21. Baby

9.1K 409 56
                                    


“Selamat pagi, Kak Zio, Kak Arghi.”

Segerombolan adik kelas menyapa malu-malu saat dua cowok itu melewati mereka di koridor lalu menjerit tertahan saat Ellzio merespon dengan anggukan ramah dan senyum manis khasnya, sedikit menebar pesona pula. Sementara Arghi memutar bola mata melihat kelakuan para dedek gemes yang menurutnya lebay.

“Berisik banget fans cegil lo, Bjir,” dumel Arghi.

Tidak ada perempuan lain yang menarik untuk Arghi selain seorang gadis yang sudah ada yang memiliki.

Kisah percintaan Ellzio dan teman-temannya memang beragam. Diketuai Ellzio Si Playboy yang akhirnya tobat, Auriga yang dekat dan perhatian namun mengaku tidak memiliki perasaan dan hubungan spesial dengan Aretta, Arghi yang jatuh cinta sama pacar orang, Fatir yang setia pada pacarnya namun mereka berbeda keyakinan, dan diakhiri Bhanu yang kelakuannya sama seperti Ellzio beberapa waktu lalu, hobi bermain-main dengan banyak perempuan. Namun, keberengsekan Bhanu sedikit lagi jauh.

Ellzio yang berjalan di samping Arghi sembari merangkul pundaknya terkekeh. “Namanya juga orang ganteng, Ghi, maklumlah banyak yang suka.” sahutnya narsis.

“Ya ampun, kak Zio makin ganteng aja.”

“Sayang banget nggak sih, kalo cowok seganteng kak Zio jomblo?”

“Em, rugi banget kalo nggak dipacarin.”

Mendengar pujian dan decakan kagum dari para cewek yang melihat pesonanya, sudah seperti makanan pokok sehari-hari untuk cowok itu. Ellzio yang sadar mempunyai wajah tampan rupawan dan memiliki kepercayaan diri tingkat tinggi tentu merasa senang, bangga dan menikmati semua pujian itu.

“Kangen banget sama kak Zio yang suka ngegombalin kita.”

“Iya, kangen banget sama Kak Zio mode playboy.”

“Fuck, kata gue mah, kak Zio mending kita pacaran ajalah.”

Ellzio mendengarnya tapi tidak begitu dia pedulikan. Cowok itu hanya sesekali menoleh membagi senyum sembari terus melangkahi lantai koridor dan mengobrol dengan Arghi.

“KAK ZIO, WILL YOU MARRY ME?”

Sampai akhirnya teriakan barbar itu terdengar dan mampu menarik perhatian Ellzio. Cowok itu menoleh ke belakang sembari terkekeh dan menyugar rambutnya. Tidak ada unsur ingin tebar pesona. Namun, para siswi malah semakin tergila-gila.

Tanpa Ellzio tahu, jauh di belakangnya Laura juga mendengar teriakkan itu.

★★★

“Bagus ya lo, datang ke sekolah tanpa rasa bersalah?” Amara tiba-tiba menyerang Ellzio yang baru masuk kelas dengan menjewer telinganya.

“Buset, Mar, gue baru datang. Skip dulula—akh ributnya.” sahut Ellzio sembari mengaduh.

Amara melepas jeweran nya yang membuat Ellzio mengusap kuping nya yang memerah.

“Kemana aja lo?” tanya Amara dengan melipat tangan di depan dada. “Telepon gue nggak diangkat, chat gue nggak dibales, lo pasti sengaja ngindarin gue karena takut gue marah-marahin, kan?”

“Zio!” Amara memanggil kesal saat Ellzio malah menyelonong meninggalkannya. “Gue lagi ngomong sama lo!”

“Gue nggak nutup telinga, bisa denger lo mau ngomong apa.” balas Ellzio yang berjalan ke bangkunya.

Amara berdecak kesal sebelum mengejar dan menarik pergerakan Ellzio sampai cowok itu berbalik menatapnya. Bersamaan dengan itu, Katya, Aretta dan ... Laura baru saja menyetor wajah mereka memasuki kelas.

PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang