2. Laura Aeris Calista.

13.7K 529 8
                                        

Play lagu ‘Hal Hebat’ milik Govinda untuk menemani part ini.

★★★

“Selesai, Ra?”

“Em.” Laura menganggukkan kepala sembari menutup ballpoint nya. Lalu menatap Aretta, temen sebangkunya yang bertanya.

Setelah selesai mengerjakan tugas dari Bu Senna ditengah bisingnya kelas yang luar biasa. Barisan kanan depan yang ditempati para cowok adalah tempat sumber keributan itu berasal.

Wajar saja, guru sedang rapat dan diketuai Ellzio si biang keributan kelas sudah selayaknya pasar.

Ramai, berisik dan beberapa orang terus berlalu lalang.

Laura beranjak dari duduknya, untuk segera mengumpulkan tugas dari Bu Senna. Seperti yang dia duga, Aretta akan menitip padanya. Kebiasaan mereka yang saling bergantian sebenarnya.

“Nitip, Ra,”

“Punya gue sekalian, Ra,”

“Yang gue juga, Ra.”

Laura mendengus, membuat raut pura-pura kesal dan keberatan saat kedua temannya yang lain, Amara dan Katya, ikut menitip.

“Padahal kalian yang lebih deket sama meja guru.” cibir Laura sembari bergerak mengumpulkan tugas mereka.

Amara dan Katya adalah sahabat Laura yang duduk tepat didepannya, dibarisan paling depan. Saat nanti kedua sahabatnya itu memutar badan kebelakang, kearah Laura dan Aretta itu artinya mereka berempat akan mulai berghibah dengan khidmat.

Laura menumpukkan buku keempatnya di atas beberapa buku yang lebih dulu terkumpul di atas meja guru.

Saat berbalik badan, lengannya tidak sengaja tersenggol seseorang. Tidak kencang, tapi efeknya terasa begitu besar. Mengganggu ritme jantung dan menggetarkan perasaan Laura saat menyadari siapa pelakunya.

“Eh, sorry-sorry.”

Permintaan maaf disertai senyuman dan ... acakan rambut di kepala Laura membuat cewek itu semakin berdebar kencang dan mematung ditempatnya.

Rambut yang diacak-acak, namun ... hati Laura yang berantakan.

Laura tidak sempat mengatakan iya atau sekadar menganggukkan kepala. Tanpa menunggu respon darinya, cowok yang tidak sengaja menyenggolnya itu melanjutkan langkah serta obrolannya yang sempat tertunda dengan Bhanu yang menenteng gitar.

 “Ke kantin, ayo!”

Kehadiran Amara yang mengapit tangannya secara tiba-tiba, mengalihkan fokus Laura dari punggung tegap cowok yang diam-diam disukainya.

Belum jam istirahat, tapi karena guru masih rapat dan mereka sudah menyelesaikan tugas, jadi mereka menganggap sudah bisa melakukan apapun yang disuka dengan bebas.

“Em, ayo!” sahut Laura menyetujui.

Laura dan ketiga temannya beranjak untuk pergi ke kantin. Namun, tepat di depan pintu terjadi kemacetan yang membuat mereka mengantri dan tertahan, karena beberapa orang keluar masuk secara bersamaan.

Diam-diam Laura justru merasa ... senang. Tepat didepannya adalah cowok yang dia suka. Wangi maskulin dari parfum cowok itu terasa nyaman tercium indera penciumannya.

“Buruan, dong!” dengan berani, Amara menepuk punggung tegap yang hanya mampu Laura tatap.

“Sabar, dong!” cowok itu menoleh dan membalas dengan gaya ucapan yang sama seperti Amara. “Orang sabar nanti disayang mantan, tau.” sambungnya.

PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang