DUA PULUH ENAM

5.9K 212 10
                                    


Rasya dan Aisha akan pergi ke pesantren An-Nur. Suasana siang yang terik tidak mengurangi semangat mereka untuk beraktifitas. Rasya mengemudi mobil pribadi sendiri untuk pergi ke sana. Butuh waktu lebih kurang 45 menit menuju ke pesantren An-Nur.

Rasya dan Aisha diminta untuk datang ke pesantren An-Nur karena sore ini akan ada acara santunan anak yatim di pesantren An-Nur. Kesempatan ini juga dimanfaatkan keduanya untuk bersilaturahmi dengan pengurus dan santri-santri yang ada di pesantren An-Nur, termasuk Abi dan Umma mereka, Kiyai Rahmat dan Umma Kemala.

Ini merupakan kunjungan pertama Rasya ke pondok pesantren An-Nur. Karena memang belum sekalipun Rasya datang ke pondok pesantren ini. Dan bagi Aisha, ini adalah kepulangannya setelah lumayan lama mengabdi dan mengajar di pesantren Al-Akbar.

Suasana canggung menyelimuti Rasya dan Aisha. Dari tadi berangkat dan sekarang sudah sampai pertengahan jalan belum ada percakapan dari keduanya.

Sampai akhirnya Aisha menanyakan sesuatu kepada Rasya. "Gus, Gus Rasya senang gak kita berkunjung ke pesantren An-Nur?" tanya Aisha.

Rasya sangat fokus mengemudi. "Senang," jawabnya datar.

Aisha tersenyum tipis. Ia harus bersikap baik kepada suaminya itu. Walaupun suaminya bersikap dingin kepadanya. Sebelum menikah, sikap Rasya ke Aisha itu biasa saja. Mereka ngobrol seperti biasa. Tetapi tidak tahu kenapa sikap Rasya menjadi begitu dingin kepada Aisha setelah mereka melangsungkan pernikahan.

Aisha itu termasuk perempuan yang memiliki akhlak yang baik dan santun. Jadi, menghadapi sikap Rasya InsyaAllah ia akan sabar. "Gus, kata Abah nanti Gus diminta untuk menyampaikan beberapa patah kata di acara santunan anak yatim."

"Iya," jawab Rasya. Mereka berdua bukan hanya pergi untuk acara ini saja. Rencananya mereka juga akan menginap di sana. Aisha sudah mempersiapkan segala yang dibutuhkan nanti di sana, seperti pakaian, peralatan mandi, dan lain sebagainya.

Sebenarnya Rasya menolak untuk menginap di pesantren An-Nur. Apalagi setelah kejadian teror di pesantren Al-Akbar. Tetapi Umma Alma meyakinkannya untuk tidak terlalu memikirkan tentang pesantren Al-Akbar. Karena ada ustadz-ustadzah dan santri-santri yang akan menjaga pesantren Al-Akbar. Ini juga dilakukan Umma agar Rasya bisa lebih dekat dengan Aisha.

Tidak terasa akhirnya mereka tiba di pesantren An-Nur. Mereka berdua turun dari mobil. Seorang santri menghampiri Rasya dan Aisha. "Ning Aisha," ucap santriwati itu.

"Iya," balas Aisha.

"Kiyai dan Umma udah nunggu Ning dan Gus di mesjid. Dan acara santunan anak yatimnya sebentar lagi akan dimulai," ucap santriwati itu.

"Saya akan segera ke sana," jawab Aisha.

"Kalau gitu saya permisi dulu Ning."

"Iya, silakan."

"Gus, kita turunin barang-barang kita dulu dari mobil untuk diletakkan di dalam ndalem. Baru setelah itu kita ke mesjid," kata Aisha.

Rasya membuka pintu belakang mobil. "Kalau gitu biar saya yang turunin."

"Saya bantu ya Gus," ujar Aisha.

Mereka berdua menurunkan barang bawaannya dari mobil dan dimasukkan ke dalam ndalem. Selesai semua barang dimasukkan. Kini mereka akan segera ke mesjid pesantren.

"Ayo Gus." Ajak Aisha.

"Mesjidnya di sebelah mana?" tanya Rasya.

"Di sebelah sana Gus." Tunjuk Aisha.

• • •

Mesjid pesantren An-Nur sudah dipenuhi banyak orang, dari santri-santri, ustadz-ustadzah, anak-anak yatim, donatur-donatur, dan tamu undangan lainnya.

"Assalamu'alaikum Abah, Ummi," ucap Aisha kepada kedua orang tuanya yang duduk dibarisan depan.

"Wa'alaikumsalam," jawab Kiyai Rahmat dan Ummi kemala.

Aisha menyalami dan mencium tangan kedua orang tuanya. Ummi Kemala memeluk Aisha karena rasa rindunya kepada anak satu-satunya itu sembari Rasya juga menyalami Kiyai Rahmat. "Udah Ummi peluknya, Gus Rasya juga mau salaman sama Ummi," ujar Aisha kepada Ummi karena Ummi tidak melepaskan pelukannya dari Aisha.

Ummi Kemala melepaskan pelukannya dari Aisha. Ia tersenyum tipis. Lalu Rasya menyalami Ummi Kemala. "Makasih Nak Rasya, udah mau datang ke sini dan anterin Aisha sampai di sini dengan selamat," ujar Ummi Kemala.

"Iya Ummi. Saya senang bisa memenuhi undangan dari Abah dan Ummi," ucap Rasya sembari tersenyum tipis.

"Ya udah Ayo duduk." Kiyai Rahmat mempersilakan Rasya untuk duduk di sebelahnya. Sedangkan Aisha duduk di samping Ummi Kemala.

Tidak lama beberapa menit kemudian, acara pun di mulai. Pembaca ayat suci Al-Qur'an mengawali rangkaian acara pada hari ini. Kemudian dilanjutkan dengan kata-kata sambutan yang disampaikan oleh Kiyai Rahmat sebagai pimpinan pondok pesantren An-Nur. Lalu kata sambutan dari perwakilan donatur dan yang sepesial ceramah singkat dari Gus Rasya.

Setelah itu diikuti rangkaian kegiatan acara lainnya berupa beberapa persembahan dari santriwan dan santriwati, seperti pembacaan shalawat dan kegiatan lain sebagainya.

Dan acara intinya santunan bagi anak-anak yatim. Perwakilan dari pesantren An-Nur diwakilkan oleh Kiyai Rahmat, Gus Rasya, dan seorang donatur, mereka maju ke depan. Lalu memberikan santunan kepada perwakilan dari anak-anak yatim yang hadir tersebut.

Acara ditutup dengan pembacaan do'a. Ning Aisha diminta untuk memimpin do'a. Dan diaminkan oleh semua orang yang berhadir pada acara hari ini.

• • •

Setelah makan malam bersama tadi. Rasya dan Aisha memasuki kamar yang telah disediakan untuk mereka yang ada di ndalem.

"Aisha kamu tidur di kasur. Saya tidur di sofa." Kamar itu lumayan besar, ada tempat tidur dan di sebelahnya ada sebuah sofa kecil.

Aisha sedikit menampilkan wajah sedihnya. "Beneran Gus masih belum mau menyentuh saya? Kita ini sudah sah menjadi suami istri Gus."

"Maaf Aisha. Saya belum siap. Saya butuh waktu untuk menerima semua ini," ujar Rasya.

"Apakah Shania masih ada di tahta tertinggi di dalam hati Gus? Apakah Gus masih belum bisa melupakan Shania?" tanya Aisha.

Rasya hanya diam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. "Gus gak bisa jawabkan? Tapi gak apa Gus, saya tetap akan menunggu Gus sampai Gus siap. Saya akan menunggu Gus sampai nanti Gus benar-benar mencintai saya."

Rasya tidak menjawab apa-apa lagi. Ia mengambil sebuah bantal. Ia letakkan di atas sofa itu. Lalu ia langsung membaringkan tubuhnya.

Aisha menampilkan wajah yang begitu sedih. Lalu ia juga beranjak membaringkan tubuhnya di atas kasur itu. Ia membelakangi Rasya. "Kenapa Gus? Kenapa Gus belum bisa melupakan perempuan itu?" Batin Aisha. Beberapa tetesan air mata mengalir di pipinya.

• • •

Nyesek banget jadi Ning Aisha. Tetapi ia begitu sabarnya menghadapi sikap dari Gus Rasya.

Ikuti terus kelanjutan ceritanya.

Jangan lupa difollow, vote, dan komennya.

Follow juga Ig : ziaulfan

Kisah Cinta Yang Tak Direstui Semesta [ TELAH TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang