DUA PULUH EMPAT

5.5K 176 8
                                    


Pagi ini, pagi di mana status Rasya dan Aisha sudah sah menjadi suami istri. Mereka sudah tidur sekamar, walaupun Rasya belum mau menyentuh Aisha. Aisha tidur di atas ranjang, sedangkan Rasya tidur di bawah beralaskan kasur kecil. Rasya melakukan itu karena ia belum mencintai Aisha sepenuhnya. Tetapi masih sebatas mengaguminya.

Aisha sedikit merasa sedih atas apa yang dilakukan oleh Rasya di malam pertama mereka sebagai suami istri. Tetapi itu konsekuensi yang harus ia ambil. Karena ia sebelumnya sudah mengetahui bahwa Rasya menikahinya atas dasar keterpaksaan dan Rasya hanya mengikuti kemauan orang tuanya saja. Hanya sebatas berbakti kepada orang tuanya saja.

Setelah sarapan tadi bersama Aisha, Umma Alma, Kiyai Fadil, dan Zira. Rasya kembali masuk ke kamarnya. Ia sudah bersiap-siap dengan memakai baju kaos dilapisi kemeja lengan panjang. Aisha dari tadi sudah bertanya kepada Rasya kemana ia akan pergi. Tetapi Rasya tidak mau memberitahukannya. Rasya hanya mengatakan bahwa ia ada urusan penting yang harus diselesaikan.

Aisha sebagai istri yang baik, hanya mempersiapkan keperluan Rasya saja dan tidak mau mencari tahu kemana sebenarnya suaminya akan pergi. Ia memegang perkataan Rasya tadi bahwa Rasya ada urusan penting.

"Aisha saya mau pergi dulu," ucap Rasya sembari membetulkan kemejanya.

Aisha reflek ingin merapikan rambut Rasya yang sedikit berantakan tetapi Rasya menolaknya. "Gapapa, saya bisa sendiri," ujar Rasya. Ia berdiri di depan cermin dan menyisir rambutnya hingga rapi.

Rasya membuka pintu kamarnya. "Gus, tunggu," ucap Aisha.

"Apalagi Aisha?" kata Rasya sembari menoleh ke arah Aisha.

"Saya mau salim dulu," ucap Aisha sambil mengulurkan tangannya ke hadapan Rasya.

Rasya memberikan tangannya. Aisha menyalami dan mencium tangan suaminya itu. "Ada lagi?" tanya Rasya. Ia bersikap begitu dingin kepada Aisha.

"Gus hati-hati," ucap Aisha.

"Iya." Rasya menjawab sembari memalingkan wajahnya dari Aisha. Sikapnya kepada Aisha menggambarkan bahwa benar ia belum mencintai Aisha sepenuhnya. Lalu Rasya segera keluar dari kamarnya.

• • •

Rasya telah tiba di kampus Gelar Bangsa. Ia ingin menemui Shania. Jika Aisha tau pasti Aisha akan merasa sedih. Di hari pertama pernikahan mereka. Rasya memperlakukan Aisha seperti tak menganggap keberadaan Aisha sebagai istrinya.

Rasya ke ruang kuliah. Ia mencari-cari keberadaan Shania. Karena banyaknya ruang kuliah ia kewalahan untuk menemukan Shania. Kebetulan sekali di salah satu ruang kuliah, ia bertemu Una. Dan Una memberitahukan bahwa Shania sedang berada di taman dekat kampus.

Rasya kemudian pergi untuk menemui Shania. Yang mana tempatnya bersebelahan dengan kampus. Rasya melihat Shania yang duduk sendirian di bangku taman di bawah sebuah pohon rindang yang ada di situ. Shania sedang asik membaca sebuah buku.

Wajah Rasya tampak mengembangkan senyumnya. Ia begitu senang jika sudah melihat Shania. Hatinya terasa berbunga-bunga. Sangat jauh berbeda ketika ia berada di dekat Aisha. Sikap dingin yang kini ia kedepankan. Padahal Aisha sekarang sudah sah menjadi istrinya.

Rasya menghampiri Shania. "Shan," ucap Rasya lembut.

Shania mendongak, betapa terkejutnya ia melihat Rasya sudah berada di depannya. "Gus Rasya."

Rasya tersenyum simpul. "Boleh saya duduk?" tanya Rasya.

"Boleh." Shania mempersilakan Rasya untuk duduk di sebelahnya.

"Ada keperluan apa Gus datang nemuin aku?" tanya Shania heran. Untuk apa Rasya menemui ia. Padahal ini hari pertama ia menjadi suami Aisha. Sebaiknya Rasya menghabiskan waktu bersama Aisha. Bukan bersama dengan ia.

Kisah Cinta Yang Tak Direstui Semesta [ TELAH TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang