DUA PULUH SEMBILAN

6.3K 202 23
                                    


"Mba, Mau nanya. Pasien atas nama Muhammad Fadil di ruangan apa ya?" tanya Rasya kepada resepsionis yang ada di rumah sakit itu.

"Saya lihat dulu ya Mas," jawab resepsionis itu.

Resepsionis itu pun mencari nama tersebut, setelah menemukannya, ia memberitahukannya kepada Rasya.

Rasya segera menuju ke ruangan tersebut. Sesampainya di ruangan itu, ia memberi salam. Dan masuk ke dalam ruangan itu. Aisha terus mengikuti Rasya. Dan terus berada di sampingnya.

Rasya menyalami Umma Alma. "Umma," ucap Rasya sembari mencium punggung tangan Umma nya. Aisha juga menyalami Umma.

Abi masih dalam keadaan setengah sadar. Matanya masih tertutup. Infus dan alat bantu pernapasan masih terpasang di tubuh Abi.

Zira sedang keluar sebentar untuk membeli makan malam untuk mereka. Umma masih menunggu Abi untuk benar-benar siuman.

Suasana ruangan yang terasa sunyi hanya terdengar suara EKG. Alat pendeteksi jantung itu menunjukkan grafik normal yang ditampilkan di layar pemantau.

Rasya menarik napas pelan. Ia merasa begitu khawatir dengan kondisi Abi. Abi terbaring lemah tak berdaya.

"Umma sebenarnya Abi sakit apa?" tanya Rasya kepada Ummanya yang terlihat sangat mengkhawatirkan kondisi Abi.

"Dokter belum memberitahukannya Mas. Mereka masih melakukan pemeriksaan lanjutan kepada Abi. Umma harap Abi hanya kelelahan. Dan kondisi tubuhnya bisa kembali pulih," jelas Umma Alma.

Aisha mendekati Umma. Memegang kedua bahu Umma dari arah samping. "Umma duduk dulu ya. Umma juga harus jaga kondisi Umma. Biar Gus Rasya yang terus memantau kondisi Abi."

"Benar kata Aisha, Umma. Umma juga harus memperhatikan kesehatan Umma. Umma gak boleh terlalu capek. Perihal Abi biar Rasya sekarang yang pantau," ujar Rasya.

Aisha memegangi Umma untuk duduk di sofa itu. Umma mengikuti ajakan Aisha.

Rasya duduk di atas kursi di sebelah Abi. Ia mengambil ponselnya. Ia membuka Al-Qur'an digital yang ada di ponselnya.

Biasanya jika ia sedang sakit Abi duduk di sebelahnya dengan membaca beberapa ayat dari Al-Qur'an. Kini Abi yang sedang terbaring lemah itu, maka Rasya yang akan membacakan ayat Al-Qur'an. Semoga Allah cepat angkat penyakit yang sedang Abi derita.

Suara bacaan Al-Qur'an dari Rasya begitu menyejukkan hati. Membuat rasa tenang menghampiri setiap siapa saja yang mendengarkannya.

Zira membuka pintu ruangan rumah sakit itu. Ia sudah kembali, setelah tadi pergi membeli makan malam untuk mereka. Ia membawa dua kantong plastik yang berisi nasi dan air mineral itu. Ia letakkan kantong plastik yang berisi makanan itu di atas meja. Ia segera duduk di sebelah Umma dan Aisha. Ia tidak mengeluarkan suara sedikit pun karena Rasya sedang membacakan Al-Qur'an.

Umma tertidur di bahu Aisha. Rasa sedih dan lelahnya hari ini terbayarkan dengan bacaan Al-Qur'an dari Rasya. Setelah tadi ia menitikkan air mata, mengingat tentang kesehatan Abi. Dan tersentuh akan bacaan Al-Qur'an dari Rasya.

• • •

"Assalamu'alaikum," ucap Rasya sembari membuka pintu.

"Wa'alaikumsalam," jawab Umma Alma, Aisha, dan Zira secara bersamaan.

Rasya segera duduk di samping mereka. Rasya tadi ke mushalla rumah sakit untuk shalat maghrib. Setelah itu ia segera kembali ke ruangan rawat inap untuk melihat kondisi Abi. Tetapi Abi masih belum siuman.

Umma Alma, Zira, Aisha dan Rasya memilih untuk makan malam terlebih dahulu di dalam ruangan itu sembari terus memantau kondisi Abi.

Selesai makan Rasya kembali duduk di dekat Abi. Ia menggenggam tangan Abinya itu. "Bi, Rasya gak tega lihat Abi seperti ini. Abi lekas sembuh ya," batin Rasya.

Kisah Cinta Yang Tak Direstui Semesta [ TELAH TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang