“Lo udah maafin Laura? Udah temanan baik lagi sama dia, Ta?”
Aretta mengedikkan bahu. “Kayak yang lo liat.” sahutnya cuek pada Amara yang tiba-tiba menghadang jalannya.
“Ta, harusnya lo lebih lama lagi jauhin Laura. Dia nggak sedikitpun cerita soal kedekatannya sama Zio. Dia merahasiakan semuanya dari lo. Bukannya ... artinya dia nggak nganggap lo sahabat?” ucap Amara mempengaruhi dengan menatap mata Aretta lekat.
Aretta mendengus malas.
“Kalau lo mau menjauhi dan membenci Laura selama yang lo mau, terserah. Nggak akan ada yang rugi, selain lo sendiri.” balas Aretta sebelum melenggang melanjutkan langkahnya, meninggalkan Amara karena merasa tidak ada yang penting lagi.
Amara menggigit ujung bibir sebelum berdecak dan mendengus. Lalu, dengan perasaan masih tidak terima atas apa yang terjadi, Amara membawa kakinya berlawanan arah dengan Aretta.
Memasuki lapangan basket indoor yang di dalamnya ada ... Erzhan.
Cowok itu sedang melampiaskan emosinya yang berantakan dengan bermain basket sendirian.
Erzhan menggiring bola sembari berlari sebelum kemudian melakukan shooting. Bola terpantul dan gagal masuk ke dalam ring karena saat melakukannya fokus cowok itu teralihkan menyadari ada seseorang yang datang.
“Ngapain lo?” tanyanya tidak senang.
Erzhan melirik Amara sebentar sebelum meninggalkannya ke pinggir lapangan. Dia membasahi tenggorokannya dengan sebotol air mineral.
“Gue mau ngajak lo kerja sama.” ucap Amara to the point sembari mengekori Erzhan.
Seringai tercipta di bibir Erzhan setelah cowok itu menenggak minumnya. “Gede juga nyali cewek kayak lo buat ngajak gue dalam kesepakatan?” gumamnya sembari mengelap keringatnya dengan handuk kecil sebelum kemudian menatap Amara meremehkan. “Gue nggak tertarik.”
“Meski ini berhubungan sama Laura?” sahut Amara dengan menaikkan alis dan melipat tangan di depan dada.
“Segala tentang Laura akan selalu menarik buat gue. Tapi, harus berhubungan sama lo ... tentu nggak.” Erzhan yang duduk di bangku penonton menatap Amara yang berdiri di depannya dengan menilai cewek itu dari atas sampai bawah. Lalu menyeringai merendahkan. “Apa yang bakal orang-orang pikirkan kalau mereka tahu gue dekat sama cewek kayak lo meski hanya sebatas untuk mencapai tujuan?”
Amara mengerutkan dahi, tidak cukup memahami.
“Lo nggak sadar, lagi ngomong sama siapa sekarang?” sambung Erzhan dengan tatapan sombong.
“Maksud lo?” balas Amara dengan dahi yang semakin berkerut dan tidak suka mendengar nada serta raut angkuh cowok itu.
“Pergi dan jangan berani datang ke hadapan gue lagi. Gue malu, jangan sampe ada yang liat gue ngobrol sama cewek miskin kayak lo!”
“Apa lo bilang?!” Amara memekik tidak terima dengan melotot tajam.
“Selain miskin, lo juga budeg?”
Amara semakin meradang. Dia menatap Erzhan dengan marah dan kesal. “Pantes Laura nggak suka sama lo. Udah sok ganteng, sombong pula.” sindirnya membalas hinaan Erzhan.
“Lah, pantes juga si Ellzio nggak suka sama lo. Udah miskin, nggak tahu diri pula.” balas Erzhan mengikuti gaya sindiran Amara.
Amara menatap Erzhan dengan emosi yang bergejolak di dalam dada.
“Brengsek!” umpatnya. Sebelum berbalik badan dan memilih meninggalkan Erzhan meski sebenarnya ingin sekali melempar bola ke wajah menyebalkan cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT
Teen Fiction⚠️17+ Arcellzio Bagja Sagara, dinobatkan sebagai cowok ganteng paling meresahkan sepanjang sejarah siswa baru SMA Cakrawala. Siswa pindahan dari Bandung yang masuk sekolah semaunya dan membuat masalah adalah hobinya. Selain menjadi incaran guru BK...