EMPAT PULUH EMPAT

3.6K 171 8
                                    

Waktu menunjukkan pukul 15.00, Reynaldi telah sampai di depan gerbang pesantren Al-Akbar. Ia tidak memasukkan mobilnya ke pekarangan pesantren. Namun, ia memarkirkannya di luar pesantren.

Reynaldi keluar dari mobilnya. Ia berjalan memasuki pekarangan pesantren. Beberapa langkah ia berjalan. Dari arah yang tidak begitu jauh, Nisa dan Farah melihatnya.

Farah menghentikan langkahnya. "Kok berhenti sih Far?" tanya Nisa.

Farah menunjuk ke arah kiri mereka. "Itu kan Bapak-bapak yang waktu itu bikin rusuh di pesantren,"  ujar Farah.

"Mana?"

"Itu..."

"Benar Far."

"Apa aku labrak aja ya. Mungkin dia mau bikin keributan lagi di sini."

"Jangan suudzon Far. Mungkin dia mau minta maaf atau bersilaturahmi." Prasangka baik Nisa.

Ketika Reynaldi telah berpapasan dengan Nisa dan Farah. Reynaldi menghampiri mereka berdua. Ia ingin menanyakan keberadaan Rasya.

"Maaf Nak. Om mau nanya, Gus Rasya nya ada?" Nisa hanya menunduk, sedangkan Farah memasang muka bengis ke arahnya.

"Maaf Nak. Apa kalian tau di mana Gus Rasya?" Reynaldi mengulangi pertanyaannya sekali lagi. Sikap Reynaldi kini begitu lembut.

"Maaf Pak. Kenapa Bapak menanyakan Gus Rasya?" tanya Nisa lembut.

"Kalau mau bikin keributan lagi di sini, nih hadapin Farah anak ultraman." Nyolot Farah.

"Bukan Nak. Saya gak mau bikin keributan di sini. Saya ke sini mau minta tolong kepada Gus Rasya untuk menyelamatkan Shania yang sedang diculik."

"Shania diculik?" Kaget Nisa dan Farah.

"Iya Nak. Saya tidak tau harus minta tolong kepada siapa. Saya berharap Gus Rasya mau membantu keluarga saya."

"Kalau gitu Bapak langsung ke ndalem aja. Kalau jam segini, Gus Rasya ada di dalam biasanya," balas Nisa.

"Makasih ya Nak. Om ke sana dulu."

"Iya Pak." Reynaldi langsung berjalan ke arah ndalem.

"Semoga Shania baik-baik aja ya Far," ucap Nisa

"Iya Sa. Aku berharap juga begitu," ucap Farah.

• • •

Reynaldi sedang duduk bersama Rasya di ruang tamu. Aisha kembali membawakan minuman untuk mereka.

"Di minum dulu, Om," titah Aisha.

"Iya, makasih," jawab Reynaldi.

"Maaf Nak Rasya maksud kedatangan saya ke sini. Mau minta tolong sama Nak Rasya."

"Minta tolong apa ya Om?" tanya Rasya.

"Shania diculik sama Koh William," ujar Reynaldi.

"Beneran Shania diculik Om?" tanya Aisha yang duduk di sebelah Rasya.

"Iya benar. Dia disekap dan disandera oleh Koh William."

"Maaf Om. Bukan saya tidak mau bantu. Tetapi saya sudah berusaha melupakan Shania. Dan saya sudah merasa bahagia dengan istri saya sekarang. Saya gak mau menambah beban dan menggangu lagi hubungan rumah tangga kami."

Mendengar penuturan Rasya, Reynaldi hanya terdiam. Ia bisa memaklumi ucapan Rasya. Ia tidak bisa memaksa Rasya yang sudah bahagia dengan istrinya.

"Gus jangan bersikap seperti itu. Saya mengerti maksud Gus. Tapi ini perihal penting. Shania sudah menjadi keluarga dari pesantren Al-Akbar sekaligus dia teman kita. Maka kita harus membantunya," ujar Aisha.

"Tapi Ai."

"Bukankah Gus selalu bilang kalau kita harus membantu sesama. Orang-orang yang membutuhkan pertolongan kita. Apalagi ini menyangkut dengan Shania," jelas Aisha.

Rasya menarik napas pelan. "Baik Om. InsyaAllah saya akan membantu Om."

"Makasih Nak," kata Reynaldi. Rasya tersenyum tipis.

"Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Rasya.

"Untuk lokasinya, Koh William mengeshare kepada Om, melalui pesan whatsapp yang tertera di bawah foto Shania yang sedang disandera itu. Ini memudahkan kita menuju ke tempat Shania disandera."

"Om punya rencana begini..." Reynaldi pun bertukar pikiran, berdiskusi dengan Rasya bagaimana cara menyelamatkan Shania.

• • •

Rasya sedang melaksanakan shalat maghrib bersama Aisha di dalam kamar. Karena kondisi fisiknya yang belum fit, Rasya memutuskan untuk shalat di kamar saja, mengimami Aisha.

Shalat selesai dilaksanakan. Rasya berbalik arah ke belakang. Mengulurkan tangannya. Lalu Aisha menyalami dan mencium punggung tangan suaminya itu.

"Gimana dengan kondisi Gus sekarang?" tanya Aisha yang masih mengkhawatirkan kondisi suaminya itu.

"Alhamdulillah udah lumayan enakan," jawab Rasya.

"Aisha jangan khawatir ya. Pasti saya bisa nyelamatin Shania. Ini murni saya lakukan atas dasar kemanusiaan. Saya hanya ingin membantu sesama. Apalagi Shania sudah seperti keluarga kita sendiri."

Rasya menggenggam tangan Aisha. "Ai, percaya sama saya. Saya sekarang benar-benar sudah jatuh cinta sama kamu. Saya sudah mencintai kamu seutuhnya."

Aisha tersenyum tipis menanggapinya. Benar, Allah yang mampu membolak-balikan hati seseorang, atas kesabaran Aisha selama ini, hati Rasya sudah diberikan oleh Allah seutuhnya untuknya. Jika Allah sudah ikut campur di dalamnya, yang lain bisa apa?

Rasya menarik Aisha agar bisa ia dekap. Kini tubuh Aisha dalam dekapan Rasya. Rasya memeluk erat istrinya itu. "Hati-hati ya Gus. Saya tidak ingin Gus kenapa-kenapa."

"Iya sayang. Saya yakin Allah akan selalu bersama saya. Membersamai saya. Dan memberikan perlindungan kepada saya."

Aisha semakin mengeratkan pelukannya kepada Rasya. Tubuhnya hanyut dalam lautan dekapan hangat Rasya. "Saya cinta banget sama Gus."

"Sama. Saya juga cinta banget sama kamu, Ai."

• • •

"Ai. Saya berangkat ya," ucap Rasya.

"Iya Gus hati-hati. Ini perjalanan yang tidak mudah. Nyawa jadi taruhannya. Saya akan berdo'a terus atas keselamatan Gus dan Shania nantinya," ujar Aisha.

Rasya mengangguk. Ketika Rasya melangkahkan kakinya. Aisha kembali menarik tangannya. Rasya kembali menoleh ke arah Aisha. Wajah Aisha terlihat begitu sedih dan khawatir.

Rasya pun menarik Aisha dalam dekapannya. Pelukan hangatnya selalu memberi Aisha ketenangan. "Ai. Percaya sama saya."

Rasya kembali melepaskan pelukannya. Ia pun meninggalkan Aisha untuk menaiki mobilnya. Mobil Rasya pun keluar dari pekarangan pesantren.

"Ya Allah selalu berikan perlindungan kepada suamiku," ucap Aisha.

Ketika mobil Rasya keluar dari gerbang pesantren. Seseorang berdiri di depan mobilnya memberhentikan mobilnya. Lelaki itu, Arman. Arman mengetahui semua yang terjadi atas pemberitahuan dari Una.

Arman memutuskan untuk ke pesantren menemui Rasya. Arman ke pintu kanan mobil. Rasya pun menurunkan kaca mobilnya. "Gus saya ikut."

"Iya. Ayo masuk." Arman pun masuk ke dalam mobil Rasya.

"Man, hari ini hilangkan ego kita masing-masing. Kita harus bekerjasama untuk menyelamatkan Shania." Arman mengangguk paham.

Mereka pun langsung menuju tempat Shania disekap dan disandera.

• • •

Selamat hari raya idul fitri 1445 H. Mohon maaf lahir dan batin semuanya.
Maafin ya, jika author banyak salahnya...

Jangan lupa difollow, vote, dan komennya.

Kisah Cinta Yang Tak Direstui Semesta [ TELAH TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang