TIGA PULUH SEMBILAN

4.9K 219 12
                                    

Hari ini sepesial double up. Biar kalian senang. Hehe...

• • •

10 hari kemudian...

Waktu menunjukkan pukul 03.17 pagi. Rasya sedang mengimami shalat. Ia shalat tahajud bersama Aisha. Selepas pertengkaran hebat hari itu dan Kiyai Fadil yang masih belum pulih. Keadaan kembali berjalan normal. Sikap Rasya kepada Aisha sudah mulai kembali membaik. Aisha kembali melayani suaminya dengan baik. Walaupun Rasya kadang-kadang juga masih menyebut nama Shania di keseharian mereka.

Selesai shalat, Rasya membacakan do'a yang diaminkan oleh Aisha. Lalu Rasya membalikkan badannya ke belakang. Aisha memberikan tangannya, Rasya pun mengulurkan tangannya, lalu Aisha menyalami dan mencium punggung tangan suaminya itu.

Tetiba kemudian, Aisha kelihatan mual-mual. Ia langsung berlari ke kamar mandi. Ia merasa cukup mual. Rasya yang merasa khawatir dengan kondisi Aisha mengikutinya. Melihat Aisha yang mual-mual dan sedikit muntah, Rasya pun mengelus-elus punggungnya Aisha.

Setelah selesai dari kamar mandi. Mereka kembali ke kamarnya. Rasya menyuruh Aisha tiduran dulu di atas kasur. Ia takut terjadi sesuatu kepada Aisha. "Tiduran dulu ya Ai. Saya takut kalau kamu sakit." Sikap Rasya kali ini cukup manis.

"Saya gak kenapa-kenapa Gus. Mungkin cuma masuk angin," balas Aisha.

"Tapi wajah kamu kelihatan sedikit pucat."

Aisha menampilkan wajah sendu. Ia terlihat sedikit lemas. "Kepala saya terasa agak sedikit pusing, Gus. Saya minta tolong diambilkan minyak kayu putih Gus." Rasya mengambil minyak kayu putih yang ada di dalam laci meja.

"Biar saya yang bantuin oleskan. Kamu buka dulu hijabnya. Biar gak gerah dan pusingnya bisa reda."

Aisha menuruti perkataan suaminya itu. Ia membuka hijabnya. Lalu Rasya mengoles minyak kayu putih di sisi kiri dan kanan kening Aisha dan juga di bagian lehernya. Dan Aisha menghirup sedikit minyak kayu putih tersebut.

"Gimana?"

"Agak mendingan Gus."

"Mungkin ini akibat rujak kemarin yang pedas." Lanjut Aisha. Aisha cukup alergi dengan pedas. Ia tidak bisa makan makanan yang pedas dalam porsi banyak. Tetapi entah kenapa kemarin Aisha sangat ingin rujak yang pedas. Rasya pun membelikannya.

"Padahal saya sudah larang kamu makan yang pedas. Kamu sih ngeyel. Kepingin banget katanya." Aisha hanya tersenyum manis mendengar ucapan Rasya. Ia merasa cerewetnya Rasya kepadanya itu adalah tanda perhatian. Dan selama ini Rasya tidak pernah semanis ini sikapnya terhadap Aisha.

"Gus kalau saya hamil gimana?" tanya Aisha. Rasya sedikit terkejut mendengar pertanyaan Aisha.

Rasya tersenyum simpul. Memegang pipi Aisha. "Aamiin. Semoga ya," jawab Rasya.

Sikap Rasya membuat Aisha senang. Jawabannya menandakan bahwa Rasya ingin segera memiliki momongan darinya. Dan itu juga tandanya benih-benih cinta itu sudah mulai muncul ke permukaan.

Dan Aisha juga berharap Rasya bisa berdamai terus dengan masa lalunya dan mencintainya selayak seorang suami kepada istrinya.

"Ai, kamu istirahat aja dulu. Nanti saya minta tolong Nisa untuk nyiapin sarapan buat kita. Kamu gak boleh capek dulu. Saya sangat mengkhawatirkan kondisi kamu. Walaupun kata kamu cuma masuk angin atau karena salah makan. Saya tetap khawatir sama kamu. Saya mau kamu untuk selalu menemani hari-hari saya."

"Saya minta maaf ya selama ini selalu buat kamu kecewa karena saya belum bisa berdamai dengan masa lalu saya. Saya janji akan ngelupain itu. Dan akan berusaha untuk jatuh cinta seutuhnya sama kamu." Lanjut Rasya. Aisha tersenyum manis.

Kisah Cinta Yang Tak Direstui Semesta [ TELAH TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang