Shania dan Zira memutuskan untuk mengelilingi pesantren, melihat-lihat para santri yang sedang belajar. Mereka yang menuntut ilmu agama sebagai bekal untuk akhiratnya nanti."Aku kaget loh Shan, waktu kamu bilang, kamu non-muslim." Shania tersenyum.
"Ada aja cara Allah mempertemukan kita. Ini bukan kebetulan loh. Semua ini skenario dari Allah. Dan skenario Allah itu selalu yang terbaik."
"Aku beruntung banget bisa bertemu kamu, Umma, dan Gus Rasya. Dan aku disambut dengan baik di sini."
"Katanya aku mau dikenalin sama Ning Aisha. Ning Aisha itu siapa?" tanya Shania.
"Ning Aisha itu pengajar baru di pesantren Al-Akbar. Dia akan mengabdi di sini dengan mengajar santri-santri di sini. Dia itu baik banget. Akhlaknya bagus. Pembawaannya lembut. Pasti kamu akan senang ketemu Ning Aisha."
"Bukan cuma akhlaknya aja yang cantik tapi wajahnya juga cantik. Kalau kita pandang dia, kita gak akan terasa bosan. Adem benget." Zira terkekeh.
Zira menghentikan langkahnya saat melihat Aisha keluar dari mushalla. Setelah mengajar tadi, Aisha ke mushalla untuk shalat dhuha di sana.
Zira melambaikan tangan kanannya. "Ning Aisha." Aisha membalas dengan senyuman manisnya.
"Itu Ning Aisha Shan. Kita ke sana, ayo." Zira dan Shania segera menghampiri Aisha.
"Ning."
"Zira."
"Kenalin Ning, ini namanya Shania." Shania mengulurkan tangannya.
"Shania."
Aisha bersalaman dengan Shania. "Saya Aisha."
"Ning, lagi ada waktu luang gak?" Zira bertanya.
"Ada. Tadi saya habis ngajar, setelah itu barusan shalat dhuha. Dan sekarang lagi gak ada kegiatan lain."
"Kita ngobrol-ngobrol sebentar, boleh?"
"Boleh."
"Di mushalla aja ya."
"Iya, boleh." Mereka bertiga pun masuk ke mushalla. Mereka duduk di lantai, menikmati sejuknya suasana mushalla.
"Jadi, Shania ini mau belajar lebih dalam tentang Islam, Ning." Ucapan Zira membuat Aisha sedikit kaget. Tetapi Aisha tau ke mana maksud perkataan Zira tersebut.
"Shan, kamu udah lama tertarik dengan Islam? Dan ingin mempelajarinya lebih dalam?" tanya Aisha. Ia sudah mengerti maksud Zira tadi. Sehingga ia melemparkan pertanyaan seperti itu kepada Shania.
"Udah lumayan lama Ning. Jadi, saat SMA aku sering dengerin azan maghrib. Rasanya itu adem banget. Masuk banget ke hati. Aku lihatin orang-orang yang pergi ke mesjid melewati rumahku dan aku saat itu merasa tertarik banget dengan Islam. Aku merasa ketenangan saat mendengar suara azan dan bacaan Al-Qur'an."
Aisha tersenyum manis mendengar jawaban Shania. Ia tau betul bagaimana suasana hati Shania. Gambaran keindahan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dan tak bisa diterjemahkan dengan rasa.
"Islam mengajarkan kita tentang bagaimana cara bersyukur saat nikmat Allah itu diberikan dengan luar biasanya kepada kita. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (Q.S. Ibrahim : 7)"
"Kamu patut bersyukur dengan apa yang kamu rasakan saat ini. Allah sayang sama kamu. Makanya Allah memberikan hadiah berupa hidayah di dalam hidup kamu." Aisha kembali menambahkan.
"Makasih Ning Aisha atas nasehatnya."
"Besok akan ada bazar buku islami di dekat kampus aku. Kita ke sana bareng mau? Aku mau Zira sama Ning Aisha pilihkan aku buku islami yang bisa menambah pengetahuanku tentang Islam," ucap Shania lagi.
"Boleh." Zira menyetujui ajakan Shania.
"Kalau Ning Aisha, gimana?"
"InsyaAllah, bisa."
"Kalau gitu, besok kita pergi bareng." Shania sangat senang ajakannya diiyakan oleh Zira dan Aisha.
"Shan, jangan lupa besok kalau ada jajanan di situ, traktirin aku ya. Biasa, ke mana aja pergi, makan yang utama." Zira memang suka makan, sama seperti Rasya. Ke mana saja dia pergi, asal sudah keluar dari area pesantren, pasti ia akan cari jajanan yang mengenyangkan.
"Urusan makan aja Zira gak pernah lupa." Mereka bertiga pun tertawa bersama.
• • •
Shania tiba di pesantren dengan mengendarai mobil pribadi miliknya. Ia menjemput Zira dan Aisha untuk pergi ke bazar buku islami. "Kita berangkat sekarang ya." Shania mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.
Aisha menikmati pemandangan di kanan pandangannya. Gedung-gedung menjulang tinggi kini mulai tampak karena mulai memasuki kawasan perkotaan. Zira juga larut dalam kiri pandangannya, melihat kendaraan saling merebut jalan untuk sampai ke tempat tujuan.
"Ra, gimana kabar Gus Rasya? Apakah penyakitnya sering kambuh lagi?" tanya Shania.
"Alhamdulillah, Mas dalam keadaan baik. Mas juga masih sering check up ke dokter. Jadi, semenjak kejadian hari itu sampai sekarang gak pernah kambuh lagi."
"Gus Rasya suka baca buku?"
"Suka. Suka banget malahan. Dia itu termasuk pengoleksi buku. Berbagai genre buku, Mas koleksi. Dia suka baca semua jenis buku."
"Kalau gitu nanti aku mau beliin Gus Rasya buku. Aku mau hadiahin buat dia."
Tidak lama di dalam perjalanan, akhirnya mereka sampai. Sudah sangat ramai orang di situ. Bazar diadakan di halaman sebuah gedung mewah yang ada di kota.
Aisha, Zira, dan Shania terbuai dengan banyaknya buku di situ. Shania meminta Aisha untuk memilihkan buku buat ia. Aisha memilihkan buku-buku yang memang diperlukan Shania dalam mempelajari agama Islam.
"Ning Aisha, boleh pilihin satu buku buat aku hadiahin untuk Gus Rasya." Pinta Shania kepada Aisha.
Aisha merasa sedikit cemburu dengan Shania. Entah perasaan datang dari mana, tiba-tiba terlintas cemburu di hati kecil Aisha. Tetapi ia tetap memilihkan satu buku buat Rasya. Ia tetap menghargai Shania sebagai temannya.
"Ini kayaknya bagus. Cocok buat Gus Rasya." Aisha mengambil sebuah buku dan memberikan kepada Shania.
"Maaf Tuhan, Aku Hampir Menyerah." Shania membacakan judul buku tersebut.
"Buku ini salah satu buku bestseller. Buku ini bisa membantu orang-orang yang sedang terpuruk dengan ujian dan cobaan di dalam kehidupan. Dan kembali untuk bisa bangkit dalam menjalani hari-harinya lagi."
"Kayaknya cocok buat Mas Rasya. Buat dijadiin referensinya dalam menjalani kehidupan," celetuk Zira.
"Ya udah ini aja, nanti aku hadiahin buat Gus Rasya." Entah kenapa hati Aisha lagi-lagi terlintas rasa cemburu.
• • •
Tunggu kelanjutannya ya.
Jangan lupa difollow, vote, dan komennya.
Follow juga Ig : tulisanzia
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cinta Yang Tak Direstui Semesta [ TELAH TERBIT ]
General FictionGus Rasya menikahi Ning Aisha atas dasar keterpaksaan. Jika bukan karena orang tuanya mungkin ia tidak mau menikah dengan Ning Aisha. Cinta Gus Rasya hanya tertuju pada sesosok perempuan bernama Shania. Bertemu di ketidaksengajaan membuat mereka sal...