TIGA PULUH ENAM

4.3K 200 12
                                    


Rasya sedang menikmati secangkir kopi di kantin pesantren, setelah tadi mengecek CCTV. Dan benar saja semua permasalahan semalam atas kebakarannya pesantren diakibatkan oleh lelaki berjas hitam dan kedua bodyguard nya yang saat itu menawarkan tanah pesantren untuk dijadikan perusahaan judi.

Rasya tak habis pikir kenapa mereka terus meneror dan terkesan memaksa untuk mendapatkan tanah pesantren. Padahal pesantren tempatnya menuntut ilmu bukan malahan dijadikan sebagai tempat bermain judi. Pengalihan fungsi tersebut justru membuat Kiyai Fadil dan Rasya tidak segan menolak. Walaupun perihal uang yang mereka berikan cukup menjanjikan.

Shania keluar dari kamar pesantren. Ia merasa sedikit bosan karena Nisa dan Farah sedang belajar di kelas. Ia pun memutuskan untuk keluar dari kamar. Perutnya merasa lapar dan memutuskan untuk ke kantin, sekedar mencari roti untuk mengganjal perutnya.

Sampai di kantin, ia melihat Rasya yang sedang menikmati secangkir kopi dan sedikit bersenda gurau dengan ibu kantin. Rasya tertawa mendengar celotehan ibu itu, yang terkenal karakteristiknya oleh santri-santri sebagai ibu kantin yang sedikit cerewet.

Shania yang melihat Rasya tersenyum, sesekali tertawa itu, membuat hatinya begitu bahagia. Senyuman Rasya baginya suatu hal yang sudah jarang ia lihat. Namun, apapun itu ia kini sudah ikhlas sepenuhnya. Dan berharap Aisha menjadi rumah terbaik bagi Rasya.

Rasya tatkala menoleh ke belakang, ketika ibu kantin memberi kode bahwa ada seseorang yang memperhatikannya.

Shania yang ditatap oleh Rasya pun langsung menundukkan pandangannya. Ia tak ingin kedua mata mereka saling bertemu.

"Shan, sini duduk," ucap Rasya.

Shania ingin sekali menolaknya, mulutnya ingin berkata tidak. Namun, hatinya tak bisa dipungkiri ingin berkata iya.

Shania pun menghampiri Rasya. Mereka berdua menikmati suasana kantin yang masih sepi karena para santri masih dalam jam belajar.

Rasya memesan minuman untuk Shania. Shania merasa tidak seharusnya ia mengiyakan ajakan Rasya. Tetapi hatinya menginginkan momen saat mereka saling canda tawa seperti dulu kembali terulang.

Dari arah depan kantin tidak sengaja Aisha melihat Rasya yang sedang duduk bersama Shania. Mereka saling bercakap, sesekali ibu kantin pun ikut nimbrung di dalam percakapan mereka sehingga membuat keduanya tertawa lepas.

Benar-benar Aisha merasa cemburu, walaupun apa yang ia lihat hanya sebatas obrolan semata. Tetapi hatinya tetap merasa cemburu. Kedekatan Rasya dan Shania membuat Aisha tak tahan untuk terus memperhatikan mereka berdua.

Aisha pun sedikit menunduk dan ingin melanjutkan kembali berjalan. Tetapi tetiba Umma Alma menghentikan pergerakannya dari arah depan.

Aisha pun mendongak melihat ke arah Umma Alma. Mata Aisha sedikit berkaca-kaca. Dan Umma begitu paham dengan perasaan yang dirasakan Aisha.

"Biar Umma yang bicara nanti sama Shania," kata Umma yang dianggukkan oleh Aisha.

"Kamu Ai lebih berhak bercanda tawa bersama Gus Rasya dibandingkan Shania." Lanjut Umma Alma. Aisha sedikit memaksakan senyum tipisnya.

• • •

Umma Alma mendatangi kamar yang Shania tempati di dalam asrama santriwati. Ia ingin menyampaikan sesuatu perihal hubungannya dengan Rasya.

Shania tidak boleh terus dekat dengan Rasya karena itu bisa membuat hubungan Aisha dan Rasya bisa renggang. Hubungan rumah tangga yang dibangun oleh keduanya masih sangat dini.

Umma Alma akan meminta Shania untuk lebih menjaga jarak dengan Rasya. Umma Alma tidak tahu kalau Shania akan tinggal sementara di pesantren karena masalah yang sedang dialaminya. Ketika Umma Alma pulang dari rumah sakit, Shania sudah beberapa hari tinggal di pesantren.

Umma Alma juga tidak tega dengan Shania. Ia juga bisa memahami masalah yang sedang meregang dengan Papanya. Sehingga mau tidak mau Umma Alma mengizinkan Shania untuk tinggal di pesantren sementara waktu.

Namun, karena melihat Rasya yang kembali dekat dengan Shania sehingga membuat Aisha cemburu. Umma Alma harus mengambil sikap lebih tegas dalam perkara ini.

Sampai di kamar yang Shania tempati. Umma Alma dipersilakan masuk oleh Nisa. "Ayo Umma masuk dulu."

"Iya makasih Nisa."

"Ada hal yang bisa kami bantu?" tanya Nisa yang mana di sebelahnya ada Shania dan juga Farah.

"Umma mau ngobrol sebentar dengan Shania. Bisa kalian berdua sementara meninggalkan Umma sama Shania di sini," ujar Umma Alma.

Nisa dan Farah mengangguk. Mereka berdua keluar sementara dari kamar itu untuk membiarkan Umma Alma lebih leluasa ngobrol bersama Shania.

Shania segera mencium tangan Umma Alma sebagai tanda hormatnya. "Gimana kabarnya Umma?" tanya Shania.

"Alhamdulillah baik, Shan. Kamu gimana keadaannya?"

"Baik juga Umma."

"Duduk dulu Umma." Shania mempersilakan Umma Alma untuk duduk di atas kasurnya. Shania ikut duduk di samping Umma Alma.

"Shan. Umma udah dengar semua cerita tentang kamu dari Ning Aisha."

Shania yang tadi sedikit menundukkan kepalanya. Kini kembali menoleh. "Kamu gak bisa tinggal di sini terus. Kamu harus selesaikan masalah kamu. Bukannya Umma mengusir kamu. Tapi kamu tau kan, jika kamu masih tinggal lebih lama di sini Gus Rasya bisa dekat lagi sama kamu. Gus Rasya makin susah buat ngelupain kamu."

"Ning Aisha itu butuh perhatiannya Gus Rasya. Dia istrinya. Makanya Umma harap kamu segera selesain masalah kamu. Dan kembali lagi ke rumah kamu."

"Kamu harus segera ambil keputusan, apa yang harus kamu lakukan. Kamu tidak bisa terus lari dari masalah. Dan jika kamu lebih lama lagi tinggal di pesantren. Kamu bisa membuat masalah baru."

"Maaf Shania, Umma harus nyampain ini ke kamu. Ini buat kebaikan kita bersama." Lanjut Umma Alma.

Shania memegang tangan Umma Alma. "Shania ngerti maksud Umma. Maksud Umma itu baik."

"Shania minta maaf Umma karena udah ngerepotin di sini."

"Shania akan nyelesain masalah Shania. Shania akan pulang besok." Lanjut Shania.

"Umma minta maaf sekali lagi. Ini semua Umma lakuin untuk kebaikan bersama." Shania tersenyum tipis menanggapi ucapan Umma. Ia harus segera mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalahnya. Dan tidak membuat masalah baru. Serta apapun nanti resikonya, ia harus berani menghadapinya tanpa melibatkan banyak orang dalam masalah yang sedang dihadapinya.

• • •

Ikuti terus kelanjutan ceritanya.

Jangan lupa difollow, vote, dan komennya.

Kisah Cinta Yang Tak Direstui Semesta [ TELAH TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang