Hari ini double up lagi. Setelah ini ada beberapa bab lagi dengan konflik yang menuju ending. Gimana kisah Gus Rasya, Ning Aisha dan Shania selanjutnya? Apakah akan happy atau sad ending?
• • •
Hari kedua meninggalnya Kiyai Fadil, masih banyak orang-orang yang melayat. Kesedihan masih mengisi keseharian ini. Dari banyaknya mobil-mobil yang terparkir di depan pesantren, ada sebuah mobil milik seorang lelaki berjas hitam dan kedua bodyguard nya itu.
Mereka tidak akan berhenti untuk terus bernegosiasi untuk mendapatkan tanah pesantren. Padahal hari ini masih berduka, tetapi mereka menjadikan momen ini untuk mudah merayu lagi pemilik pesantren untuk memberikan tanah tersebut.
Mereka bertiga keluar dari mobilnya. Mereka tahu bahwa keadaan pesantren sedang berduka. Mereka tahu bahwa Kiyai Fadil baru saja meninggal. Tetapi ego tinggi mereka mengalahkan segalanya. Mereka telah membawa dua koper berisi uang dalam jumlah banyak yang dipegang oleh kedua bodyguard itu.
Mereka bertiga masuk ke dalam pekarangan pesantren. Mereka bertiga menjadi pusat perhatian karena gelagak mereka yang berbeda dari pada para pelayat yang lainnya.
Mereka menuju ndalem. Rasya yang melihat mereka bertiga langsung menghampiri mereka. Rasya kenal mereka. Rasya tidak ingin mereka membuat keributan. Rasya mengajak mereka ke aula pesantren. Karena jika di ndalem meladeni mereka bisa membuat banyak orang yang terganggu dengan mereka.
"Di mana aulanya Gus?" tanya lelaki berjas hitam itu.
"Di sana." Rasya menunjuk ke arah kanan dari asrama santri putra karena di situ letak aula pesantren.
Aisha yang melihat Gus Rasya dan ketiga lelaki itu pun mengikuti mereka dari belakang. Sebelum ke sana, Aisha mengajak Nisa, Farah, dan tiga orang santri putra. Ia tidak ingin terjadi sesuatu kepada Gus Rasya.
Gus Rasya dan ketiga orang itu sudah berada di depan aula. "Kami gak perlu masuk ke dalam. Kita bernegosiasi di sini saja." Kata lelaki berjas hitam itu.
"Sebenarnya apa maunya kalian?" tanya Rasya.
Aisha dan para santri tadi pun tiba di situ. "Kami masih sama menginginkan tanah pesantren ini," jawab lelaki berjas hitam itu.
"Jangan berikan Gus," ucap Aisha yang sudah berada di samping Rasya.
"Kenapa kalian sangat ingin tanah pesantren ini?" tanya Rasya kembali.
"Letaknya yang strategis sangat bagus untuk di bangun perusahaan judi. Ini akan menjadi perusahaan judi terbesar se-Asia Tenggara. Kami akan membangun bangunan besar di sini. Dan tanah pesantren ini menjadi salah satu bidang tanah yang masuk dalam peta rencana pembangunan kami." Jelas lelaki berjas hitam itu.
"Bisa-bisanya kalian mau membangun perusahaan judi di sini. Itu mulut apa belum pernah dicabein ya. Sembarangan aja kalau ngomong," celetuk Farah.
Nisa mengelus-elus tangan kanan Farah. Farah terlihat emosi. "Udah Far, jangan emosi. Ikuti perintah Gus Rasya aja."
Salah satu bodyguard itu melototi Farah. Karena Farah yang tiba-tiba menjawab. Farah pun membalas melototi bodyguard itu.
"Gimana Gus?" tanya lelaki berjas hitam itu.
"Seperti yang telah kami sampaikan terdahulu. Almarhum Abi saya, saya dan semua yang ada di pesantren ini dengan tegas menolak permintaan kalian." Jelas Rasya tegas.
Lelaki berjas hitam itu memberi kode kepada anak buahnya untuk memperlihatkan isi dari dua koper yang dibawa oleh mereka. Mereka berdua membuka kedua koper itu. Uang lembaran seratus ribuan tersusun rapi di dalam itu.
"Gimana Gus tertarik? Atau mau lebih? Kami siap memberikannya. Asalkan keinginan kami dikabulkan," ucap lelaki berjas hitam itu.
Farah menyenggol bahu Nisa. "Banyak banget Sa. Aku mau."
"Kamu nih Far, tadi ngelawan sekarang ngikutin," ucap Nisa.
"Astaghfirullah. Maaf Sa. Aku khilaf," ucap Farah pelan. Hanya mereka berdua saja yang mendengar percakapan mereka.
Rasya saling menatap dengan Aisha. Aisha menggeleng-gelengkan kepala sebagai kode agar Rasya menolaknya. "Kami gak akan pernah memberikan tanah ini."
Lelaki berjas hitam itu tersenyum sinis. Kedua bodyguard nya kembali menutup koper berisi uang itu. "Kalau kalian tidak mau memberikannya, kami akan merampas secara paksa."
"Kalian tidak bisa merampas secara paksa. Kami bisa melaporkan kalian ke polisi," ujar Rasya.
"Kalian mau lapor ke polisi punya bukti apa kalian?" tanya lelaki berjas hitam itu.
"Kami punya sertifikat tanah pesantren ini."
"Terus?"
"Kami juga punya bukti bahwa kalian pelaku yang menaruh bahan peledak di asrama santriwati dan membakar bangunan di asrama santri putra."
"Kami punya bukti bahan peledaknya. Dan rekaman CCTV." Lanjut Rasya.
Lelaki berjas hitam itu sangat terkejut mendengar penuturan Gus Rasya. Ternyata mereka tahu aksi mereka selama ini. Mereka bertiga saling memandang. Mereka ketakutan karena jika benar Gus Rasya melaporkan mereka ke polisi. Semua akar tentang perusahaan judi mereka bisa terbongkar. Kejahatan mereka selama ini bisa terbongkar. Dan semua yang terlibat di dalam perjudian ini bisa ditangkap oleh polisi.
Lelaki berjas hitam itu tampak benar-benar ketakutan. Ia menunduk, "maaf Gus. Jangan lapor kami ke polisi. Kami tidak jadi merampas tanah ini."
Ternyata kesabaran Rasya selama ini atas tindakan mereka membuahkan hasil. Rasya berhasil menyerang balik mereka dengan bukti yang selama ini telah dikumpulkan.
"Kami akan pergi sekarang." Lelaki berjas hitam itu tidak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang.
"Lebih baik kalian itu bertobat kepada Allah. Meninggalkan semua semua pekerjaan yang haram ini," saran Rasya.
"Sekarang pulanglah kalian."
"Terimakasih Gus. Masih memberi kami kesempatan dan tidak dilaporkan ke polisi." Lelaki berjas hitam itu sangat takut dengan penjara. Pasalnya ia pernah ditahan selama sepuluh tahun dipenjara.
"Kami tidak akan menggangu lagi pesantren ini." Lelaki berjas hitam dan kedua bodyguard nya itu pun pergi dari pesantren Al-Akbar.
Dengan apa yang terjadi hari ini. Kondisi pesantren bisa kembali kondusif dan tidak ada peneroran lagi.
• • •
Ikuti terus kelanjutan ceritanya.
Jangan lupa difollow, vote, dan komennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cinta Yang Tak Direstui Semesta [ TELAH TERBIT ]
Ficção GeralGus Rasya menikahi Ning Aisha atas dasar keterpaksaan. Jika bukan karena orang tuanya mungkin ia tidak mau menikah dengan Ning Aisha. Cinta Gus Rasya hanya tertuju pada sesosok perempuan bernama Shania. Bertemu di ketidaksengajaan membuat mereka sal...