Satu.

14K 611 39
                                    

"Reen, jangan lupa kirim uang buat Bibi. Lebihin buat bulan ini, jangan pelit-pelit kamu sama Bibik. Kalau bukan karena Bibik, udah mati kamu dimakan anjing komplek."

Telepon yang sama disetiap tanggal yang sama dengan isi pembicaraan yang sama, bahkan detil kalimatnya pun sama. Sungguh Rena bosan mendengarnya, namun sebagai satu-satunya orangtua yang Rena miliki, Rena sama sekali tidak bisa menolak permintaan dari Sang Bibi. Apalagi kenyataan jika di usianya yang hampir 50 tahun Bibinya masih betah melajang itu karena dirinya membuat Rena semakin terbebani.

"Iya, iya Bi. Rena usahakan, tapi mbok ya jangan boros-boros dong, Bi. Kurangin kegiatan sosial Bibi, Rena sampai pusing setiap kali denger Bibi ditipu sama Bandar arisan."

Sebagai orang tua yang tidak punya siapapun disisinya, Bibinya adalah sasaran empuk bagi para penipu, tapi sayang Bibinya itu manusia keras kepala, khas keluarga Prabumi. Jengah dengan setiap laporan bibinya usai tertipu, Rena berusaha memperingatkan Bibinya, sayangnya seperti yang bisa Rena tebak, Bibinya akan mencak-mencak.

"Dahlah, diem kamu. Nggak usah ngatur-ngatur Bibi. Kerja yang bener, cari duit yang banyak buat Bibi, inget, di dunia ini kamu punya Bibi, jadi balas budi Bibi selama Bibi hidup, bisa jadi Bibimu ini mati ngenes kayak Ibumu atau minggat kayak Bapakmu yang sedeng itu."

"Bi.........."

"Apa, mau jawab apa? Kalau nggak mau dimintain duit mending sana pergi ke keluarga Ibumu dan minta buat beliin Bibi kos-kosan 100 pintu, itu harga yang pas buat gedein cucu mereka yang bahkan nggak mereka tahu kehadirannya."

Telepon itu ditutup sepihak oleh Bibi Intan, adik dari Ayah kandung Serena tersebut bahkan tidak mau bersusah payah untuk mendengar jawaban dari Rena. Aaahhh, lelah, itulah yang dirasakan Rena, rasanya sekeras apapun Rena berusaha untuk menjadi manusia baru, tetap saja bayang-bayang masalalu itu singgah kembali menjadi status di hidupnya, terlalu muak hingga Rena tidak sadar jika dia menggenggam pensil terlalu kuat hingga akhirnya pensil itu patah menjadi dua.

Suara patahan pelan itu terdengar nyaring di ruang kerjanya, sontak saja beberapa orang melongok penasaran ke arah Rena. Satu dari mereka yang bernama Samuel mendekat, dan melihat Rena dengan pandangan bertanya sarat akan ketidaksukaan.

"Bibimu lagi?" Tanyanya yang hanya di anggap angin lalu oleh Rena, bahkan perempuan dengan wajah kecil dan hidungnya yang tinggi tersebut sama sekali tidak bersusah payah untuk melihat ke arah seniornya ini. "Minta duit?" Tanyanya kembali, dan lagi-lagi itu sama sekali tidak ditanggapi oleh Rena hingga membuat Sam mendengus sebal, pria blasteran Amerika-Sunda ini sudah sangat paham bagaiman menyebalkannya Rena jika wanita tengil itu tengah emosi, dia akan diam tidak peduli dengan keadaan sekitar, tapi Sam yang sangat tahu masalah apa yang tengah menimpa juniornya dari jaman kuliah sampai ditariknya untuk bekerja di tempat yang sama ini, benar-benar tidak suka kediaman Rena.

Jika orang lainnya pasti akan langsung ngacir saat dicueki seperti ini, maka Samuel berbeda, dia tetap berdiri ditempatnya meski tidak diperhatikan karena Samuel tahu bukan hanya kalimat penghiburan yang dibutuhkan oleh Rena, namun sesuatu untuk menyelesaikan masalahnya. Dan Samuel memilikinya, perlu beberapa detik untuk Samuel membuka ponselnya dan mengetikan sesuatu sampai akhirnya dia kembali bersuara sembari berlalu.

"Up skandal Rinjani Prabumi yang berselingkuh dari tunangannya, itu akan cukup untuk membungkam mulut Bibimu yang tahunya cuma duit doang."

Cinta Diantara DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang