Holllaaaa
Ikuti juga kisah Serena diaplikasi sebelah.
Happy reading semuanya"Ngapain kamu merem segala! Melek yang bener, sini salim dulu sama saya, biar saya bisa lihat macam apa calon Mamak buat cucu saya nantinya!"
Takut-takut aku membuka mataku, dengan wajah meringis menahan ngeri karena sosok Nyonya Saraswati masih menjewer Gala seperti anak kecil hingga laki-laki bermulut pedas dan bermata tajam itu pun wajahnya tidak beda jauh dengan wajahku sekarang ini.
Jika dalam kondisi normal mungkin sekarang aku akan menertawakan sikap tidak berdaya Gala, hayolah, mana berani dia melawan Ibunya sendiri? Mau di kutuk jadi temannya malin kundang apa? Tapi untuk menertawakannya pun rasanya tidak mungkin karena sudah pasti apa yang akan beliau katakan tidak akan jauh-jauh dari makian yang beliau ucapkan kepada anaknya sendiri.
"Ngapain kamu diem disitu, sini! Takut kamu ikutan di jewer juga? Diajakin nyicil buat anak nggak takut, salim sama Mamaknya ini bocah takut setengah mati kamu!"
Kembali, teguran itu aku dapatkan karena langkahku yang lambat, bukan hanya lambat, jika bisa ingin rasanya aku lari ngacir ke arah pintu, kedatangan orangtua dari Gala Mangkualam dengan sikap beliau yang sangat barbarly ini sangat diluar ekspetasiku, apalagi beliau memergoki kami dalam posisi yang sangat tidak menguntungkan yang sudah pasti membuat beliau berpikir yang tidak-tidak.
"Bu, Ibu salah paham, saya sama Putra Ibu itu....." ucapku sembari memelas, tapi sepertinya apapun yang akan aku katakan tidak akan di dengar oleh beliau karena beliau melambaikan tangannya pertanda tidak peduli serta mengulurkan tangannya padaku agar segera bersalaman dengan beliau.
"Iba-ibu siapa yang kamu panggil Ibu? Kamu kira kamu ini ajudan saya? Sini, salim yang benar kamu, atau mau kamu saya jewer kayak si Gala ini?"
Diancam hendak di jewer membuatku langsung ngibrit mendekati beliau, membayangkan bagaimana wajah Gala yang meringis saja sudah membuatku tahu betapa sakitnya tangan beliau jika di gunakan untuk mengutip daun telingaku, seumur hidupku, baru kali ini aku mencium tangan seseorang, jika Bibik melihatnya mungkin beliau akan salto jungkir balik karena aku pun tidak pernah mencium tangannya seperti ini. Aku menyalami beliau dengan benar, hingga menempelkan hidungku ke punggung tangan beliau.
Jangan bayangkan tangan beliau berbau bawang atau terasi khas Mamak-mamak yang sibuk di dapur, tangan beliau tercium wangi lembut bunga mawar yang terasa mahal.
"Sekarang duduk sini, biar Mama bisa melihat wanita macam apa yang sudah di pilih oleh anak Mama sampai-sampai dia mencampakkan anak dari seornag yang sudah menyelamatkan nyawa Papanya!" Selesai denganku yang menyalami beliau, kini beliau memintaku duduk, kata-kata yang beliau lontarkan dengan nada tinggi dan gas penuh membuatku semakin ngeri.
Duduk di samping beliau benar-benar seperti seornag pesakitan yang tengah menunggu untuk di interogasi. Kedua tanganku saling meremas, usahaku untuk terlihat tenang terasa sia-sia. "Kamu tahu tidak, kalau keluarga saya itu sudah berhutang budi dan nyawa pada wanita yang sudah di kecewakan oleh Gala demi dirimu! Dan gara-gara memilihmu, sekarang saya dan Papanya Gala yang pusing bagaimana caranya kami meminta maaf kepada keluarga mereka. Kehadiranmu sudah menghancurkan dua keluarga yang bersahabat, tahu tidak!"Dimarahi sedemikian rupa plus dengan bentakan membuatku semakin menunduk, aku sama sekali tidak tahu jika pertunangan antara Gala dan juga Rinjani bukan karena mereka saling cinta namun karena hutang budi yang berkaitan dengan nyawa, pantas saja Gala begitu menggebu-gebu dalam melindungi Rinjani, bukan karena cintanya yang terlalu besar namun karena Gala ingin melindungi Rinjani seperti Papanya Rinjani pernah melindungi orangtua Gala.
Astaga, kenapa serumit ini? Aku mana tahu jika pertunangan dua orang yang selalu mesra dalam setiap kesempatan itu hanyalah sebuah kesepakatan berdasar hutang budi bukan karena mereka saling mencintai? Lagian hari gini bisa-bisanya masih ada perjodohan untuk membalas hutang budi!
"Saya minta maaf, Bu. Tapi........."
"Kalau ada yang mau Mama salahkan, Mama bisa nyalahin aku, Ma. Ini semua salah Gala, Gala yang tidak bisa melanjutkan hubungan yang dipaksakan tersebut." Menyerobot penjelasan yang hendak aku berikan kepada Ibunya, pria sinting ini tiba-tiba saja duduk di sebelahku membawa jawaban yang membuatku tercengang saking epiknya, tidak hanya itu, dia pun memegang tanganku dengan erat, jangan lupakan juga tatapan penuh cinta yang dia berikan kepadaku, sungguh benar-benar sandiwara menggelikan yang membuat hidupku serasa di neraka ini rupanya berlanjut sampai di depan orangtuanya, jika aku tidak tahu kebenaran tentang sandiwaranya sudah pasti aku akan baper dengan sikapnya yang seolah dia benar-benar mencintaiku bahkan rela pasang badan untukku saat Ibunya memarahiku, "jika ada orang yang Gala cintai, orang itu adalah Serena, Mama. Antara Serena dan Rinjani keduanya tidak ada yang bersalah, yang salah Gala, tapi Ma, tolong pikirkan, menikah dengan Gala yang tidak bisa mencintai sepenuhnya hanya akan menyiksa Rinjani kelak dalam pernikahan kami, Ma. Gala berjanji akan melindungi Rinjani tapi tidak dengan pernikahan. Cinta itu tidak bisa di paksakan Mama!"
"Benar cinta tidak bisa dipaksakan Gal, tapi bukan dengan caramu yang berselingkuh darinya! Kamu tahu dengan benar jika Rinjani mempunyai trauma tentang perselingkuhan tapi kamu yang dipercaya Dio untuk menjaganya justru menorehkan luka yang sama! Apa kamu gila? Apa kamu tidak bisa membicarakan semuanya dengan baik-baik sampai-sampai kalian berdua harus terlibat skandal macam ini? Saling tuduh satu sama lain tentang perselingkuhan, dan itu asalnya dari kamu, hiiiih kesal kali Mama sama kamu!!!"
Tanpa ampun kembali Nyonya Saraswati mencubit paha Gala kuat-kuat hingga jeritan pria yang mungkin berusia hampir 30 tahun tersebut memenuhi ruangan kantornya. Bisa aku bayangkan betapa sakitnya cubitan yang membuatku meringis hanya dengan melihatnya tersebut.
"Kalo kayak gini pengen rasanya masukin kamu balik ke perut lagi, Gal! Menyesal Mama sudah ngelahirin anak nakal kayak kamu! Dahlah, jangan ngomong lagi kamu sama Mama, Mama marah sama kamu!"
Merajuk, perempuan paruh baya tersebut menutup mata dan itu membuat Gala semakin kalut, bukannya diam seperti yang dipesan oleh Ibunya, dia justru mengguncang lengan Ibunya persis seperti anak kecil yang takut karena sudah berbuat kesalahan, terlepas dari situasi tidak menyenangkan yang menjebakku sekarang ini tapi pemandangan antara Gala dan Ibunya yang tengah berdebat dan bertengkar justru sebuah pemandangan hangat yang tidak ingin aku lewatkan meskipun aku sejak awal sudah kecipratan bentakan beliau yang sebenarnya cukup menggelegar.
Kalian, yang bernasib sama sepertiku, yang tumbuh tanpa sosok orangtua, dan dipaksa dewasa oleh keadaan pasti mengerti apa yang aku maksud sekarnag ini, hal sepele yang bahkan seringkali terlewat oleh orang lain adalah satu hal yang sangat aku inginkan.
"Ma, jangan marah, Ma. Gala sendiri yang akan selesaikan masalah ini sama Om Dio tanpa bawa-bawa Mama dan Papa, Gala jamin Om Dio nggak akan marah, karena bagi Om Dio kebahagiaan anak-anaknya itu yang terpenting, dan bahagia Rinjani itu bukan sama Gala, Ma. Rinjani nggak pernah bahagia dengan pertunangan ini, jadi biarkan skandal ini kesempatan buat dia bisa lepas dari hubungan yang dipaksakan."
Panjang lebar Gala berusaha membujuk Ibunya dengan banyak hal, namun ujung-ujungnya saat Ibunya membuka mata hingga membuat Gala berbinar senang karena mengira Ibunya mau menanggapi permintaan maafnya, Nyonya Saraswati justru menatap lurus sembari menunjukku.
"Kamu, kamu dengar sendiri kan kalau si Anak Monyet ini sudah bertekad buat batalin pertunangannya, saya nggak mau tahu, sebagai gantinya kalian mesti cepetan kawin dan kasih Mama cucu selusin!"
"Haaaaaah?!!!"
"Titik, final! nggak ada tawar menawar lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Diantara Dosa
RomanceTerlahir dari dosa perselingkuhan orangtuanya, semua orang mengatakan Serena tidak berhak bahagia, dan yah, Serena tumbuh dengan segala hinaan serta celaan. Setiap kali mendengar hal tersebut Serena hanya bisa tersenyum kecil, menganggap kelucuan te...