ENAM BELAS

4.8K 146 13
                                    


Shania dan Una sedang duduk di sebuah bangku di halaman kampus. Una sedang sibuk mengerjakan tugas dengan laptopnya. Sedangkan Shania, ia sedang membaca sebuah buku. Mereka berdua larut dalam kesibukannya masing-masing.

Sampai akhirnya Una membuka topik pembicaraan. "Shan, gimana pendapat kamu tentang Kak Arman?"

Shania menghentikan aktifitasnya membaca buku. Dan beralih menoleh ke arah Una. "Kak Arman?"

"Iya."

Ia menjeda, berpikir sejenak, lalu menjawab. "Kak Arman orangnya baik. Aku senang bisa kenal sama Kak Arman. Banyak ilmu yang aku dapat saat ngobrol sama dia."

"Benar kan yang aku bilang? Dia itu baik. Wawasannya luas. Kalau ngobrol sama dia pasti seru," ucap Una. Sesekali ia juga memperhatikan laptopnya.

"Kalau hubungan kamu sama Gus Rasya gimana?" Una bertanya lagi.

Shania menatap langit siang yang disinari cahaya mentari. Lalu ia menutup lembaran bukunya. "Baik-baik aja."

"Tapi dia gak cemburu kan kalau kamu dekat-dekat sama Kak Arman?"

"Gak lah. Lagian aku sama Kak Arman cuma temenan. Dan aku juga nganggap Gus Rasya juga sebatas teman."

"Beneran kamu nganggap Gus Rasya sebatas teman? Tapi yang aku lihat tatapan kalian itu berbeda. Tatapan saling jatuh cinta." Una menekankan nadanya di kata cinta. Ia menyenggol bahu Shania.

"Apaan sih Na. Itu firasat kamu aja." Walaupun berucap seperti itu tetapi senyuman Shania terukir di wajahnya. Sepertinya memang Shania memiliki perasaan kepada Rasya.

"Shan, udah hampir sore nih. Balik yuk. Aku juga udah selesai ngerjain tugas," ajak Una.

"Sekarang?"

"Iya. Sekarang. Kalau kesorean nanti jalanan macet banget."

"Ya udah ayo." Mereka berdua pun siap-siap untuk segera pulang.

Kini mereka berdua sudah keluar dari perkarangan kampus. Shania melihat jam yang ada di tangannya. Langit siang yang tadi cukup terik, telah berubah menjadi langit sore yang lebih adem.

Beberapa langkah mereka berjalan. Suara klakson dari sebuah motor mengalihkan pandangan mereka ke arah belakang. Suara motor yang tidak asing bagi Shania.

Motor itu berhenti di samping mereka. Rasya turun dari motornya, membuka helm, meletakkannya di atas jok motor. "Gus Rasya," ucap Shania.

Rasya memperlihatkan senyumannya. Hatinya begitu merasa senang ketika bertemu Shania. "Mau pulang?" tanya Rasya.

"Iya Gus," jawab Shania.

"Saya anterin ya?"

"Tapi, saya mau pulang bareng Una."

"Jangan ditolak Shan." Lirih Una nyaris berbisik.

Una mengalihkan pandangan ke arah Rasya. "Gapapa Gus. Shania mau kok. Nanti saya bisa pulang sendiri." Una mengiyakan ajakan Rasya tanpa persetujuan Shania.

"Tapi Na," ucap Shania pelan.

"Gapapa," jawab Una pelan juga.

"Aku duluan ya Gus, Shan." Una melambaikan tangan ke arah Rasya dan Shania. Lalu ia segera pergi dari situ agar Shania bisa pulang bersama Rasya.

"Ayo Shan." Rasya memberikan helm kepada Shania.

"Bisa?" tanya Rasya. Karena ia melihat Shania kesulitan saat memakaikan helm.

"Biar saya bantuin ya." Rasya membantu memakaikan helm kepada Shania.

"Cantik," ucap Rasya. Shania hanya membalas dengan senyuman manisnya. Entah kenapa hatinya selalu deg-degan jika sedang berada di dekat Rasya. Ucapan dan perlakuan Rasya selalu istimewa kepadanya. Tidak bisa dibohongi itu membuat hati Shania cukup merasa bahagia.

Mereka menaiki motor, lalu pergi dari situ. "SHANIA," teriak Arman. Arman dari jauh memanggil Shania. Namun, Shania tidak mendengarkannya lagi.

Arman menghentikan langkahnya, ia melihat Rasya dan Shania telah pergi dari situ dengan menggunakan motor. "Ah..., keduluan Gus Rasya." Arman cukup kecewa dengan dirinya.

Motor yang Rasya kendarai berhenti di danau hijau, tempat di mana Rasya dan Shania pernah datangi. Setelah memarkirkan motor di pinggir jalan. Mereka berjalan ke tepian danau. "Gimana Shan dengan tempatnya?" tanya Rasya.

"Masih sama Gus, indah," jawab Shania sembari matanya terus menatap keindahan danau.

"Tapi kamu jauh lebih indah Shan," ucap Rasya, membuat Shania menoleh ke arahnya. Shania tersenyum dengan manisnya.

Jantung Rasya dibuat berdetak tidak normal. Ia deg-degan tak karuan. Sungguh Shania lebih cantik dari apa yang pernah ia bayangkan. "Shan, kamu tau gak, hari ini adalah hari yang paling membahagiakan buat saya," ujar Rasya dengan mimik bahagia.

"Kenapa Gus?" tanya Shania sedikit heran.

"Karena saya bisa lihat senyuman manis kamu."

Shania tidak membalas apa-apa akan pujian Rasya atasnya. Ia hanya bisa tersenyum. Tidak bisa dibohongi hatinya sekarang benar-benar dalam keadaan bahagia. Rasya selalu bisa membuat ia tersenyum bahagia.

Dua hati kini saling dipenuhi akan kesenangan  yang berarti. Tak bisa dipungkiri momen ini membuat keduanya saling merasakan kebahagiaan di diri masing-masing. Padahal tembok besar ada diantara keduanya. Mereka tidak akan pernah bisa bersatu, jika tembok itu tidak pernah runtuh. Hati mereka ingin bersatu, tetapi semesta tak merestui itu.

"Shania. Ada satu hal yang ingin saya sampaikan sama kamu," kata Rasya dengan nada serius.

Shania menoleh ke arah Rasya. Dan mereka saling bertatapan. "Apa?" tanya Shania.

Keheningan terjadi sebentar, sampai akhirnya Rasya memberanikan diri untuk menyampaikan isi hatinya. "Kamu telah membuat saya jatuh cinta. Dan saya ingin mengatakan bahwa saya suka sama kamu." Ucapan Rasya ternyata membuat Shania kaget. Di satu sisi ia senang mendengar hal tersebut. Di sisi yang lain, ia tidak ingin itu terjadi.

"Tapi Gus, kita..."

"Saya tau Shan. Tapi saya tidak bisa membohongi perasaan saya. Saya tidak bisa terus menyimpan perasaan ini. Walaupun semesta tidak bisa menghendaki kita untuk bersatu. Tapi saya berharap takdir memihak kepada kita." Rasya benar-benar serius dengan ucapannya.

"Tapi kan Islam melarang buat pacaran?"

"Saya tidak mengajak kamu pacaran. Saya mau menghalalkan kamu."

"Gak bisa Gus. Keyakinan kita berbeda."

"Tapi kan kamu sudah tertarik dengan Islam."

"Tapi tidak secepat itu Gus. Aku perlu mempersiapkannya dengan matang. Aku harus menata niatku dengan baik," ujar Shania.

Raut wajah Rasya tiba-tiba berubah lesu. Sepertinya, cintanya tidak akan pernah bisa berbalas. "Gus, kasih aku waktu untuk menjawab semua ini. Dan menyelesaikannya agar tidak ada hati yang tersakiti," ujar Shania lagi.

• • •

Akhirnya, Gus Rasya menyatakan perasaannya kepada Shania.

Tunggu kelanjutannya ya.

Jangan lupa difollow, vote, dan komennya.

Follow juga Ig : tulisanzia

Kisah Cinta Yang Tak Direstui Semesta [ TELAH TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang