Part 23. Masalah Rinjani dan Pap Raga

4K 451 32
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HollaaaaaHappy Satnight, Sragen cuaca cerah, cocok buat yang mau jalan-jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hollaaaaa
Happy Satnight, Sragen cuaca cerah, cocok buat yang mau jalan-jalan.
Sebelum jalan-jalan boleh lah baca Mas Gala dulu ya.
Happy reading semuanya

"Namanya Serena, Rinjani. Dan yah, gue bakal memulai segalanya dari awal sama dia."

Untuk sejenak Rinjani membeku, tidak menyangka jika kalimat singkat Gala berefek begitu besar untuknya. sulit untuk dijelaskan namun Rinjani merasa jika kini Gala akan menghilang dari hidupnya, dan rasa kehilangan itu tiba-tiba muncul dihatinya, hal yang bahkan tidak pernah Rinjani bayangkan sebelumnya.

Entah kenapa, setiap hal kecil yang berkaitan dengan wanita yang begitu Rinjani benci, sosok yang serupa dengan pelakor yang merebut Ayahnya, membuatnya dan ibunya menangis pilu dalam banyak malam serta menghancurkan cinta pertama Rinjani, begitu membuat Rinjani muak.

"Jaga diri baik-baik!" Ucap Gala sekali lagi, tangan besar itu terulur mengusap puncak kepalanya sebelum akhirnya Gala benar-benar berlalu. Tampak oleh Rinjani Gala melemparkan kunci motornya kepada salah satu ajudan Ayahnya dan berkata dengan malas, "bawa motor gue, gue mau istirahat!" Tanpa peduli jika Ayahnya tengah kesal kepadanya, Gala masuk ke dalam mobil begitu saja dan langsung memejamkan matanya saat kepalanya bersandar, meninggalkan Rinjani dengan perasaan kehilangan yang sulit untuk dia mengerti.

Sampai akhirnya mobil Heru Mangkualam benar-benar menghilang dari pandangan Rinjani masih terdiam di tempatnya. "Makanya Mbak, kalau udah punya tunangan berhenti buat deket sama cowok lain. Kalau udah mantap sama Mas Wira, lepasin Mas Gala, jangan dua-duanya digandeng. Laki-laki juga punya limit kesabaran."

Ariana Raharja, perempuan cantik yang 9 tahun lebih muda dari Rinjani, adik kandungnya yang selama ini sangat jarang berbicara dengan Rinjani ini mengeluarkan celetukannya. Dengan santainya perempuan yang tengah mengenyam pendidikan Institut Seni di Solo ini mengomentari sembari memakan chikiball rasa keju yang baunya sangat dibenci oleh Rinjani.

"Lo diem saja kalau nggak paham!" Tukas Rinjani sembari berlalu, namun sayangnya Ariana tidak mau diam. Perempuan tinggi dan kurus tersebut mengikuti Rinjani masuk ke dalam rumah melewati begitu saja kedua orangtuanya, mengacuhkan panggilan mereka, dan langsung masuk ke dalam kamar.

"Kata siapa gue nggak paham? Gue paham banget sama apa yang terjadi. Terbiasa di puja-puja sama Mas Gala  dan akhirnya Mas Gala pamitan buat pergi dari lo buat lo ngerasa kehilangan dan nggak rela, kan?" Rinjani mendongak, apa yang dikatakan oleh adiknya tersebut memang tepat sasaran tidak meleset sedikit pun. Itu sebabnya Rinjani yang sedari tadi berusaha mengusir adiknya kini membiarkan perempuan tengil tersebut untuk terus berbicara. "Mbak, yang lo rasain bukan perasaan cinta atau sayang, tapi perasaan egois. Lo egois kalau lo mau tahu, lo suka perasaan disayang sama semua orang, lo suka semua orang cinta sama lo, lo pengen menjadi pusat dari dunia lo."

Rinjani hendak membuka mulutnya, ingin membantah apa yang Ariana katakan namun Ariana menggeleng pelan memintanya untuk tidak menyela.

"Jangan nyela, mending lo resapi dengan benar apa yang gue omongin barusan, jangan buru-buru buat nyangkal nggak terima. Karena jujur saja, sikap lo ini nggak baik, Mbak. Lo sakit, apa yang terjadi dimasalalu lo bikin lo kayak gini dan ini perlu diobatin."

Ariana melipat tangannya. Menunggu reaksi dari Rinjani, sungguh Ariana tidak memiliki sedikit pun niat untuk menyakiti Kakaknya, tapi Ariana pun jengah dengan sikap kakaknya. Baik Gala maupun Wira, keduanya sangat mencintai Rinjani, hal naif yang membuat kedua pria tersebut menutup mata dengan sikap Rinjani yang menggantung keduanya tanpa ada penjelasan apapun. Sebagai seornag adik, Ariana hanya ingin yang terbaik untuk kakaknya. Selama ini kedua orangtuanya mencurahkan kasih sayang penuh, mengajarkan semua kebaikan untuk Rinjani, benar Rinjani tumbuh menjadi sosok santun dan baik, namun sayangnya luka batin Rinjani atas pengkhianatan Ayahnya dahulu adalah sesuatu yang tidak terlihat namun membekas dan baru terlihat sekarang ini.

Validasi akan kasih sayang, dan cinta dari orang yang ada disekelilingnya, itu adalah masalah terbesar Rinjani.

"Tapi Ariana, perempuan itu, mirip sekali dengan pelakor yang sudah merebut bahagia Kakak." Suara tinggi Rinjani menghilang berganti dengan rintihan lemah yang menunjukkan seberapa hebat sosok Serena yang dalam waktu sekejap sukses mempengaruhinya.

Ariana mendekat, dipeluknya kakaknya tersebut dan mengusap bahunya pelan. "Mbak, semuanya sudah berlalu Mbak, serahkan pada takdir semua hal menyakitkan dimasalalu dan biarkan takdir yang bekerja untuk menghukumnya. Tolong, Mbak. Fokus saja pada diri Mbak, dan berbahagialah. Nggak semua orang harus sayang sama mbak, saat mbak menemukan seornag yang tepat, Mbak nggak perlu semua orang itu."

Perlahan Rinjani mengangguk, sukar untuk mengakui pada akhirnya Rinjani harus membenarkan jika semua yang dikatakan adiknya memang benar. Batinnya terluka, fisiknya baik-baik saja, orangtuanya menyayanginya namun luka yang tidak terlihat tersebut membuat hati Rinjani pincang, untuk sejenak Rinjani merasa jika dirinya mencintai Wira namun disaat bersamaan pun dia tidak rela kehilangan Gala, yah Ariana benar, bahkan apa itu cinta pun Rinjani tidak mengetahuinya.

Sementara itu di dalam mobil yang melaju kencang dengan Heru yang tidak henti-hentinya memaki putra sulungnya, Gala hanya terdiam, omelan Ayahnya hanya masuk ke telinga kanan dan keluar di telinga kiri. Meskipun menyakitkan, tidak ada penyesalan di diri Gala atas apa yang sudah dia lakukan.

"Bocah gemblung, dikasih berlian malah ngais kerikil nggak jelas." Kira-kira seperti itulah omelan dari Heru pada Gala, namun Gala sama sekali tidak bereaksi, baru saat akhirnya ponselnya bergetar yang menunjukkan sebuah pesan masuk, Gala menegakkan tubuhnya kembali.

Pesan dari Raga, adiknya yang nyaris tidak pernah mengirimkan pesan selain berdikusi tentang kasus-kasus yang tengah ditanganinya sebagai seornag pengacara, profesi yang sebenarnya tidak disukai Gala, sukses menyita perhatian pria tampan yang kini wajahnya amburadul tidak karuan.

"Bang, kalau lo nggak serius, mending buat gue aja, ya. Selain cakep, calon Bini lo pinter masak. Alamat gue sejahtera kalo gandengan sama dia! Lagian lo nggak pantes buat dia yang kinyis-kinyis, lo ketuaan!"

Sebenarnya Gala tidak berniat untuk berdebat dengan Raga, apalagi itu masalah perempuan karena sedari kecil Gala sudah terbiasa memberikan apapun yang Adiknya itu inginkan asalkan membuat Raga senang, hampir saja Gala mengetikkan balasan, 'ambil saja, gue nggak butuh!' tapi saat melihat potret kebersamaan Ibunya yang ketus dan galak tertawa-tawa sembari mencicipi masakan Serena membuat Gala tidak jadi melanjutkan ketikannya.

Setali tiga uang, Heru Mangkualam yang sebelumnya berapi-api sekali dalam memaki putra pertamanya mendadak terdiam saat melihat video yang dikirimkan oleh putra keduanya, ya, sama seperti Gala yang sangat paham dengan watak Saraswati, Heru pun cukup tercengang melihat Saraswati tertawa-tawa bersama dengan perempuan yang tampak sekali wajahnya begitu muda, perlu diingat, Saraswati adalah perempuan judes, angkuh dan congkak yang sangat sulit untuk dijilat maupun didekati.

Saling pandang Ayah dan anak ini bertukar pandang dengan tatapan mata seolah meyakinkan satu sama lain aatas apa yang dilihatnya.

"Ini yang bikin kamu selingkuh, Gal? Kok Mama kamu bisa akrab, sih? Pergi ke dukun mana ini perempuan?"

Jangankan Heru, Gala pun tidak habis pikir kenapa Mamanya bisa dengan mudahnya baik kepada perempuan yang membuat kepala Gala pening  hanya dengan mendengar namanya ini.

Cinta Diantara DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang