnya menyusulku hingga nafasnya tersengal-sengal meskipun aku sudah tahu apa tujuannya.

"Tolong......" ucapnya disela nafasnya yang memburu, pria tampan namun sayangnya brengsek itu berusaha berbicara kepadaku dan untuk menghargainya aku memilih untuk mendengarkan meski aku sudah memiliki keputusan. "Tolong jangan diperpanjang masalah malam ini. Rinjani, dia bukan orang yang jahat, dia cuma agak sensitif mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan masalalunya, itu sebabnya dia marah-marah tidak jelas kepadamu. Karena aku yang membawamu, aku yang mewakilinya minta maaf, tolong jangan membuat kesalahpahaman ini menjadi masalah yang panjang."

"Aku tidak peduli masalah apa yang terjadi pada temanmu itu, itu adalah urusannya dengan dirinya sendiri. Tidak semua orang yang dia temui seperti dirimu yang bisa memaklumi sikap buruknya, silahkan tempatkan dirimu di posisiku tadi apa kamu memaklumi dikatai-katai sementara mengenalnya mengenal saja tidak? Apa memang sudah wataknya yang seenak jidatnya mengatai orang?"

"Sorry, kami semua benar-benar meminta maaf mewakili dia, tolong jangan diperpanjang."

"Jika ada yang harus meminta maaf, ya Miss Sempurna itu yang harus melakukannya. Modelan macam apa minta maaf bisa diwakili. Hal kecil begini saja sudah menunjukkan jika dia tidak menyesal sama sekali sudah bersikap kurang ajar kepada orang lain. Umurnya saja tua, tapi kelakuan lebih bocah dari bocah, kasihan sekali netizen yang selama ini ngidolain influencer macam dia, kalau ada fansnya yang wajahnya kek saya, mau disebut juga mau muntah lihat wajahnya?"

Bukan aku ingin memperpanjang masalah, aku hanya jengah dengan kata-katanya yang menyakitkan, dan semua orang memintaku untuk memaklumi sikap tidak baiknya, kayak apa sih?
Seistimewa apa dia sampai kesalahannya harus juga aku maklumi? Setidakadil itukah dunia ini bekerja?

"Nggak cuma aku yang akan tersinggung, semua orang di dunia ini juga bakal murka kalau diperlakukan seperti aku barusan. Bukan aku yang berlebihan, tapi kalian dan Miss Sempurna itu yang harus koreksi diri."

Enggan untuk memperpanjang obrolan dengan pria bernama Joshua tersebut aku beranjak pergi karena mobilku sudah sampai, tapi sama seperti aku yang jengah pasal Rinjani dan muka duanya, sahabat dari Rinjani ini pun sepertinya merasakan hal yang sama. Bagi orang-orang yang bekerja di dunia entertain, citra baik adalah hal yang sangat penting, dan kali ini Rinjani apes karena menyinggung orang yang salah sepertiku. Perempuan yang disebutnya Jalang karena digaet oleh salah satu temannya yang Playboy nyatanya seorang yang mudah mengup sesuatu di sosial media. Sayangnya langkah kakiku harus berhenti karena pria cabul ini mencekal lenganku, dan aku sangat tahu apa yang akan dilakukannya.

"Baiklah kalau begitu, kalau sekedar permintaan maaf tidak bisa meredam emosimu, bagaimana kalau kalau kamu mengatakan apa yang kamu inginkan." Joshua, pria dengan anting kecil di daun atas telinganya ini terlihat begitu panik karena jawabanku yang tidak mau menuruti apa yang dia minta hingga dia mengeluarkan jurus terakhir, layar ponselnya menyala, memperlihatkan sebuah akun Mbanking yang terbuka, tanpa banyak bicara lagi aku sangat paham apa yang dia maksud, "saranku, terima apa yang aku tawarkan ini dan jangan membuat masalah dengan Rinjani, Cantik. Aku hanya temannya, dan yang aku lakukan ini untuk membantumu, lupakan masalah barusan karena dia punya dua guardian yang akan melakukan segala cara untuk melindunginya."

Cinta Diantara DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang