"Kenapa muka lo?!"
Kata sambutan yang diberikan oleh Raga saat melihat rupa kakaknya yang amburadul hanya ditanggapi dengusan tidak suka oleh Gala, setengah mendorong Gala meminta Raga untuk minggir sebelum akhirnya kakinya yang panjang-panjang itu membawa Gala menuju kamarnya.
"Ehhhh, Bang. Jangan masuk ke kamar lo dulu, ada......."
Raga ingin menghentikan langkah kakaknya karena dikamarnya ada Serena yang tengah mandi, namun karena Gala sudah terlanjur jauh, Raga memilih mengurungkan niatnya. Sikap Gala yang terburu-buru itupun tak pelak membuat Raga paham, senyuman kecil menertawakan tingkah Gala sama sekali tidak bisa Raga bendung. "Pantes buru-buru mau naik ke atas, gue lupa kalau yang ada diatas sono tuh Yayangnya, bego amat gue keingetnya itu manusia batu purba bucen-nya sama Mbak Riri, hissss modelan kayak Gala kok rupanya bisa selingkuh juga. Tapi kalau ceweknya modelan Rena gue juga mau sih, ckckxkx, nggak adil amat semua yang bagus-bagus diborong Abang gue semua."Setengah menggerutu Raga memilih melanjutkan jalannya menuju ke depan. Melupakan Gala dan juga Serena. Sementara itu Gala berusaha secepat mungkin untuk sampai ke kamarnya berniat untuk menghindari Ibunya dan pertanyaan tentang Serena, sudah pasti Ibunya akan mendrama saat melihat keadaannya yang babak belur dan itu akan memicu pertengkaran dengan Ayahnya. Bergegas Gala melepaskan kemeja cream yang dia kenakan, namun baru separuh jalan Gala melepaskan pakaiannya, suara guyuran shower yang tidak kunjung berhenti menyita perhatiannya.
Jika ada hal yang tidak Gala sukai itu adalah seornag yang lancang masuk ke kamarnya. Gala sangat tidak suka orang-orang yang melamapaui ranah pribadinya termasuk kamar ini, namun sudah sangat jelas jika sekarang ada yang menggunakan toiletnya dan tanpa perlu bertanya Gala sangat tahu siapa orangnya.
Rasa kesal itu menjalar di tubuh Gala, setiap kali mengingat Serena, entah kenapa kepala Gala terasa pening. Bukan hanya karena kelakuan ajaibnya yang seringkali diluar dugaan dan tingkahnya yang sudah mengusik Rinjani, sialannya rasa candu yang tertinggal di memorinya itu yang merepotkan untuk Gala sekarang.
Tanpa bisa Gala cegah, kakinya membawa tubuhnya menuju pintu toilet, entah apa yang ada di pikiran Gala sekarang ini, karena sebenarnya Gala pun tahu jika apa yang dia lakukan sangat tidak pantas. Sudah tahu di dalam ada perempuan mandi, seharusnya Gala keluar bukan malah nongkrong di depan pintu toilet, sudah bisa dipastikan jika Serena yang baru saja keluar dari toilet terkejut melihat dirinya.
Terbuntal rapat kimono handuk miliknya, Serena lebih mirip domba Australia apalagi kulit cerahnya yang seperti mutiara, tapi seolah menjadi kewajiban bagi Gala untuk menggodanya, saat melihat mata coklat terang itu terbelalak, Gala langsung melontarkan kalimat pedasnya.
"Bagaimana cara otak kecilmu itu bekerja hah, berniat menggodaku kamu ini? Bisa-bisanya tanpa tahu malu kamu mandi dikamar laki-laki asing!"
Reflek mendapati kalimat pedasnya membuat Serena langsung mengeratkan kerah kimononya, hal yang sebenarnya sia-sia mengingat Gala bahkan tidak bisa melihat apapun kecuali betis dan wajahnya. Sudah Gala bilang kan jika Serena dengan kimono mandi warna putih tersebut mirip dengan domba Australia.
Nggak ada yang mau ngegoda kamu, Mas! Otakmu saja yang kotor setiap melihatku, lagian dibandingkan aku yang menggodamu, lebih cocok kalau kamu yang godain aku! Apa-apaan maksudnya shirtless di depan anak perawan orang!"
Serena, perempuan kecil yang membuat kepala Gala pening tersebut menjawab tanpa rasa takut, setiap kalimat yang dilontarkan Gala dibalasnya dengan garang meskipun sorot ketakutan tipis tersebut tidak bisa disembunyikan dengan rapi, Gala bisa melihatnya namun Gala menikmatinya, dan dimulai dari sini, tanpa alasan yang jelas Gala menyukai perdebatan antara dirinya dan sosok yang ada di hadapannya ini. Alih-alih menatapnya penuh damba, yang ada Serena justru menantangnya. Benar-benar definisi bocah kematian yang main terobos lebih dahulu konsekuensi belakangan.
Dan rupanya hal ini menyenangkan juga. Seketika rasa pening atas apa yang terjadi pada hidup Gala yang terasa monoton ini berubah menjadi menarik. Hanya perlu satu orang untuk membuat mood Gala jungkir balik dalam satu waktu.
"Nggak usah sok-sokan mau ngobatin, ini bukan drama roman. Jadi berhenti caper dengan cara yang nggak banget, perlu kamu ingat, apapun yang kamu lakukan nggak akan, aduuuuuhhhh, aduuuuhhhh......" Gala hendak mendebat Serena yang memintanya duduk untuk mengobati lebam yang dia derita, namun sayangnya perempuan barbarly tersebut justru dengan sadisnya menekan kuat-kuat bulatan kapas antiseptik tersebut ke ujung bibirnya yang robek, mau tidak mau Gala terdiam. Bukan tidak mungkin siluman betina bernama Serena ini akan menyumpalkan kapasnya ke dalam tenggorokannya jika berani mendebat lagi.
"Diamlah, aku cuma mau mengobatimu tanpa ada embel-embel apapun, asal kamu tahu, aku juga nggak kepengen masuk jadi female lead untuk male lead keji sepertimu, Mas Gala Tersayang. Terima saja perbuatan baikku ini, dan tutup mulutmu rapat-rapat......"
Penuh ketegasan Serena memerintah Gala, memaksa pria dengan tubuh tegap dan tinggi tersebut untuk terdiam, dan Gala pun benar-benar menurutinya. Satu persatu Serena mengobati setiap luka yang ada di wajah Gala dengan telaten seakan setiap obat yang dipegangnya sudah sangat akrab, jujur saja kecekatan Serena ini membuat Gala terkesima. Sekuat tenaga Gala berusaha untuk tidak memperhatikan Serena, namun nyatanya mata Gala tidak bisa teralihkan dari sosok cantik yang ada di hadapannya. Berwajah kecil, berhidung mancung dengan ujung runcing, matanya yang coklat terang dengan alis yang membingkai dengan proporsi yang pas, tidak lebat maupun tipis, dan yang paling membuat Gala tidak bisa berpaling adalah bibir kecil namun penuh berbentuk cupid yang terlihat merah merona tanpa polesan.
Tidak tahukah Serena jika banyak gadis merelakan jutaan rupiah untuk mendapatkan segala hal yang ada dirinya? Dan yang membuat Gala kini gelisah adalah Gala masih teringat dengan jelas bagaimana manis dan menggodanya bibir mungil tersebut. Basah, manis, dan wangi cherry mint segar. Percayalah, Gala bukan seornag yang mesum, tidak pernah otak Gala berpikir sekotor ini apalagi terhadap seornag yang tertutup rapat dan sama sekali tidak menggodanya seperti Serena sekarang. Gadis kecil itu benar-benar sekedar mengobati Gala tanpa ada gerak merayu sedikitpun dan itu membuat Gala merasa dirinya begitu brengsek.
Jiwa laki-lakinya memberontak, tergoda dengan sosok indah yang ada di hadapannya. Gala sangat penasaran dengan apa yang tersembunyi dibalik kimono putih gadis cantik yang ada di hadapannya. 24 tahun. Muda, pintar, tangguh, segala hal yang ada diri Serena sebenarnya sangat disukai Gala, sayangnya pekerjaan Serena yang suka mengulik privasi orang membuat Gala sangat sebal. Tapi kali ini rasa sebal itu menghilang berganti ketertarikannya yang sangat besar.
"Done......" suara riang Serena saat perempuan tersebut menegakkan tubuhnya membuat Gala tersentak, Gala baru menyadari jika dirinya sudah terlampau jauh terbawa godaan atas sosok yang kini menatapnya penuh tanda tanya.
Mata mereka bertemu, dan desiran tidak biasa yang terasa asing tersebut menjalar di dalam diri Gala berawal dari mata turun ke jantungnya yang peralahan namun pasti berdetak lebih cepat dari seharusnya. Tidak, perasaan ini asing, namun juga terasa familiar yang terasa menyenangkan. rasa pening dan benci yang sebelumnya menguasai seketika menguap membuat Gala kehilangan kewarasannya.
Otaknya bekerja begitu lambat dibandingkan tangannya yang bergerak untuk membawa tubuh indah tersebut ke dalam rengkuhannya, Gala ingin kembali mencecap manisnya bibir cupid tersebut melampiaskan rasa penasarannya, Gala juga ingin menenggelamkan wajahnya di tulang selangka yang nampak menggoda. Rasa panas itu menguasai Gala saat akhirnya Gala bisa meraih pinggul indah yang terasa pas di tangannya saat sebuah tamparan keras mendarat di pipinya menyadarkan Gala jika dirinya sudah melewati ambang batas pengendalian dirinya.
"Sorry ya Mas Galaku Tersayang kalau kamu tergoda. Calon istrimu yang cantik jelita ini anti unboxing sebelum halal! Jadi cepatlah sadar, khilaf kok terus-terusan."
Senyuman centil itu tersungging di bibir cupid menggoda Serena saat akhirnya perempuan tersebut beranjak pergi dengan cepat meninggalkan kamar dengan Gala yang terkekeh geli menertawakan dirinya sendiri.
"Astaga, Gal! Bisa-bisanya kamu tergoda dengan bocah ingusan sepertinya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Diantara Dosa
RomanceTerlahir dari dosa perselingkuhan orangtuanya, semua orang mengatakan Serena tidak berhak bahagia, dan yah, Serena tumbuh dengan segala hinaan serta celaan. Setiap kali mendengar hal tersebut Serena hanya bisa tersenyum kecil, menganggap kelucuan te...