Happy reading semuanya
❤️❤️❤️❤️❤️
"Kalau gue jadi lo, gue masuk lewat balkon, Bang! Tapi Ingat, nikah dulu baru bikinin gue ponakan, jangan dibolak-balik."
Usulan gila tersebut sama sekali tidak diacuhkan oleh Gala, memang benar Gala bisa masuk melalui balkonnya namun Gala baru menyadari jika bersama dengan bokem titisan kue Monde tersebut membuat kewarasannya menipis. Itu sebabnya untuk menyelamatkan dirinya sendiri, Gala memilih untuk turun.
Gala berpikiran untuk mengisi perutku yang baru disadarinya ternyata begitu lapar, paling juga Serena sebentar lagi akan turun saat tidak mendengar lagi perlawanan dari Gala, kira-kira itulah yang Gala pikirkan. Dengan langkah malasnya Gala turun, tapi rupanya yang lapar bukan hanya dirinya karena dilihatnya Papanya tengah diladeni Mamanya untuk makan, tampak setumpuk tulang disisi lainnya Sang Ayah pertanda jika Heru Mangkualam sudah dari tadi menikmati makanan yang tersaji.
Yah, Gala paham kenapa Ayahnya begitu berselera saat makan, wangi dari dua panci yang dibiarkan hangat diatas meja makan besar tersebut sudah cukup menjawab pertanyaan Gala. Aroma wangi tongseng yang sangat lekoh dengan kecap manisnya bersanding dengan tengkleng yang tampak menggoda dengan tulang-tulangannya.
"Ngapain kamu berdiri disitu, Gal! Sini, keburu di habisin Papamu kalau kamu bengong disitu." Terlalu takjub dengan nafsu makan Ayahnya membuat Gala justru terdiam ditempatnya berdiri. "Buruan makan, biar nanti Mama obatin tuh muka bonyokmu. Papa kebisaan banget, kadang anak itu nggak perlu dihajar, Pa. Cukup dikasih tahu."
"Kesalahannya terlalu fatal buat cuma ditegur, Ma! Masih untung itu nyawa buatan Tuhan, kalau pabrikan Cikarang Papa yakin itu nyawa udah lepas!"
"Nggak perlu diobatin, Ma. Udah diobatin sama Si Bokem!" Jawab Gala acuh seolah apa yang dikatakan Ayahnya dengan bahasa yang nyelekit barusan, karena alih-alih mengambil hati Gala lebih memilih mengomentari gaya makan Papanya, sama sekali tidak mencerminkan wajahnya yang tampan meskipun sudah tua. "Pa, busyeeeet, inget kolesterol, Pa. Itu nggak sekalian kualinya dimakan, tanggung bener!" Ejek Gala sembari menyorongkan panci yang nyaris kosong tersebut ke arah Heru. Saraswati yang sudah terlalu hafal dengan polah suami dan dua anak laki-lakinya tersebut sama sekali tidak ambil pusing, berbeda dengan anak perempuan yang mudah terbawa perasaan, anak-anak laki-lakinya akan saling ejek dengan Sang Papa bahkan saling pukul namun didetik selanjutnya mereka akan akrab kembali seolah tidak pernah terjadi apapun.
"Pancinya khusus buat kamu, Gal. Nggak Papa makan, khusus nyisain buat kamu. Biar kamu bisa kais-kais sisa masakan pacarmu, kamu pasti sudah biasa kan makan masakannya. Jadi kali ini ngalah lah sama Papa."
Gala mendengus kasar. Sudah biasa Papanya bilang, ciiih, bahkan Gala sama sekali tidak tahu modelan Bokem macam Biskuit Monde tersebut ternyata bisa memasak, bukan asal-asalan masakannya pun tampak menggoda dan otentik. Meskipun Gala tidak menyukai Serena tapi harus Gala akui jika perempuan tersebut membuatnya ternganga dengan kemampuannya memasak.
"Udahlah, jangan di dengerin Papamu. Kayak nggak tahu Papamu saja. Sini Mama ambilin nasi." Sudah menjadi kebiasaan bagi Saraswati untuk memberikan anak-anaknya makan porsi kuli, terlebih untuk Gala karena segala makanan yang mampir ke perutnya seperti cuma numpang lewat di perutnya yang rata. "Tapi beneran deh Gal, Serena dia benar-benar pintar masak. Makmur sejahtera kamu kalau sama dia, Mama nggak khawatir soal perutmu."
Kalimat yang diucapkan oleh Ibunya sama persis seperti yang diucapkan Raga dan itu hanya ditanggapi Gala dengan senyuman masam. Diraihnya sendoknya dan mulai menyuapkan makanan, Gala tahu makanan yang disantapnya enak, tapi saat lidahnya menerima suapan pertama nasi bercampur dengan kuah tengkleng kambing yang hanya tunggal sisa-sisa tersebut, Gala dibuat terperangah dengan rasa lezat yang menyapa lidahnya.
Rasanya, benar-benar enak. Semua bumbunya berpadu menjadi satu, nikmat, lezat, aroma rempahnya begitu terasa tidak berlebihan bercampur dengan tulangan yang kambing yang sama sekali tidak amis. Gala terlalu terkejut dengan rasa nikmat yang dia rasakan hingga tidak bisa berkata-kata. Tanpa Gala sadari senyumannya mengembang saat Gala juga meraih tongseng kambing yang menjadi favoritnya.
Dalam sekejap sepiring nasi itu tandas, bertambah dengan nasi lainnya dan juga sendokan tongseng dengan potongan kubis dan tomat yang berlimpah. Astaga, Gala benar-benar nyaris menangis saking enaknya. Tentu saja melihat nafsu makan Gala yang meledak tersebut membuat Saraswati tersenyum, anaknya memang pemakan segala, tapi makan sambil senyum-senyum sendiri seperti ini sangat bukan Gala sekali.
Awalnya Saraswati pun tidak sepenuhnya setuju dengan Serena, apalagi awal Serena bersama Gala dengan cara yang salah. Tapi saat melihat putranya tersebut tampak begitu manusiawi, dan mendapati Serena mampu mengurus dan mengendalikan Gala, Saraswati merasa Serena tidak terlalu buruk untuk putranya.
"Serena kemana, Gal? Kok nggak kamu ajak turun! Kamu bilang tadi dia yang ngobatin kamu."
Tepat saat Gala selesai menghabiskan piring nasi keduanya Saraswati menanyakan perihal Serena, gadis cantik yang ternyata menyimpan masalah besar dibalik sikap centilnya tersebut sukses merebut simpati Saraswati.
"Iya, dimana selingkuhanmu itu! Papa penasaran, kek apa sih orangnya sampai-sampai Mamamu yang pilih-pilih orang ini bisa nerima."
Gala mengangkat bahunya acuh. Ingin mengatakan jika dirinya dikunci oleh Serena, tapi Gala tengsin sendiri. Mau sembarangan jawab tapi Gala tidak ingin membuat orangtuanya curiga jika semua hal yang terjadi diantara mereka berdua hanyalah sebuah skenario yang dirancang Gala untuk melepaskan Rinjani dari pertunangan yang tidak diinginkan sahabat dari kecilnya tersebut. "Ngambek dianya Ma sama Gala, dan Pa, tolong jangan menyebut Serena seperti itu, Pa. Jika ada yang salah, itu Gala. Bukan Serena!"
Meskipun Gala tidak menyukai Serena, tapi Gala merasa dia bertanggungjawab karena sudah membawa Serena ke dalam kehidupannya sampai sejauh ini. Sulit untuk dijelaskan oleh Gala namun Gala sangat tidak suka saat mendengar orang lain menyebut Serena dengan sebutan selingkuhannya.
"Ckckckc, sadar kamu kalau salah! Ya memang salah kamu ini, Gal. Kalau kamu suka sama perempuan lain, selesaikan dulu hubunganmu sama Rinjani. Bukan malah mungut perempuan lain, potong telinga Papa, tapi kamu harus tahu jika tidak ada perempuan baik-baik yang mau dijadikan yang kedua. Dan sebaik apapun orangnya, seenak apapun masakannya, nyatanya perempuan yang sekarang ada dikamarmu itu masuk ke dalam kehidupanku dengan cara yang salah. Dia perusak, dan Papa yakin, setelah perselingkuhanmu terbongkar, cintamu ke dia nggak akan menggebu-gebu lagi, rasanya akan hambar, dan kamu akan sadar kalau perempuan itu bukan orang yang kamu cintai dan inginkan. Kamu hanya menyukainya sebagai hiburanmu bukan seorang yang kamu pilih untuk mendampingimu."
Gala terdiam, bukan karena membenarkan apa yang Ayahnya katakan, tapi karena apa yang terjadi tidak secuilpun sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Setiap kalimat pedas dan menyakitkan yang Ayahnya ucapkan menyadarkan Gala betapa besar kerusakan yang sudah dia perbuat di dalam hidup Serena. Sebelumnya Gala tidak peduli jika hidup Serena hancur karena menurut Gala itu harga yang pantas Serena bayar karena sudah mengusik Rinjani, tapi kini rasa bersalah itu menyergapnya.
"Saran Papa, bersenang-senanglah sepuas hatimu dengan wanita itu dan tinggalkan setelahnya Gal. Papa akan mencarikan istri yang pantas dan sederajat untukmu. Bukan wanita asal mau sepertinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Diantara Dosa
RomanceTerlahir dari dosa perselingkuhan orangtuanya, semua orang mengatakan Serena tidak berhak bahagia, dan yah, Serena tumbuh dengan segala hinaan serta celaan. Setiap kali mendengar hal tersebut Serena hanya bisa tersenyum kecil, menganggap kelucuan te...